Satu: Terlambat

1.3K 98 154
                                    

Kringg kringgg kringgg...

GELAK suara alarm terdengar di seluruh penjuru kamar. Sontak mimpi-mimpi indah Mia pun terganggu. Dengan sigap, tangan Mia mendarat tepat di jam alarm. Mata sayup Mia melihat ke arah jam tersebut dan seketika raut mukanya berubah masam.

"Aduh! udah jam segini, gimana nih. Kok gaada yang bangunin gue sih?" Mia mencembikkan bibirnya kesal.

"Miaa! Ayo cepet turun, nanti kamu bisa telat. Ini hari pertama disekolah baru, kamu jangan telatt." Teriak Mama Anin menggema.

"Iya Mah, bentar lagi Mia siap."

10 menit kemudian Mia baru selesai bersiap. Dengan seragam putih abu-abunya dan rambutnya yang sengaja ia pangkas pendek sebahu itu, Mia tampil lebih dewasa dari kenyataanya. Mia sempat ikut kelas akselerasi dua kali. Jadi, tak ayal jika ia masuk SMA diusia yang masih seusia bocah SMP.

"Oke, fix lu cakep babe." Mia mengibaskan helaian rambut pendeknya di depan cermin.

Ditariknya tas ransel hitam pekat yang sudah ia siapkan berabad-abad sebelumnya itu.

Bisa dibilang, Mia itu ratunya rempong. Dan buat dia, semuanya harus perfect. Jadi, logisnya dia bakal siapin keperluannya jauh-jauh hari sebelumnya. Jadi, gak ada yang namanya ketinggalan buat seorang Mia.

Mia memutar kenop pintu perlahan dan bergegas keluar dari kamar. Melangkah dengan lincahnya menuruni anak tangga yang membentang dari lantai atas menuju ke lantai dasar itu.

"Mah, gimana penampilan Mia?" Tanyanya pada mama yang sedang asik di dapur dengan segala urusannya.

Rutinitas mama emang gak bisa diganggu gugat, setiap pagi isinya cuma nonton acara masak di saluran TV. Dan itu bukan nonton biasa, tapi nonton sekaligus praktekin langsung di dapur. Alasannya sih, biar papi tambah sayang. Ck

"Cocok kok." Jawab mama simple.

Mia mendengus kesal. "Ah, Mama nyebelin, dari tadi aja gak liatin Mia. Cocok dari mana? Dari Hongkong?" Gerutu Mia sebari mengerucutkan bibir berbalur lipstick merah muda itu. "Au ah, Mia berangkat Mah,"

"Loh? Mau kemana? Kamu gak sarapan? Mama udah bikin makanan enak nih."

"Ya mau sekolah lah Mah, kemana lagi coba? Mia makan di sekolah aja keburu telat,"

"Nanti kalo sa--"

"Huss Mama jangan bilang gitu, nanti kalo Mia sakit beneran gimana? Mama kan, yang repot? Udah ya Mah, Mia berangkat dulu bye Mah." Potong Mia.

"Ntar pulang jangan kemana-mana. Pokoknya kalo udah jam pulang nanti Mang Ujang bakal jemput kamu di sekolah. Awas kamu kabur-kaburan lagi."

"Iya-iya Mamaku sayang, masih inget aja sih,"

Kenalin nama gue, Celinka Mia. Anak kelas 10 yang gak terlalu hitz. Hari ini adalah hari pertama gue masuk sekolah dan gue harap hari ini gue dapet temen baru yang asik. Mama pernah bilang kalo SMA itu lebih seru daripada SMP, makanya gue pengen cepet-cepet masuk SMA dan bikin cerita gue sendiri.

***


Mia mengerutkan keningnya begitu melihat gerbang sekolah telah ditutup rapat-rapat. "Aduh kayaknya gue telat deh, duh gimana nih?!" Ujar Mia sambil menggigit ujung bibirnya pelan.

Hari pertama sekolah dan sekarang ia harus terjebak di balik pagar besi nan tinggi menjulang memang bukan hal yang diinginkan seorang Mia. Dalam keputus asaan Mia mulai mengedarkan pandangan ke segala penjuru arah. Dan benar saja, tak ada jalan pintas untuk masuk ke dalam. Pak satpam yang biasanya menjaga gerbang pun lenyap entah kemana. Tak berselang berapa lama, terdengar samar suara cowok dari arah belakang.

"Telat ya?" Mia hanya meringis mendengar suara samar itu. Sebenarnya, itu bukanlah suara sambaran petir ataupun suara badai angin topan, itu hanya suara seseorang namun dapat membuatnya ketakutan setengah mati begini.

Seketika Mia berbalik dan menatap cowok jangkung yang sedang berdiri di hadapannya. Dan seketika itu juga, Mia speechless melihat sosok pria nan rupawan kini tengah menatapnya serius.

Dalam hati Mia bersenandung. Ngimpi apa gue tadi malem, bisa liat cowok kece pagi-pagi gini?

"Hey, kamu gak papa kan?" Ujar cowok itu, sambil melambaikan tangan di depan muka Mia yang memerah.

Sontak saja Mia langsung tersadar dari lamunannya. "Hah? Eh i-i-iya kak, aku boleh masuk gak?" Jawab Mia sambil tak henti-hentinya melayangkan kekagumam pada sosok yang kini ada persis di hadapannya itu.

Dalam pikirannya, Mia gak pernah nyangka bakal ketemu kakak kelas yang kece badai kaya gitu. Kalo tau ada ginian, Mia bakal rela buat dateng terlambat setiap hari.

Mia hanya membisu sesaat. Mendongak, menatap bola mata hitam pekat milik cowok itu hingga ia sendiri lupa caranya mengedipkan mata. Namun sepertinya cowok itu tak paham jika Mia terkagum padanya.

"Gak usah takut, kenalin gue Raka. Salah satu pengurus OSIS disini. Kalo lo mau, gue bisa bantu lo buat masuk ke barisan tanpa kena marah. Mau gak?"

"Be-beneran kak?" Seneng, bingung atau apalah itu campur aduk dipikiran Mia sekarang ini.

"Udah, gausah gerogi. Ayo, lo mending ikut gue sekarang." Raka melirik Mia yang masih saja mematung. "Hey, apa lo mau di luar sini sampe nanti pulang?" Tanyanya ketus.

"Ya jelas enggak mau lah. Tapi kita mau kemana?" Tanya Mia ragu.

Mia seneng Ya Tuhan, Mia bahagia.

"Udahh lo ikut aja. Gue gak bakal nyulik lo kok." Timpal Raka kemudian.

"Y-ya-udah." Tanpa pikir panjang Mia mulai mengekor Raka dari belakang. Entah sudah ada bunga apa saja yang kini bertaburan dihatinya. Jemarinya tak bisa diam walau sesaat. Senyum Mia merekah, pipinya memerah tanda kasmaran.

Mia sempat melirik beberapa kali ke bedge kelas yang terpasang rapi di lengan kemeja cowok itu. Sudah dipastikan bahwa cowok didepannya saat itu tidak lain merupakan anak kelas XI. Bagi Mia, paling tidak dia sudah tau nama dan kelasnya itu merupakan sebuah pin keberuntungan.

Dalam hati, Mia sangat ingin mensejajarkan langkahnya dan berbincang sepatah atau dua patah dengan Raka. Namun entah mengapa, saat bersama Raka ia sangat gerogi walau hanya sekedar bicara. Saat memandangnya, tatapan Raka begitu tajam. Walau hanya dengan satu lirikan saja, Mia dapat terbungkam seketika. Tatapan yang sama, setelah sekian lama ia tak melihat tatapan semacam itu. Matanya, telah mengingatkannya pada seorang yang tak asing baginya. Bagaimana ia bisa lupa begitu saja?

***

N/A:
Hai..
Gimana-gimana? Jelek kah? Ancur kah? Wk
Maklum ya gaes, gua belom mahir
*kayaknya semua chapnya emang gaje deh:')
Wahaha, yasudahlah___+
Oke sekian dari gua...
Kalo suka jan lupa next chap- ya wk

-qdd

Ma BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang