Delapan: Dorr..

351 43 23
                                    

DALAM ruang BK Raka, Mia, dan Bintar hanya merundukkan kepala mereka. Disambut dengan suara lembut dari Bu Nanik.

"Kenapa, Raka sama Bintar Bu Mus? Bukannya mereka jarang bikin masalah?" tanya Bu Nanik khawatir.

"Mereka berdua ini, tonjok-tonjokan di depan kelas Bu. Untung saja, anak kelas 10 ini memberi tahu saya lebih awal." jawab Bu Mus gemas.

"Apa benar Raka? Apa iya kamu ditonjok sama Bintar?" tanya Bu Nanik memastikan.

"Ehh buk! Kok yang di tanya malah Raka sih? Disini, saya Bu korbannya." gerutu Bintar.

"Kamu bercanda ya? Raka itu gak pernah sama sekali masuk ruang BK. Yang agak sering kan, kamu Tar." sewot Bu Nanik.

Raka tertawa kecil.

"Lah Ibu ini!" sahut Bintar.

"Udah deh. Ibu sekarang mau bicara sama Raka!"

Bu Nanik mengalihkan pandangannya dari Bintar. "Raka, Kok kamu bisa tonjok-tonjokan gini sama Bintar??” tanya Bu Nanik prihatin.

Bintar mulai berggumam.
Kalo sama Raka aja, bisa alus banget gitu ngomongnya.
Giliran sama gue aja dia bentak-bentak. Dasarr gak adil.

"Jadi gini Bu, masak Bintar mau nembak pacar saya, ya saya gak terimalah Bu. Terus Bintar malah ngajakin ribut Bu." jabarkan Raka ngawur.

"Ohh gitu. Dan Bintar, kenapa kamu malah ngrebut pacar orang gitu? Kamu kan punya banyak gebetan, yaa tinggal relain aja satu kan?" Bu Nanik menasehati dengan penuh kesabaran.

"Loh Bu! Kok gitu sihh, ini kan masalah hati Bu. Gak bisa di ganggu-gugat. Lagian cewek yang lagi Ibu bicarain, lagi ada disini." sewot Bintar.

"Dia, yang kamu maksud?" ucap Bu Nanik sambil menunjuk kearah Mia.

Bintar hanya menganggukkan kepalanya seraya meng-iyakan.

"Ehh, Tapi jangan salahin Mia ya Bu, ini salahnya aku sama Bintar. Dai gak salah apa-apa." sahut Raka panik.

"Woy! ya enggak gitu juga. Ini salahnya Mia juga Bu! Karena Mia gak pernah bilang, kalo dia pacarnya Raka." sewot Bintar seakan menyalahkan Mia.

"Ehh lo jangan salahin Mia gitu dong!" sahut Raka.

Mia hanya membisu, dan merundukkan kepalanya bingung.

"Sudahh! Kalian berdua, diam. Ibu disini pusing denger kalian ngoceh kaya gini." timpal Bu Nanik.

"Iya Bu." jawab dua cowok kece itu serentak.

"Kali ini, kalian gak bakal dapet hukuman. Kalian cuma dapet himbauan. Tapi kalo sekali lagi kalian bikin keributan lagi. undangan orang tua kalian bakal langsung dikirim." ancam Bu Nanik.

"Iya, Bu."

Setelah mereka bertiga keluar dari ruang Bk, tiba-tiba terlontar pertanyaan aneh dari Bintar.

"Gimana Mia? Lo mau ninggalin Raka demi gue kan?" tanya Bintar.

"Maaf kak, tapi gue gak bisa ninggalin kak Raka demi lo." jawab Mia spontan dan tanpa Mia sadari Raka sedang ada di sampingnya. Raka pun dapat mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh Mia.

"Yaudah deh, gak papa. Sekali-kali ditolak cewek." ucap Bintar sambil mengerutkan dahinya.

Saat Bintar telah pergi menjauh dari Mia, barulah Mia sadar jika Raka sedari tadi sedang berada disampingnya. Dan kini ia sedang menatapnya serius. Matanya membulat seakan tak percaya. Entah apa yang terjadi, tenggorokannya tiba-tiba mengering hingga ia sulit bicara. Mia meneguk ludahnya dengan susah payah dengan tujuan membasahi tenggorokannya yang mengering itu.

"Ehh Raka, l-lo dari tadi disini?" pipi Mia mulai memerah layaknya tomat matang.

"Sttt, gue denger semua yang lo bilang sama Bintar tadi." sahut Raka.

"Trus, gimana dengan Lo? Lo sendiri ngaku kalo lo adalah pacar gue kan? Apa gue gak bolehh?" tanya Mia.

"Dari pada jadi pacar boongan mending kan jadi beneran." Raka tersenyum sejuta Dolar ke arah Mia.

"Mia, lo mau gak jadi pacar beneran gue? Gue emang gak se-romantis Bintar, yang udah punya banyak pengalaman deketin cewek, dan gue juga gak bisa ngerangkai kata-kata indah kayak dia. Tapi gue suka sama lo Mia. Dan gue gak pengen ada orang lain yang dapetin lo duluan. Kayak Bintar misalnya." pinta Raka sembari memegang tangan Mia.

Mia hanya melongo, seakan tak percaya, kalo Raka beneran nembak dia. Di tempat itu, di waktu itu, dan di hari itu juga

"Mia? Please deh, jangan kayak waktu itu lagi. Ihh hobi lu nglamun ya?" tanya Raka memastikan.

Malu-malu Mia mulai angkat bicara. "Mau."

"So?  Kita pacaran mulai sekarang?" tanya Raka memastikan.

"Emm, maybe" jawab Mia ragu

Sontak Raka langsung ingin memeluk Mia saat itu juga. Tapi terhalang oleh Zoya, yang tiba-tiba datang entah dari mana. Merusak segalanya.

"Eitttss, No! Kalian itu bukan muhrim tau gak sih?" jawab Zoya sewot.

"Iyaa." jawab Mia dan Raka senada.

"Ciee. Ada yang baru jadian nihh gue denger semuanya loh." sindir Zoya.

Mia dan Raka hanya merundukkan kepalanya.

"Cocok banget sih, kalo malu kalian berdua punya kebiasaan sama." ejek Zoya.

"Udah deh Zo, gak usah ngejek kita terus. Mending kita ke kantin bareng yuk! Gua traktir deh." pinta Raka.

"Ini nih, gue demen kalo yang kayak gini! Traktir sepuasnya!" timpal Zoya girang.

"Zoya, jangan gitulah. Gak enak sama Kak Raka nya juga."

"Cieee, lo kok jadi ngebelain kak Raka gitu sihh?" ejek Zoya.

"Emm, kan--" belum selesai bicara Raka sudah memotong pembicaraannya.

"Ya iyalah, gue kan pacarnya! Eh, maksud gue pacar benerannya Mia." ledek Raka.

"Iya-iya, pacar benerannya Mia. Dan ironisnya kalian baru jadi pacar sepuluh menit yang lalu." sewot Zoya sembari melayangkan pandangannya ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya itu.
"Udahlah, ayo kita ke kantin sekarang! Nanti keburu penuh." lanjut Zoya.

***

N/A:
Chap-nya gaje ya? wkwk
Yasudahlah..
Cuma mau bilang itu aja si :v

Ma BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang