Dua belas: Panik

448 32 35
                                    

DENGAN tergopoh-gopoh Raka berhasil sampai di UKS. Bukanlah hal yang mudah untuk hanya sampai ke UKS. Mengingat perjalanan yang lumayan jauh dari tempat Mia pingsan tadi. Ditambah lagi, dengan adanya sambutan puluhan anak tangga membentang diujung pandangan.

Melihatnya saja sudah menciutkan nyali untuk hanya sekedar berkunjung.

Dengan perlahan cowok itu meletakkan tubuh ramping Mia di atas tempat tidur beralaskan matras itu. Masih dalam keadaan terengah-engah, Raka meraih tangan dingin Mia, mencoba menghangatkannya dengan gosokan tangannya.

"Mia, elo kenapa? Jangan bikin gue jadi panik gini dong.. please, bangun buat gue." Raka terus memegang tangan lemas Mia dengan harapan bahwa Mia akan segera bangun dari tidurnya.

Melihat Mia yang tak kunjung sadar, kepanikan Raka mulai menjadi-jadi.

Diliriknya ponsel pintar yang tersimpan rapi dalam saku kemeja milik Mia. Tanpa pikir panjang, Raka mengeluarkannya dari saku.

Untung saja tak ada keamanan apapun di ponsel Mia itu. Langsung saja tangan raka dengan sigap mengotak-atik isi ponsel tersebut.

Geser kiri... Geser kanan..

"Yes akhirnya! Ketemu." Mata Raka berbinar dan terus tertuju pada ponsel dihadapannya itu.

Secepatnya, Raka tempelkan di telinga kananya.

Tutttt...

Tutttt...

Tutttt...

Tak ada jawaban pasti dari nomor yang Raka hubungi saat itu. Tak ada respon, melainkan hanya sahutan dari operator.

Sudah berkali-kali Raka berusaha menghubungi nomor bertuliskan Papi itu. Namun semuanya sia-sia dan sepertinya semua kontak Mia sedang sibuk saat itu.

"Duh, gimana nihh?? Gak ada yang bisa dihubungin lagi, nih orang pada kemana sih sebenernya? Masa iya, semuanya sibuk??" Ucap Raka sebal sembari melemparkan ponsel Mia di atas matras.

Tak berselang berapa lama, ponsel Mia bergetar. Segera Raka mengutipnya kembali.

Mata Raka membulat melihat nomor yang telah ia hubungi saat itu telah memberi umpan balik.

Terdengar suara serak seorang laki-laki paruh baya.

"Iya Mia, kenapa? Maaf ya.. tadi Papi lagi sibuk banget."

"Maaf, ini bukan Mia. Ini saya Raka. Temannya Mia, Om. Om bisa Dateng ke sini gak sekarang?"

"Kenapa? Mia dimana sekarang? Kok Mia bisa sama kamu?" Tanya Papa Mia khawatir.

"Mia pingsan Om, sekarang dia lagi sama saya di UKS. Om tolong secepetnya Dateng ke sini, Mia belum bangun dari tadi. Saya takut Mia kenapa-kenapa Om."

"Saya ke sana sekarang! Tolong jagain Mia dulu sebelum saya datang."

Belum sempat Raka menjawab 'iya' sambungan telepon terputus begitu saja.

Raka kini bisa menghembuskan napas lega dan sedikit lebih tenang sekarang. Setidaknya orangtua Mia sudah mengetahui keadaan anaknya saat itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ma BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang