Tujuh: Wahai degup jantung

346 49 11
                                    

DENGAN segala penasarannya, Zoya mulai bertanya pada orang di sekitar lorong tersebut.

"Ehh, kalian! Please deh, jangan liatin kita pake muka flat kaya teflon gitu dong! Gue risih liatnya,  emang kalian kenapa sihh? Ada masalah ama kita? Ngomong aja!" Tanya Zoya sebal.

Namun tak ada perubahan, semuanya masih sama seperti sebelumnya. Membisu, bungkam tanpa suara. Bahkan, tidak ada yang beranjak dari tempat mereka berdiri.

Tiba-tiba dari ujung lorong, terlihat samar seorang cowok berbadan tinggi, tegap, dengan sweater kelabu Sedang berjalan ke arah Mia dan Zoya.

Semakin dekat, semakin dekat, dan hingga akhirnya berhenti tepat di depan Mia dan Zoya. Tanpa basa-basi, cowok itu langsung berlutut di depan Mia.

"Mia, mungkin lo gak pernah kenal gue sebelumnya, dan mungkin lo baru pertama kali liat wajah gue, Kenalin dulu nama gue Bintar Ardana Prasetyo dan gue udah suka sama lo sejak lo masuk ke sekolah ini. Gue selalu liatin lo setiap hari dan gue udah gak tahan mendem ini lagi." Ujar cowok itu sambil mengela nafas panjang.

Mia hanya mengerutkan dahinya bingung.

"Sebenernya ada tiga pertanyaan yang mau gue kasih sama lo. Yang pertama, apa lo mau belajar mencintai gue? Yang kedua, Lo mau gak jadi pacar gue? Dan yang ketiga, Apa lo udah punya pacar?" Tanya cowok yang gak kalah ganteng dari Raka itu beruntun.

Mia hanya termenung, memikirkan sesuatu. Mia hanya berandai-andai, jika cowok dihadapannya ini adalah Raka bukannya Kak Bintar.

Sontak saja, semua orang di lorong itu langsung kompak menyoraki mereka berdua.

"Terima! terima! terima!"
Sorak semua orang yang ada dilorong tersebut senada.

Namun Mia hanya melihat ke arah Zoya. Zoya memberi isyarat dengan menggelengkan kepalanya, dengan demikian Mia tau apa yang harus dikatakan. Mia menganggukkan kepalanya seraya memberi jawaban atas isyarat Zoya. Melihat hal tersebut Zoya hanya tersenyum.

"Emm, kak--" Belum sempat Mia menjawab.

Dari belakang, datang suara langkah kaki berat mendekat menuju keramaian. Samar-samar, tampak seorang cowok dari kejauhan.

Langkahnya pun semakin cepat, tak disadari ia semakin dekat dan dekat.

Brakkk...

Tanpa basa-basi, cowok itu memukul Bintar tepat di bagian mukanya. Saking kuatnya pukulan cowok itu, Bintar sampai terpental ke belakang.

Bintar hanya mengaduh kesakitan karena pukulan cowok itu.

"Ehh, jangan maen kasar dong broo!" Ujar Bintar.

"Lah, lo ngapain tadi? Beraninya mau nembak Mia? Apa lo gak tau, kalo Mia itu pacar gue?" Sewot cowok itu. Mendengar hal itu, bukan hanya Mia, namun semuanya ikut kaget bukan main.

"Eh sorry ya! Lo bilang apa? Pacar lo? Cihh ngimpi lo! Kalo berani kita lawan satu banding satu. Dan siapa yang menang bakal dapet Mia." Sahut Bintar.

"Oke, siapa takut!" Sewot cowok itu.

Bintar ardana prasetyo, bocah kelas 12 MIPA 4. Diberitain kalo dia itu adalah dewanya cinta di SMA Garuda bangsa ini. Tanpang sihh oke, tapi gosip yang beredar dia bisa nembak lebih dari 4 cewe dalam kurun waktu hanya seminggu dan paling mengejutkan lagi semua cewe yang dia tembak pasti bakal luluh dan mau jadi pacarnya. Dia juga punya banyak banget gebetan di kelas 10 sampe mungkin aja, dia punya semua kontak cewe cantik di sekolah ini.

Semua orang dilorong mulai berbisik, membicarakan tingkah mereka berdua. Lagi-lagi Mia speechless dan hanya bisa melongo, mendengar ucapan cowok yang tidak lain dan tidak bukan adalah Raka.

Dalam hati Mia bersenandung..
Wahai degup jantung..
kenapa hanya Raka yang membuatmu bisa berdegup lebih kencang? Apa ini tandanya aku emang lagi beneran jatuh cinta sama dia?

Pertengkaran antara Raka dan Bintar pun tak dapat terelakkan lagi. Tak ada seorangpun yang berani melerai mereka. Sekalipun Mia sudah teriak-teriak agar mereka berhenti bertengkar, tapi nyatanya mereka sama-sama kekeh. Akhirnya Mia memutuskan untuk menuju ruang guru, agar mendapat bala bantuan.

Aksi saling tonjok mereka akhirnya dapat berakhir ketika, Bu Mus selaku kesiswaan datang untuk menindak mereka.
Untung saja, Mia dapat datang dengan Bu Mus tepat waktu, sebelum mereka melakukan hal yang diluar nalar.

Langsung saja tanpa aba-aba, Bu Mus menjewer telinga mereka berdua. Bu Mus sampai rela menjinjit hanya untuk meraih daun telinga kedua cowok kece itu, mengingat tubuh gemuk nan padat miliknya-lah yang telah membatasi geraknya sendiri.

"Kalian itu ngapain hah? Kalian itu masih SMA. Mau jadi apa kalian nanti? Sekarang juga, ikut Ibu ke ruang BK!" Tegas Bu Mus sembari menjewer telinga Raka dan Bintar.

"Aduh! Tolong lepasin kami Bu, kami t-ta-tadi cuman main-main aja. Gak benerann." Pinta Bintar.

"Iya Bu Mus, kami cuman main-main Bu." Sahut Raka membenarkan ucapan Bintar barusan.

"Kalian masih mau ngeyel sama Ibu? Jelas-jelas kalian sampe babak-belur gitu. Masih ngomong cuma maen-maen?" Bentak Bu Mus.

***

N/A:
Hai.. Ketemua lagi ama gua!
Bosen ya, ketemu gua melulu? Ehe yasudahlah..
Bosennya sama gua aja, jangan sama ceritanya:'(
Kasian kan, gak salah apa-apa.. wk
Oke, see ya!
Suka? Lanjut ya!

-qdd

Ma BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang