Cafe

7.7K 428 3
                                    

"Ha?"
Aku cuma bisa menganga lebar mendengar ucapan si daddy ganteng ini. Ya Tuhan... Mimpikah ini? Kalau mimpi, plis...lelapkan aku dalam tidurku. Pengen ada di mimpi aja! Berasa lemes meleleh gak karuan rasanya. Oh..oh... Jantungku...selamatkan jantungku!

"Ahahahahhaha!!"
Seketika segala hayalanku musnah mendengar suara tawa nyaring yang keluar dari mulut pria satu ini.
"Aku becanda kok. Jangan syok gitu dong." Kulihat dia tersenyum geli sambil berusaha meredam tawanya menggunakan tangan kanannya.
What? Tadi itu cuma becanda doang? BERCANDA?!! OH GOD!! Pinter banget nih cowok! Dalam sekejab membuatku melayang dan dalam sekejab pula membuatku jatuh berkeping-keping. Sakit Tuhan...sakit....

"Oh... Iya aku tau kok kalo kamu cuma becanda." Kupaksakan senyumku padanya. Kuedarkan pandanganku melihat segala penjuru cafe.
Apapun itu, aku harus mengalihkan tatapanku sebelum dia tau kalau aku 'ngarep'banget tadi.

"Kamu marah?"
Kini dia memaksaku menatapnya dengan menyentuh pipi kananku.
Wajah...oh wajah...jangan blushing!

"Eh? Emmm... Enggak kok. Biasa aja hehehehe. Udah biasa digombalin kok."

Yah... Gue udah biasa digombali ya tuan duda!
Jengkel juga lama-lama ngadepin duda satu ini. Untung ganteng, coba kalo kagak? Gue tendang dengkul lo!

"Ya... Aku kan gak tau kalo misalnya kamu marah atau tersinggung. Syukurlah kamu gak tersinggung. Hehehe."
Dia menggaruk belakang kepalanya. Oh... Pose yang oh so wow cute!

Kami saling terdiam. Karena tidak ada yang memulai pembicaraan lagi, kuputuskan untuk mengakhiri kecanggungan ini.

"Maaf, mas. Kayaknya aku harus pulang."
Kubereskan tasku dan mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar billku tadi.

"Gak usah,Tik. Aku aja yang bayar. Sekalian aku antar."
Tanpa mendengarkan jawabanku, dia langsung memanggil pelayan dan membayar semua billku dan Lita tadi.

"Ayo."

Dia menggandeng tangan kananku dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya menggendong Aldo.
Aku hanya bisa terdiam. Terlalu sulit untukku bersikap bagaimana saat ini. Semua ini tak pernah kubayangkan.
Berbicara akrab dengan single daddy yang ganteng ini, pulang bersamanya dan... Astaga! Dia menggandeng tanganku! Catat! Menggandeng! Seakan aku adalah istrinya dan kami terlihat seperti sebuah keluarga harmonis.

Deg
Deg
Deg
Oh... God...!!

Sepanjang perjalanan menuju tempat mobilnya diparkir, aku hanya bisa menunduk. Malu!
Ya ampun... Kalau ada salah satu staf guru di sekolahku yang melihat kejadian ini bagaimana? Seorang walikelas jalan bareng walimuridnya?
Ah... Sudahlah. Kami hanya jalan biasa. Bukan jalan dalam arti lain.

Sebuah sentuhan di tanganku yang berubah menjadi remasan lembut membuatku sadar dari lamunan sesaatku.

"Sudah melamunnya?"
Wajah Rio terasa dekat sekali Tuhan...
Mungkin sekitar sepuluh senti dari wajahku. Aw...aw... Tampannyaaaaa....

Eh? Fokus Tika! Jangan kebanyakan ngelamun!

"Hehe... Maaf Mas."

"Ya sudah, ayo masuk. Jangan bengong terus ya Bu Cantik."
Dia membuka pintu samping kemudi untukku. Terlihat romantis, tapi aku sudah menekankan pada diriku untuk fokus. Perlakuannya mungkin berlaku untuk semua wanita. Jadi aku gak boleh kegeeran lagi.

Ctik!
Kupasang sabuk pengamanku. Kulihat Rio juga sudah memasang sabuj pengaman miliknya. Tunggu. Kenapa ada yang kurang? Tapi apa?
Aku meneliti seluruh badan Rio dan tidak menemukan kejanggalan sama sekali. Tapi aku tetap merasa janggal!

"Ada apa?"
Dia terlihat khawatir karena aku dari tadi melototin dia dari atas sampai bawah.
Kucoba untuk tenang sambil berpikir adakah yang kurang? Tadi sepertinya Rio tidak sendirian?

" Astaga! Aldo! Mana Aldo!"
Aku segera membuka pintu mobil. Tapi terkunci. Kupandang Rio dengan penuh tanya.

"Terkunci. Apa yang sebenarnya kamu pikirkan? Tidak mungkin aku meninggalkan anakku bukan? Tuh lihat."

Dia menoleh ke belakang dan terlihat Aldo sedang tidur telentang di jok belakang.

"Ma-maaf. Aku kurang fokus sepertinya."
Kutundukkan kepalaku. Aku malu sekali. Seharian ini, kenapa fokusku seperti hilang? Apa yang terjadi padaku?

"Tidak apa-apa. Mungkin kamu lelah." Dia tersenyum tipis dan segera melajukan mobilnya di jalanan Jakarta yang selalu macet ini.

Aku mengalihkan pandanganku menatap jalanan.
Tuhan.. Sebenarnya ada apa denganku? Kenapa aku selalu kehilang fokus saat bersama Rio? Jantungku selalu bertalu-talu berlebihan. Mungkinkah rasa itu? Ataukah hanya karena aku selama ini terlalu kesepian? Sehingga saat aku dekat dengan Rio aku merasa senang? Ah... Entahlah. Aku pusing. Mungkin ini hanya rasa senang karena aku dekat dengan pria lagi. Yah... Mungkin saja.

TBC

VOMENT yaaa jangan lupa. Hehehe

Cinta Pengganti (Your Love, Teacher) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang