Hati Ke Hati

6.5K 394 3
                                    

Hari berikutnya dan seterusnya aku setiap pulang mengajar selalu pulang terlebih dahulu kemudian berangkat ke rumah Rio.  Biasanya jam 2 aku akan kesana.  Aldo semakin hari semakin ceria dan semangat belajar.  Biasanya kami akan memulai sesi belajar mengajar selama satu atau dua jam. 

Semua tergantung dengan kondisi Aldo.  Aku tak mau  memaksa anak itu untuk menyerap terlalu banyak materi pembelajaran.  Setiap dia sudah merasa lelah atau bosan belajar,  kami akan menyudahi sesi belajarnya. 

Pembelajaran tambahan yang kami lalui adalah mengulang setiap materi yang telah kuberikan di kelas.  Jadi ketika Aldo merasa kesulitan,  maka disitu aku akan mengajarkannya dengan sabar.

Tidak setiap hari kami melakukan kegiatan itu,  kadang ketika dia tidak mengalami kesulitan dalam pelajaran,  yang kami lakukan adalah bermain. Kami lalui hari dengan menyenangkan.  Bermain petak umpet di halaman belakang rumahnya yang luas dan asri,  membaca buku di perpustakaan pribadi di rumahnya,  menonton tv, sampai mengajarinya membuat nasi goreng karena dia ingin memasak untuk papanya. 

Anak itu benar-benar mampu membuat hariku yang terkesan datar dan monoton menjadi penuh warna.  Aku seperti merasa menjadi seorang ibu.  Bahkan aku belum pernah membayangkan hal seperti  itu sebelumnya.

Rio? Aku jarang sekali bertemu dengannya.  Selama sebulan lebih aku menjadi guru les pribadi Aldo,  aku hanya bertemu dengannya beberapa kali.  Itupun saat aku sudah mau pulang ke rumahku. 

Biasanya aku pulang ke rumah ketika hari menjelang senja.  Kadang jam 5 aku pulang.  Paling lama aku di rumah itu ketika aku menuruti permintaan Aldo untuk makan malam disana.  Yah...  Selesai makan tentu aku langsung pulang karena saat itu sudah hampir jam setengah tujuh. 

Aku adalah seorang wanita dan tidak pantas rasanya bagiku pada jam seperti itu aku masih berada di rumah seorang duda.  Aku tak mau ada anggapan berlebihan tentangku.

Dan saat makan malam itulah pertama kalinya aku makan malam dengan Rio tentu ada Aldo juga. Kurasa,  aku memang harus menjaga sikap dan perasaanku terhadap Rio.

Seperti ketika Rio mengantarku pulang hari ini.  Entah kesialan apa yang menimpaku,  ban motorku bocor saat aku mengeluarkan motorku dari garasi rumah Rio.  Yah,  aku memang disuruh oleh Rio untuk selalu parkir di garasinya setiap aku berkunjung kesana.

Dan karena insiden ban yang bocor,  aku terpaksa menerima tawaran Rio untuk mengantarku pulang.  Untuk urusan motorku,  dia sudah mengutus  Pak Dadang,  satpam di rumahnya untuk mencari tambal ban.

Dan disilah aku.  Duduk diam di dalam mobil. Tak ada pembicaraan.  Kulirik sebelahku dan menemukan Rio fokus menyetir.

Yasudah.  Aku hanya diam saja.  Aneh rasanya kalau aku mengajaknya bicara duluan.  Aku sadar posisiku.

"Ehem. "

Kulirik asal suara di sampingku.

" Kurasa,  hubungan kita semakin kaku. "

Ha? Apa yang dia katakan? Hubungan  apa? Memangnya dia pacarku apa?

" Hubungan apa? " sahutku bermaksud menanyakan maksud kata  'hubungan'  yang dia katakan.

" Yah... Kurasa kita adalah teman,  Bukan? Kita sudah akrab.  Bukan lagi bersikap formal antara walikelas dan walimurid.  Tapi kurasa sejak kau jadi guru les privat Aldo, kau terasa semakin menjauh.  Seperti kita tidak pernah kenal sebelumnya. "

Dia melambatkan laju kendaraan dan memutar stir ke arah sebuah taman.

" Soal itu,  maaf.  Karena kurasa akan sulit juga menjalin pertemanan dengan walimuridku. "
Jawabku dengan datar. 

Cinta Pengganti (Your Love, Teacher) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang