Terlalu Berharap

6.8K 399 2
                                    

Hari demi hari kujalani. Hidupku mulai terasa berbeda sejak pertemuanku dengan Rio di Cafe. Ada rasa senang mengingat hal itu. Yah... Walau kami hanya berteman, aku merasa senang. Walau terkadang, aku membayangkan hal yang lebih dari teman. Hanya membayangkan saja. Karena aku tidak mau berharap lebih.
Lagipula, aku belum siap menjalin sebuah hubungan yang berkomitmen.
Bukan berarti aku suka hubungan yang main-main, hanya saja daripada aku nenjalin hubungan serius, aku lebih baik menikmati masa mudaku yang mulai limit ini. Menikmati kesendirian ini. Kalau dibilang aku bahagia dengan menjomblo? Itu HOAX!! Kadang aku juga ingin punya pacar. Kencan. Bergandengan tangan. Berpelukan. Berciuman.
Tapi apalah daya, kenangan masa lalu yang buruk terasa menyiksaku setiap aku ingin menjalin hubungan.
Bukan hanya sekali dua kali ada pria yang dekat denganku. Tapi apalah daya, aku hanya belum siap dengan sebuah hubungan yang berkomitmen. Alhasil, aku hanya bisa mengandalkan sebuah kata SAHABAT bagi setiap laki-laki yang mendekatiku.

Hufft.... Memikirkan itu, membuat dadaku terasa sesak. Sulit sekali lepas dari bayang-bayang masa lalu.

Semua akan indah pada waktunya. Aku yakin itu.

Dan disini, di kantor guru yang lengang. Aku hanya bisa melamun meratapi nasibku. Teman- teman guru sedang di kantin untuk mengisi perut mereka. Bu Santi tadi mengajakku, tapi aku terlalu malas untuk mengangkat pantat ini dari kursiku yang nyaman. Toh, aku sudah sarapan hehehehe. Kalau belum sarapan, tanpa perlu berpikir lama aku pasti sudah berjalan penuh semangat empat lima ke kantin. Hahahaha..

Drrtt.....Drrrt...

Klik!

"Halo."

Setelah mengangkat telpon, terdengar suara bass khas seorang pria yang dekat denganku akhir-akhir ini. Dadaku terasa sesak hanya mendengar suaranya. Oh! Bukan sesak yang menyakitkan, tapi sesak yang.. Menyenangkan!

"Halo Mas."

"Sudah sarapan? Ini jam istirahat kan?"

"Yah... Sudah Mas. Mas Rio sudah?"

"Sudah kok. Um... Tik, kamu repot akhir minggu ini?"

Deg! Ada apa ini? Dia menanyakan apamkah aku repot akhir minggu ini? Apakah ini ajakan kencan? Oh Ya Tuhaaaannnnn....aku terlalu berharap!

"Emm... Kurasa tidak, Mas. Ada apa Mas?"

"Begini, Kuperhatikan Aldo kurang semangat belajar akhir-akhir ini. Dia terasa malas. Bisakah hari minggu nanti kamu bantu Aldo belajar? Kamu walikelasnya, kurasa dia akan menurut denganmu."

Doeng!!
Anjrit!!

Kukira ajakan kencan!!!

Langsung melemas tubuh ini mendengar ucapannya. Mau menolak, takut dia tersinggung. Mau menerima, rasanya terlalu kecewa. Haisshhh....

"Tika? Tik? Kamu masih disitu kan? Halo?"

Kuatur dulu nafasku sebelum menjawab. Yah... Aku harus bersikap tenang dan menunjukkan wibawakh sebagai guru. Yep! Singkirkan perasaan kecewamu, Tika!

"Yah... Aku bisa kok Mas. Jam berapa?"

"Jam 9 aku jemput, bagaimana?"

"Oh iya Mas."

"Terima kasih sebelumnya. Maaf ya sudah merepotkanmu."

"Iya Mas, sama-sama. Kalau sudah tidak ada perlu, saya tutup ya telponnya. Sudah hampir waktunya masuk kelas."

"Iya, sampai jumpa. Dahh..."

"Dahh..."

Klik!

Hahhhh

Kecewa sungguh kecewa daku ini. Terlalu berharap sih. Harusnya aku tadi gak perlu merasa ge er. Hmmm.... Nyesel!

Kutelungkupkan wajahku dilipatan kedua tanganku di atas meja. Aku butuh tidur sejenak. Semoga perasaan kecewa ini hilang. Ug! Sejak kapan juga aku se NGAREP ini?

Ah, tidur...tidur. Masih lima belas menit sebelum bel masuk.

TBC

Jika berkenan,  silahkan vote dan komen ya.  😊😊😊

Cinta Pengganti (Your Love, Teacher) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang