Part 4

325 40 3
                                    

"Bodohnya kau, Anne Hilbert!"

"Aku.. Aku tau."

"Anne.. Charlie Puth baru saja mengajakmu berbicara! Lelaki yang kau sukai! Dan kau menghindarinya!?"

"Aku merasa canggung, Grace. Lebih baik aku pergi, lagipula Louis sudah menjemputku."

Grace menghela nafas. "Kau akan menyesal."

"Uh— aku malu."

"Kau tahu ini pertanda yang baik, kan?!"

"Ya..."

Semenjak pulang sekolah kemarin, aku terus memikirkan bagaimana Charlie secara tiba tiba menghampiriku dan mengajak ku berbicara. Padahal selama ini kami hanya sekedar menyapa. Itu pun Charlie yang menyapaku pertama.

Charlie Puth mengajakku berbicara!

Sudah lama aku menyukai Charlie secara diam diam. Senior yang di idolakan para gadis di sekolah. Grace pernah berkata, sebaiknya aku menyampaikan perasaanku langsung kepada Charlie. Tapi aku tidak memiliki keberanian itu. Aku lebih memilih untuk memendamnya.

"Hei, itu Charlie. Sapa dia!" pinta Grace saat kami berjalan ke arah taman sekolah. Kulihat Charlie juga berjalan ke arah taman sendirian hendak menghampiri teman temannya yang telah menunggu. "Ayo, Anne. Hanya sekedar menyapa,"

Aku memutuskan untuk menyapanya. "Hai."

Charlie tersenyum. "Hei."

"Maaf, kemarin aku terburu buru." ucapku. Charlie berkata itu bukan masalah besar. Lantas aku melirik ke arah belakang Charlie, melihat Grace yang sudah duduk di bawah pohon sambil melambaikan tangannya dan kuyakini ia juga berkata 'go on,'

"Baiklah. Daah." Charlie menahanku. "Boleh ku minta nomor telpon mu?"

"Tentu." Jawabku dan segera memberikan nomor telponku. Setelah mencoba menelponku dan masuk, Charlie segera mematikannya dan mengatakan terima kasih.

Aku melambaikan tanganku, lalu segera pergi meninggalkannya dan berjalan mendekati Grace.

Aku menunjukkan wajah senangku. "Guess what!" Grace menunggu jawabanku. "He asks my number!"

Wajah Grace terlihat kaget, sekaligus senang. "Bagus, Hilbert!" ucap Grace sambil mengacungkan kedua jempolnya. Tiba tiba Lis datang dan duduk bersama kami. "Apa yang kulewatkan?"

Aku melirik ke arah Grace, begitu juga sebaliknya. "Charlie Puth asks my number!"

"Serius!?" Lis sedikit berteriak. Melirik ke arah Charlie berada. Aku mengangguk semangat.

"Mungkin ia akan mengajakmu kencan." ucap Grace, yang mana aku tidak kepikiran hal itu. "Tidak, itu terlalu jauh." sela Lis. "Maksudku, belum."

Grace mengangguk setuju. "Kau benar."

"Sudahlah, mungkin Charlie hanya ingin menjalin pertemanan." kataku. Aku tidak mau berharap terlalu tinggi. Aku takut ini semua diluar ekspetasiku dan akan menjatuhkanku.

***
Hari berjalan begitu cepat. Hari ini Sabtu, hari dimana pesta Christine di selenggarakan. Kemarin, Grace menemani ku membeli pakaian baru. Sebenarnya itu semua tidak perlu karena aku sudah mempunyai banyak pakaian. Tapi Grace begitu memaksakan saat aku memberitau bahwa Charlie menjemputku untuk pergi ke pesta Christine. Grace berkata mungkin setelahnya aku akan di ajak kencan. Yang benar saja, pesta Christine bisa saja hingga tengah malam. Mana mungkin aku pergi setelahnya? Mom akan membunuhku.

Aku akan menjemputmu pukul 7.

Itulah pesan yang kuterima dari Charlie sejam yang lalu. Sekarang pukul 5, aku baru saja selesai mandi. Aku segera mengeringkan rambutku dengan pengering rambut, lalu aku mengambil hair straightener ku. Setelahnya, aku membubuhi sedikit make up di wajah dengan bedak dan lipgloss, serta menggunakan mascara. Selesai berdandan, aku segera mengganti pakaian dengan dress yang sudah ku beli bersama Grace.

The Feeling (Tom Holland//Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang