"Apa!?" seruku. Zack gila. Apa dia tidak memiliki tantangan yang lain? Lagipula, mengapa denganku? "Tidak mau."
Joseph, Rick, dan Daniel tertawa. "Anne, hanya sekedar ciuman." ujar Rick usai tertawa. Aku tetap menggeleng. "Bagaimana jika Charlie tau?" kata Grace.
Joseph memutar bola matanya. "Seperti kata Rick, ini hanya ciuman. Charlie bisa memaklumi itu."
"Ya, Charlie dan Anne juga belum berpacaran, kan? Charlie tidak mempunyai hak untuk melarang." timpa Zack, dan di lanjut dengan Joseph menjentikkan jarinya. Aku mendesah.
Tom akhirnya menggeleng. "Konyol."
"Come on, Tom..." Zack tampak memohon.
"Ya bro. Its just a kiss. Kiss her now and it's done."
Aku memandangi Grace, yang memohon untuk menghentikan permainan ini. Tapi Grace hanya terlihat pasrah, sambil sesekali menoleh ke arah belakangku untuk memastikan tidak ada Charlie atau yang lain.
Tom menoleh ke arahku. Ia terlihat memandangiku beberapa saat, dan kemudian ia melirik ke arah belakangku. Dengan cepat ia menoleh ke depan sambil memutar bola matanya.
"Anne!" seru seseorang, sedetik setelah Tom kembali ke posisi awalnya. Sempat kulirik ia mengambil segelas minuman yang tersedia di sampingnya dan meminumnya. Aku menoleh, dan melihat Charlie jalan mendekat.
"Anne..." aku menoleh ke Grace yang memanggilku dengan halus. Aku kembali menoleh ke arah Charlie dan berdiri untuk berjalan mendekat.
Charlie berada di hadapanku, ia segera mengajakku pergi. Sempat Charlie melirik ke belakangku dan melambaikan tangannya sekali, mungkin ia berpamitan kepada Grace dan yang lain. Kudengar suara Zack, Joseph, Daniel dan Rick berseru kencang. Entah apa yang mereka katakan, karena aku sudah jalan menjauh untuk memasuki ke dalam rumah bersama Charlie.
Charlie mengambilkan ku minuman. "Terima kasih."
"Charlie, kau darimana? Ayo, yang lain sudah menunggu." ucap seorang gadis, yang kuyakini ia jugalah senior.
"Aku bersama dia." kata Charlie. "Hailey, ini Anne."
Gadis yang bernama Hailey itu memandangiku dengan masam. Ia lalu hanya memberikan senyuman kecil dan kembali melihat ke arah Charlie. "Uhm, kupikir yang lain sudah menunggu mu, Charls."
Oh, gadis ini terus memaksa Charlie untuk ikut dengannya. Apa ia tak dengar, Charlie sekarang sedang bersamaku?
"Kau mau ikut?" tanya Charlie kepadaku. Sejenak aku berpikir, jika aku ikut bermain bersama mereka maka yang terjadi aku hanyalah sebuah patung yang menonton permainan. Secara, aku tidak kenal dengan mereka. Apalagi Hailey terus memandangi ku tidak enak. Tetapi jika
Charlie pergi, maka aku akan kembali sendiri dan harus menyelesaikan tantangan ku dengan yang lain. Duh."Tidak." jawabku. "Kami tidak ikut." ujar Charlie kepada Hailey. Bagus!
Hailey memutar bola matanya. "Kenapa?"
Kenapa katanya?
"Kau duluan saja, Hails. Aku menyusul." Charlie bebicara seolah enggan menatap Hailey. Menyadari itu, Hailey segera pergi meninggalkan kami ke kerumunan senior.
"Mengapa kau tak ikut?" tanyaku. "Aku kemari bersamamu, Anne."
***
"Anne, bangun!" samar samar kudengar suara seseorang yang terus menggangguku sejak tadi."Aduh, kenapa susah sekali?" serunya sekali lagi. Aku membuka mataku perlahan. "Akhirnya bangun..." kenapa berisik sekali, Lou?
Aku memandangi Louis beberapa saat, lalu kembali memejamkan mataku dan berbalik ke arah lain. Kepalaku sangat pusing, tadi malam aku dan Charlie tidak sekedar berbincang berdua, melainkan kami juga berakhir bergabung dengan yang lain. Kalau tidak salah, aku pulang pukul 1. Entahlah, kepalaku begitu berat untuk mengingat semuanya.
"Tidur lagi? Bangun!" Louis terus berusaha membangunkanku dengan cara menarik selimutku. "Aku sudah bangun, Lou!" teriakku sembari terduduk. Aku berjalan ke arah kamar mandi untuk membasuh wajahku. Aku melihat pantulan diriku di cermin terlebih dahulu. Wajahku begitu kacau, rambutku sangat berantakkan. Akupun memilih untuk segera mandi.
Selesai mandi, aku segera berjalan ke arah tempat tidur dan mengambil handphone ku. Sambil menyisir rambut, aku melihat tidak ada pesan masuk dari Charlie, ataupun Grace juga Lis. Melainkan Jean. Mungkin mereka masih lelah karena semalam.
Aku ingat, hari ini kami ada kerja kelompok.
Anne, sepertinya kita tidak bisa mengerjakan tugasnya hari ini. Tom mendadak tidak bisa, sedangkan Tom memberitauku kalau Zack masih saja mabuk karena tadi malam. Mungkin besok Senin.
Tom mendadak tidak bisa? Apa dia juga mabuk dengan yang lain? Tapi Jean memberitauku jika ia di beritau oleh Tom kalau Zack mabuk. Tidak mungkin Tom memberitau Jean dalam keadaan mabuk. Baiklah, aku sendiri juga masih sedikit lelah akibat semalam.
Oke, besok sepulang sekolah.
Setelah membalas pesan Jean, aku segera menaruhnya di sampingku lalu membanting tubuhku ke kasur. Aku melirik ke arah jam dinding, rupanya sudah pukul 9 dan aku belum sarapan. Lantas aku segera bangkit dan keluar untuk sarapan.
Aku menuangkan susu cokelat ke dalam gelas, setelah memasak omelette. Tak perlu lama lama, aku segera melahapnya hingga habis.
Tak langsung kembali ke kamar, aku memilih untuk duduk di sofa dan menonton tv. Tumben, rumah begitu sepi. Kemana dad, juga mom? Kebiasaan dad di minggu pagi menonton tv sambil menikmati secangkir kopi, sedangkan mom biasa berolahraga atau membuat kue. Louis pun bisa saja berada di kamarnya, aku tidak terlalu mempedulikan nya. Kini aku bosan, karena tidak ada yang bisa kulakukan.
Dalam sekejap, terbesit di pikiranku untuk berjalan jalan di sekeliling rumah. Aku dengan cepat pergi ke kamarku untuk mengambil handphone, headset dan pennyboard.
Now Playing: 24K Magic - Bruno Mars
Sudah 20 menit, dan aku masih bingung harus pergi kemana. Aku masih asyik bermain pennyboard serta mendengarkan musik melalui headset. Dan kemudian, perhatian ku tertarik kepada salah satu rumah. Ralat, seorang pemuda yang sedang bermain basket di halaman depan rumahnya dengan shirtless.
Terlihat familiar..
"Tom?" lelaki itu segera melemparkan bola basket yang ia pegang ke dalam ring. Dan benar, itu adalah Tom. "Tom!" seruku sekali lagi.
Ia menoleh. Aku segera melepas headset lalu mendekat. "Anne?"
"Hei, rumah kita tidak terlalu jauh," ucapku.
"Begitu?" katanya, yang tampak tak tertarik berbicara denganku. Sekali lagi, ia kembali memasukkan bola basket kedalam ring.
"Tunggu dulu, kau bilang kau sibuk?" tanyaku. Aku teringat Jean berkata bahwa Tom mendadak sibuk. Sibuk bermain, sampai lupa dengan tugas?
Tom berjalan mendekat sambil mengacak acak rambutnya. "Memang." Tumben sekali ia bersikap begitu dingin, apa ada masalah? Mungkin karena tantangan yang di berikan Zack semalam, jadi dia jadi sebal padaku? Kalau memang itu penyebabnya, itu tidak masuk akal. Salahkan kepada Zack, bukan kepadaku.
"Baiklah." ucapku menyerah. Hendak bertanya mengapa, tapi ku urungkan niatku. "Besok, sepulang sekolah. Tidak ada pengecualian," kemudian aku kembali memasang headset dan hendak pergi.
"Tunggu dulu." ia memegang lenganku, berusaha menahan. "Jangan pergi."
———
To be continued.Please don't be a silent reader, your vote and comment it means a lot for me. Thank you very much :)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Feeling (Tom Holland//Indonesia)
FanfictionGadis itu mencintai pemuda tersebut, hingga ia tau bahwa pemuda tersebut bukanlah orang yang tepat dan membuatnya percaya bahwa cinta itu tidak ada. Dengan bantuan seseorang, gadis itu akhirnya melupakan pemuda itu dan orang tersebut juga mengembali...