"Jangan pergi." ujar Tom. Aku melirik kearah tangannya yang mencegat lenganku untuk pergi, lalu ia segera melepasnya. Aku menyipitkan mataku. "Ada apa?"
"Eh— Aku minta maaf. Perbuatan teman temanku semalam. Kau tau, di permainan Truth or Dare." jelasnya. Aku mengangguk paham. "Oke, aku pergi. Tidak ingin mengganggumu yang sedang sibuk." ujarku dan masih sedikit kesal karena ia membatalkan kerja kelompok. Ya, walaupun tidak seluruhnya itu salah Tom. Tom mengabaikan apa yang baru saja kukatakan dan berlari mengambil bola basketnya, lalu memasukkannya ke dalam ring. "Seperti kataku tadi, aku memang sibuk." ucap Tom dan terus memainkan bola basketnya. Aku menggelengkan kepalaku tidak percaya. Tadi ia baru saja bersikap baik padaku, dan sedetik kemudian berubah menjadi menyebalkan. Kalau kata Lis ia itu sangat cuek, well, selain itu ia juga menyebalkan.
***
"Hei, kau darimana?" ujar Louis yang tiba tiba sudah di depan pintu saat sesampainya aku dirumah. "Mencari udara segar?" kataku dan segera masuk kedalam rumah melewatinya. "Bukankah ini terlalu siang untuk mencari udara segar?" balas Louis sambil membalikkan badannya. "Memang." ucapku, dengan nada sedikit kesal karena Tom sebelumnya. Louis menghembuskan nafas panjang. "Baiklah, aku pergi dulu. Oh— seseorang mencarimu saat kau pergi, Anne." kata Louis dan segera menutup pintu. Aku menghentikan langkahku dan segera berlari mengejar Louis, sebelum ia pergi. Hendak bertanya siapa yang mencariku tadi."Siapa!?" seruku. Louis yang hendak membuka pintu mobilnya segera berbalik untuk menjawab pertanyaanku. "Charles? Aku lupa, Anne." kata Louis sambil mengingat-ingat, tapi kemudian ia langsung membuka pintu mobilnya dan segera masuk. Louis membuka kaca mobilnya dan melambaikan tangannya kepadaku, lalu mobil berjalan meninggalkan perkarangan rumah.
Sudah dapat dipastikan itu Charlie. Bukan Charles. Lagipula, siapa itu Charles? Aku tidak memiliki teman bernama Charles. Louis, kau sepertinya ada sedikit gangguan mengenai memorimu.
Berkali kali aku mencoba menelfon Charlie, tapi Charlie tak kunjung angkat. Akhirnya aku memilih untuk berhenti menelfon, dan beralih untuk meninggalkan pesan.
***
"Lalu akhirnya?" tanya Grace."Charlie masih belum membalas pesanku." jelasku. Aku menceritakan apa yang terjadi kemarin kepada Grace dan Lis di kantin sekolah. Mulai saat aku berjalan jalan lalu bertemu Tom, hingga Charlie kerumahku dan tidak membalas pesanku.
"Aneh sekali. Maksudku, Charlie. Ia datang kerumahmu tetapi tidak membalas pesanmu." ujar Grace, lalu meminum air mineral yang ia bawa. Lis menaikkan pundaknya, lalu memakan kentang gorengnya. "Mungkin ia sibuk, hingga tidak bisa memegang handphone."
Seketika bel berdering, aku dengan segera bangkit dari duduk ku. "Umm, aku meninggalkan barangku di loker. Sampai bertemu di kelas."
Aku berlari kecil menuju lokerku dan segera mengambil buku ku yang kutinggal. Dengan cepat aku berjalan kekelas, tidak ingin terlambat dikelas mr. Smith atau ia akan akan menghukumku. "Anne."
Lagi, seseorang menghentikan langkahku dengan menahan pergelangan tanganku untuk membuka pintu kelas. Aku menoleh, itu Charlie. Charlie segera melepaskan tangannya. "Maaf aku kemarin tidak bisa mengangkat ataupun membalas pesanmu. Sepulang sekolah, makan siang denganku?"
Aku ingin sekali mengiyakan ajakan Charlie. Tapi mengingat aku harus kerja kelompok biologi, akupun terpaksa menolak ajakannya. "Aku tidak bisa. Aku ada kerja kelompok."
"Kenapa kalian berdiri depan pintu? Ms. Hilbert, segera masuk! Mr. Puth, apa kau hendak melewatkan kelasmu?" suara mr. Smith mengagetkanku saat ia berjalan kearah kelas. Dengan cepat, aku segera masuk kedalam kelas dan duduk disamping Grace, dan tepat di depan Lis. "Apa tadi ada Charlie?" Lis bertanya. "Ya." Woah, apakah suara mr. Smith sekencang itu sehingga terdengar dari dalam kelas? Well, itu memalukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Feeling (Tom Holland//Indonesia)
FanficGadis itu mencintai pemuda tersebut, hingga ia tau bahwa pemuda tersebut bukanlah orang yang tepat dan membuatnya percaya bahwa cinta itu tidak ada. Dengan bantuan seseorang, gadis itu akhirnya melupakan pemuda itu dan orang tersebut juga mengembali...