Enjoy!
***
"Waffle atau pancake?" tanya seorang wanita paruh baya kepadaku. "Pancake."Aku segera melahap sarapan pancake yang baru saja di berikan oleh mom. Tidak membutuhkan waktu lama, selesai menghabiskan pancake ku aku langsung meminum segelas susu yang sudah dituangkan ke dalam gelasku.
"Hei, jangan terburu buru. Kau tidak akan telat, tenang saja." ucap Louis, kakak ku.
Melirik ke arah jam, aku buru buru pergi mengambil tas punggung ku dan segera memakai sepatu. "Hari ini aku harus datang lebih awal. Mr. Smith memintaku untuk membantunya mendata murid baru tahun ini."
"Wow, aku tidak tau jika kau sekarang melakukan itu." Louis berkata seperti meremehkan.
"Mom, aku berangkat." ucapku seusai mengenakan sepatu. "Dimana dad?" Ya, aku biasa berangkat ke sekolah di antar dad.
"Kali ini kau akan berangkat bersama Louis, Anne. Dad sudah berangkat lebih awal untuk pergi keluar kota."
Perkenalkan, namaku Anne Hilbert. Ibuku bernama Diana, ayahku Robert sedangkan yang sudah kalian ketahui kakak lelaki ku Louis Hilbert. Ini tahun keduaku di SMA, sedangkan Louis sudah kuliah selama setahun. Ayahku Robert adalah orang yang sangat sibuk. Dad bekerja sebagai pengusaha. Mom lebih suka memasak dan fashion.
***
"Kau pulang jam berapa?" tanya Louis saat kami mulai mendekati wilayah sekolah."Mungkin jam 11. Hari ini hari pertama sekolah, sepertinya guru guru akan lebih fokus pada murid baru."
Terlihat Louis mengangguk kecil, yang kuanggap ia akan menjemput ku pada jam 11.
Sesampainya di sekolah, aku pamit kepada Louis dan segera membuka pintu mobil untuk turun. Aku berjalan menuju ke dalam gedung sekolah. Hal pertama yang kulakukan adalah pergi ke lokerku untuk mengambil beberapa buku yang akan di pelajari hari ini. Muskipun hari ini hari pertama, yang mungkin tidak ada pelajaran, aku tetap berjaga jaga membawa buku. Aku segera berjalan menuju kantor mr. Smith untuk membantunya mendata murid baru. Sebenarnya aku bukan murid rajin yang seperti kalian pikirkan, namun karena beberapa hari yang lalu, Grace, murid kesayangan semua guru termasuk mr. Smith tidak masuk hari ini, jadi mr. Smith menggantikan Grace. Grace adalah sahabatku, dan pilihan pertama yang menjadi penggantinya adalah aku.
Aku mengetuk pintu. Samar samar kudengar suara dari dalam mengatakan 'masuk', aku segera membuka pintu dan masuk.
"Pagi, mr. Smith."
"Pagi, Anne." sapa mr. Smith dengan senyum sekilas, lalu kembali menatap pada kertas kertas yang berserakan di hadapannya. "Silahkan duduk."
Aku duduk di kursi hadapannya. Tak lama kemudian, mr. Smith memberikan buku lainnya yang mana aku di minta untuk mendata ulang murid baru, melihat apakah ada murid yang belum lengkap datanya.
Satu jam sudah terlewati, aku sudah selesai membantu mr. Smith. Aku pamit pergi dari ruangannya, lalu di ikuti ucapan terima kasih darinya. Berjalan ke kelas, aku melihat Lisa temanku sedang duduk sendirian sambil bermain handphone dan mengenakan earphone. Dengan cepat aku menghampirinya.
"Hei, Lis." sapaku. Sadar akan kehadiranku, Lisa segera melepas earphone nya. "Kau sudah selesai?" Aku mengangguk.
Lisa juga sahabatku. Kami biasa pergi bersama, termasuk Grace yang hari ini tidak masuk karena sekarang dia sedang berada diluar kota.
"Ayo, temani aku ke kantin." ucap Lisa.
Berjalan menyusuri koridor, aku melihat di sisi kiri koridor terdapat 5 orang laki laki yang sedang tertawa. Mereka adalah Zack, Joseph, Daniel, Rick dan Tom. Mereka bukanlah kelompok laki laki yang memakai nama untuk geng mereka, siapa yang menjadi pemimpin ataulah sebagainya. Mereka hanyalah sekumpulan lelaki yang menjadi sorotan semua mata di sekolah. Dan seperti biasanya, gadis gadis di sekolah banyak yang menyukai mereka. Terutama Tom. Mereka begitu tergila gila dengan Tom, Thomas Holland. Entah apa menariknya, tapi menurutku Thomas Holland hanyalah remaja lelaki biasa.
Aku dan Lis berjalan melewati mereka. Tidak biasanya aku menyapa kepada mereka, karena sejujurnya aku hanya sekedar kenal. Kami memang tidak akrab layaknya teman dekat. "Hei, Daniel!" sapa Lisa kepada salah satu dari mereka. Lisa memang akrab dengan Daniel, kadang juga Lisa pulang sekolah bersama nya. Mereka teman satu band.
"Hei, Lis!" balas Daniel. Langkahku terhenti saat Lisa menghentikan langkahnya untuk menyapa Daniel. Begitu juga Daniel, yang berhenti tertawa disusul teman temannya.
Daniel berkata kepada Lis mengenai jadwal latihan band mereka. Sementera aku berusaha tersenyum ke mereka sebagai tanda sapaan.
Setelah memberi sapaan, mereka kembali mengobrol mengenai hal yang tidak ku ketahui. Melirik ke arah Tom yang rupanya tidak ikut mengobrol dengan mereka, melainkan menaruh tatapan nya ke arahku. Menyadari aku melirik ke arahnya, Tom segera memberi senyuman dan memalingkan wajah dari ku lalu bergabung dengan yang lain.
"Baiklah, sampai ketemu hari Jum'at." ucap Lis yang ku yakini sebagai akhir dari perbincangan mereka. "Sampai jumpa." Aku dan Lis kembali berjalan menuju kantin. Di kantin, aku hanya mengambil buah buahan dan air putih.
"Sepertinya ada yang sedang diet." ucap Lis sambil menyatap makanannya. "Aku sudah makan."
"Hai, Anne, Lisa. Sabtu ini aku mengadakan pesta di rumahku. Ya, kuharap kalian datang. Karena semua anak akan datang! Jangan lupa ajak Grace. Bisa, kan?" secara tiba tiba seorang gadis menghampiri meja kami. Christine namanya. Christine adalah salah satu gadis populer di sekolah. Ia populer karena sering mengadakan pesta dirumahnya. "Tentu." balas Lis, disusul dengan anggukanku. "Bagus! Omong omong, Grace, kemana dia? Apa dia sakit?"
"Tidak, dia izin." balasku. "Oh, oke. Kalau begitu sampai jumpa hari Sabtu," Aku membalas lambaian tangannya dengan melambaikan tanganku.
"Woah, gadis itu sangat gila pesta. Kurasa setiap minggu dia mengadakan pesta." ujar Lis sambil kembali menyatap makanannya. "Sepertimu, bukan?"
"Hei, aku hanya suka mendatangi pesta. Lagipula tidak sesering itu." Lis membela
diri. Aku tertawa kecil akan pembelaan Lis yang menolak ia gila pesta sama halnya dengan Christine.Hari ini terasa begitu cepat. Tidak ada pelajaran hari ini. Terlihat semua siswa yang berkeliaran di wilayah sekolah karena guru yang sedang berada di aula untuk memberi pengarahan kepada murid baru. Aku berjalan menuju loker, untuk menaruh kembali buku pelajaran yang ku tinggal di dalam kelas beserta tas ku. Lis sudah pulang terlebih dahulu, ia ada janji dengan ayahnya. Aku mengeluarkan handphone ku, dan melihat pesan dari Louis.
Aku sudah di depan.
Dengan begitu aku segera menutup lokerku lalu berjalan menuju parkiran.
Terlihat mobil Louis terparkir di halaman parkir yang luas. Akupun mempercepat langkah ku.
Hendak meraih pintu mobil, aku melihat Tom yang hendak masuk ke dalam mobilnya yang terparkir tepat di sebelah mobil Louis. Tom segera menoleh ke arahku yang sedang melihatnya. Lagi, Tom melontarkan senyumannya. Dengan begitu, ia segera masuk ke dalam mobilnya. Tak membutuhkan waktu lama, aku segera masuk ke dalam mobil Louis.
"Siapa lelaki itu?" tanya Louis, sesaat aku menutup mobil. "Teman." jawabku sambil menyender di kursi mobil. Louis menoleh ke arahku. "Benarkah?"
"Kau ini bertanya atau apa? Cepat, jalankan saja mobilnya." keluhku.
"Siap, tuan putri."
———
To be continued.Don't forget to vote, it means a lot :) xx
KAMU SEDANG MEMBACA
The Feeling (Tom Holland//Indonesia)
Fiksi PenggemarGadis itu mencintai pemuda tersebut, hingga ia tau bahwa pemuda tersebut bukanlah orang yang tepat dan membuatnya percaya bahwa cinta itu tidak ada. Dengan bantuan seseorang, gadis itu akhirnya melupakan pemuda itu dan orang tersebut juga mengembali...