Episode 1

2.7K 200 16
                                    

Pagi berselimut kabut saat Shin Hye menepikan roda 4-nya di pelataran parkir kampus. Sepi. Mungkin karena orang-orang malas untuk pergi kuliah, lebih baik melanjutkan tidur ketimbang pergi dan menerjang jalanan berkabut. Ia melangkah mencapai kelas.

Kelas pun tampak tak akan penuh hari ini, dijamin akan ada beberapa kursi kosong ditinggal pemiliknya. Lihat saja!
Langkahnya bergegas. Ingin segera berada di dalam kelas. Dingin seperti menembus kulit. Lorong kelas juga tampak lengang, mungkin dirinya orang pertama yang masuk ke kelasnya.

Tak sabar ia mendorong pintu, dan ia kaget kala matanya menangkap sesosok manusia yang sudah berada di dalam sana.
Matanya menuding padanya. Seakan kehadirannya itu teramat mengganggunya. Shin Hye berdeham. Berusaha tidak mengacuhkannya ia lantas menuju kursinya.

Mata itu terus mengawasinya. Dikeheningan suasana kelas yang hanya ada mereka berdua, Shin Hye merasa tatapan mata itu menembus batok kepalanya. Amat mengusik.
"Mwo?" Ia menoleh dan bertanya ketus.
Tapi dari pada mendapat jawaban, Shin Hye melihat sosok pria itu berdiri lalu melangkah pergi. Seperti yang jijik di kelas itu hanya mereka berdua.

Shin Hye memejamkan mata karena kesal. Selalu saja begitu. Memperlihatkan kebencian dan ketidak-sukaan yang teramat dalam terhadapnya. Tetapi hanya sebatas matanya saja, yang menatap benci serta jijik. Jika Shin Hye ajak bicara, bahkan dengan baik-baik, ia pergi menghindar. Dasar pecundang!
Pagi-pagi sudah mendapat hal menyebalkan. Sial! Shin Hye menggerutu dalam hati.

Semakin siang matahari keluar dari balik awan, merepihkan kabut yang menutupi jarak pandang. Tak sesepi sebelumnya, kelas pun mulai semarak. Meski kesiangan anak-anak memilih datang.
Rupanya karena ada mata kuliah pavorite. Bukan mata kuliahnya, tapi dosennya. Dasar!

Si tinggi bermata tajam dan bertampang galak, mulai berlagak. Sebab dosen pujaan para cewek itu pamannya. Tapi karakter mereka jauh berbeda. Pak dosen lembut, bijaksana dan smart. Sang ponakan belagu, sok pintar dan banyak gaya. Menjengkelkan sekali.

Tiba-tiba dosen Lee Sang Yoon tidak masuk, anak-anak langsung kecewa. Si mata kayak karakter marah dengan alis yang selalu naik itu, seketika berdiri di depan kelas.
"Teman-teman, mohon perhatiannya! Berhubung Pak Yoon tidak datang hari ini, bagaimana jika kita membuat kelompok untuk berdiskusi mata kuliahnya." ujarnya sok penuh inisiatif.

Seketika eluan memenuhi kelas.
"Huuuuuhhhhhh.....!!!"
Siapa yang sudi? Mending mejeng diluar. Godain mahasiswi cantik bagi mahasiswa, dan ngerumpi sambil makan di kantin buat mahasiswi. Sok anak rajin pake diskusi segala. Mau datang kuliah juga karena dosennya menjanjikan, mata kuliahnya sih...gitu saja! Tidak menyenangkan.
Kelas seketika bubar. Tidak satu pun mau mendengarkan ide berlebihan mahasiswa sok pintar itu.

Shin Hye pun tidak beda dengan yang lain, bergegas meninggalkan kelas.
"Yakk, Park Shin Hye!" Dia berteriak melihat gadis yang selalu didekatinya menghambur keluar. "Tunggu, Shin Hye-ya!"
Tidak digubris. Park Shin Hye lurus melangkah keluar.
Tiba di tangga ia menyusul, tangannya melingkari leher Shin Hye cuwek. Gadis cantik itu langsung menepisnya dengan kasar.
"Shin Hye-ya!" protesnya.
"Pergi sana!" ujar Shin Hye.
"Kita ke kantin. Kau kutraktir."
"Pergi, atau aku patahkan jarimu."
"Kau ini jadi cewek kayak preman!"
"Sana pergi!" Shin Hye kesal.
"Aku ke rumahmu nanti sore ya!"
"Pergi!"
"Ish."

Park Shin Hye tidak main-main kesal dengan anak itu. Sebal dengan sikap sok kerennya. Tapi dia tidak punya malu sedikit pun. Berkali-kali menembaknya, berkali-kali pula ia tolak. Tapi tidak kapok-kapok. Ada orang tebal muka kayak dia.

Mahasiswa di kelasnya itu memang tidak ada yang beres satu pun. Ada yang over confidence seperti Kim Wo Bin, ada juga yang tidak pernah bersuara sedikit pun tapi segalanya dideskripsikan dengan sorot mata seperti Jung Yong Hwa. Perasaan kesal, benci dan jijik terhadapnya.

When The Drizzly EndedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang