Yong Hwa ingin langsung saja menghampirinya, tapi langkahnya tertahan. Perpisahan mereka dulu terjadi dengan cara dirinya melarikan diri, memalukan untuk tiba-tiba mendatanginya dengan sok akrab. Mungkin saat ini Shin Hye sudah tidak ingin mengingatnya lagi.
Atas dasar hal itu akhirnya Yong Hwa hanya diam-diam mengamatinya. Memperhatikan gerak geriknya. Dan dalam mobilitasnya yang tinggi Shin Hye terlihat hanya minum, sangat tidak memperhatikan asupan gizi. Itulah alasannya Yong Hwa secara diam-diam memberikan suguhan makanan dan minuman tambahan yang sangat tidak dipedulikan yang bersangkutan.
Saat ia pergi meninggalkan Shin Hye tanpa kabar, ia kira ia akan dapat melupakannya. Ternyata tidak. Setiap hari ia selalu merindukannya. Ia ingin mengulang masa-masa bersamanya dan tidak akan bersikap memusuhinya. Sebab saat jarak membentangkan mereka, ia menderita karena merindukannya.
Yong Hwa menghirup udara segar mengisi paru-parunya. Ia sangat mengingat ketika Shin Hye terbujur di ruang UGD RS hampir tewas. Atas kebodohannya hal itu sampai terjadi. Jika mengingat saat-saat itu, ia bergidig ngeri. Apa yang merasuki otaknya kala itu? Hingga tega berbuat sejahat itu. Kini, jika bisa ia ingin menebus semua kegilaan itu. Ia ingin menebusnya hingga ke tulang sumsumnya.
Langit berganti warna, dari terang menjadi gelap. Yong Hwa menuding ponselnya. Seharusnya Shin Hye sudah tiba sekarang. Apa perjalanannya lancar? Apa sebaiknya ia meneleponnya saja? Apa tidak akan mengganggu?
Yong Hwa memandang benda persegi itu.Kelakuan Shin Hye memang terkadang konyol, tidak berubah dari dulu. Melepas sepatu dan duduk dipinggir kolam itu maksudnya apa? Yong Hwa senyum sendiri.
Ia pernah memarahinya dulu kala Shin Hye malah menunggu pegawai yang istirahat untuk mencari data yang dilewatkannya ketika melakukan tugas fieldtrip. Terkadang pemikirannya begitu polos. Tapi Yong Hwa tidak bisa melupakannya.Ditekannya ponsel, ia menulis pesan. Bagaimana keadaan Shin Hye sekarang?
Aku baru tiba di rumah, Yong Hwa-ssi. Ah... menyenangkan bisa tidur dengan sangat nyenyak 😵 di rumah.
Seperti itu Shin Hye menjawab pesannya.
Sepertinya kau bahagia meninggalkanku lagi, padahal kita baru saja bertemu...😢
Yong Hwa tiba-tiba menjadi sangat terbuka sedemikian rupa.
Bukankah kita masih akan bertemu lagi lusa?
Yong Hwa tidak segera membalasnya lagi, Shin Hye sepertinya tidak serindu dirinya. Setelah terdiam lama, ia menulis lagi pesan persis sebelum pergi tidur menjelang tengah malam.
Bogoshieppoyo, Shin Hye-ya! Ajhumani.
Saat itu Shin Hye sudah terlelap.
🐾Wajah Park Shin Hye memerah kala bertemu lagi Jung Yong Hwa diacara pembukaan pameran. Pasti karena isi pesan terakhir Yong Hwa yang tidak pernah lagi dibalasnya hingga kedatangannya lagi ke tempat itu.
Pria itu langsung menghampiri dan berdiri di sampingnya pada acara ceremonial pembukaan pameran bunga Pulau Jeju yang dilakukan oleh Menteri Pariwisata. Pakaian yang mereka kenakan pakaian resmi. Shin Hye mengenakan stelan rok dan blazer warna gelap, ia tampak cantik berwibawa. Yong Hwa pun sama mengenakan stelan jas.Usai acara Yong Hwa mengajak Shin Hye jalan-jalan di sekitar Hotel yang rimbun asri oleh pepohonan. Jalan yang mereka lalui berakhir di bibir pantai.
Jauh sebelum mencapai bibir pantai, lagi-lagi Shin Hye dengan kebiasaannya. Melepas sepatu.
"Kenapa sepatunya kau lepas?" Yong Hwa penasaran.
Dia tersenyum. "Seperti ini lebih santai." ucapnya. "Tapi kalau kau tidak suka bilang, biar aku pakai lagi."
"Aniya, lakukan apa yang membuatmu nyaman."
"Jika kepalaku terasa panas, ini yang aku lakukan. Rasanya suhu tubuhku menjadi normal dengan melepas sepatu." ia memberi alasan.
"Kau mau bilang, berjalan denganku membuat kepalamu panas?" canda Yong Hwa.
"Gerah. Tubuhku gerah rasanya." tukas Shin Hye apa adanya.
"Aku tidak berbohong tentang pesan terakhirku itu."
"Aku boleh bertanya sesuatu, Yong Hwa-ssi?"
"Keuroum. Mhoga?"
"Kau menghilang pada semester akhir, kemana kau pergi dan mengapa?"
"Aku diterima kerja magang di Departemen Dalam Negeri. Makanya aku berhenti kuliah selama 1 semester. Setelah itu semester berikutnya aku kembali ke kampus menyelesaikan kuliah. Lalu aku pergi ke US selama 2 tahun, kembali lagi ke kantorku dengan jabatan baru. Begitu ceritanya hingga sekarang aku berakhir disini." jelasnya singkat.
"Bukan karena kau ingin menghindariku?" tanya Shin Hye buruk sangka.
"Antara lain iya. Saat itu aku menerima kerja magang karena aku ingin pergi darimu sebab aku malu. Tapi setelah benar-benar jauh darimu, aku pun selalu merindukanmu. Aku sangat menderita karena selalu merindukanmu, Shin Hye-ya." ucap Yong Hwa tanpa ditutup-tutupi lagi.
Shin Hye menghentikan langkahnya mendengar itu. Wajahnya menuding pria di sampingnya. Benarkah pria yang ada di sampingnya itu Jung Yong Hwa bukan Kim Wo Bin?
Kenapa sekarang dia bisa seterbuka ini? Dari seseorang yang kaku dan sedingin es."Dan sekarang aku tidak mau kehilanganmu lagi. Maukah kau memaafkan atas sikap dan kejadian dulu, Shin Hye-ssi?" Yong Hwa balas menatap.
"Aku sudah melupakan kejadian itu, dan sudah lama memaafkanmu, Yong Hwa-ssi."
"Jika begitu maukah kau menjadi wanita yang paling penting di dalam hidupku?" lanjutnya semakin berani.
Shin Hye menatap tajam wajah itu. Wajah yang sudah jauh berubah dengan saat jadi mahasiswa dulu. Lebih dewasa dan lebih lembut.
"Apa kau butuh waktu untuk memikirkannya?" lanjutnya lagi.
Shin Hye menggeleng.
"Aku bisa menjawabnya sekarang."
"Katakan jawabanmu!" Yong Hwa menunggu dengan tidak sabar.
"Aku jawab.... ya, mau, Yong Hwa-ssi!"
"Ah, kau membuat dadaku berdetak tak karuan. Gomowoyo, Park Shin Hye-ssi!" Yong Hwa mengusap dadanya. Shin Hye mengurai senyum lebar.Setelah itu mereka lebih terbuka mengekspresikan perasaan masing-masing. Di atas batu besar di pinggir pantai, mereka duduk berdua, Shin Hye mulai berani meletakan dagu di pundak Yong Hwa. Mereka begitu mesra mengobrol. Tangan Yong Hwa mengelus pipi wajah disampingnya. Angin pantai yang bertiup kencang mengacau rambut mereka membuat keduanya tampak repot.
Tanpa basa-basi keduanya memproklamirkan diri sebagai pasangan kekasih. Apa lagi yang mereka tunggu, sudah sangat jelas keduanya sama-sama saling merindukan. Keduanya memendam perasaan yang sama. Saat sunset tiba, keduanya saling menautkan bibir dengan begitu mesra dan penuh kerinduan. Sudah tidak mau peduli jika ada mata yang menyaksikannya. Atau eluan usil dari yang sedang membaca ff ini. 😝
Setelah itu Yong Hwa memeluk tubuh Shin Hye sangat erat.
"Saranghe!" bisiknya di telinga Shin Hye lembut.
"Na do saranghe."
🐾Shin Hye memutuskan untuk tidak pulang sama-sama dengan rombongannya. Dirinya dengan Yong Hwa memutuskan untuk memperpanjang kebersamaan mereka di pulau indah itu.
Di panthouse mereka menikmati malam yang romantis.
"Ceritakan mimpimu saat koma itu!" pinta Yong Hwa sambil duduk di sofa.
"Aku berada di suatu tempat yang sangat indah, aku bertemu Il Woo Oppa, dan aku ingin mengikutinya. Tapi Il Woo Oppa menggeleng saat aku bilang ingin ikut dengannya. Lalu dia pergi meninggalkanku. Di belakangku, aku melihat kalian semua. Tak lama kemudian aku terbangun." cerita Shin Hye.
"Hanya begitu saja mimpimu itu?" kernyit Yong Hwa. "Kau koma selama 3 hari."
"Yang kuingat hanya itu. Dan setelah bertemu Il Woo Oppa di dalam mimpiku, aku tidak pernah merindukannya lagi. Phobia-ku pun sembuh sejak itu."
"Karena kau jadi berubah merindukanku. Iya kan?" tebak Yong Hwa. Shin Hye hanya tersenyum.
Yong Hwa lalu lekat menatapnya. Seperti yang ingin puas. Shin Hye menutupi wajah dengan telapak tangannya, menghindari tatapan yang tajam itu. Tapi Yong Hwa kemudian melangkah ke arahnya, menurunkan telapak tangan dari wajah Shin Hye, lalu ia mendekatkan wajahnya sendiri, dengan lembut bibirnya meraih bibir Shin Hye. Ia menyesapnya dengan manis. Shin Hye membalas tak kalah berminat. Di bawah suasana malam yang romantis mereka saling melebur perasaan rindu masing-masing yang menggunung.Bersambung....
Reader jangan iri ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Drizzly Ended
RomancePark Shin Hye selalu berpikir, kebekuan dan sikap Jung Yong Hwa yang dingin kepadanya tanpa sebab, sangat menyebalkan. Namun ia terhenyak ketika mengetahui hal yang sebenarnya terjadi. Dan selanjutnya ia merasa sikap Yong Hwa tersebut tidak berlebih...