Episode 7

1K 162 15
                                    

Shin Hye tidak dapat membendung air matanya sekeluarnya dari basement RS. Ia terus menangis tak dapat berhenti. Di bibir sungai Han ia menumpahkan tangisnya itu. Hatinya semakin perih dan semakin merindukan Il Woo.

Sementara di RS So Ra mendesak Yong Hwa akan yang membuat Shin Hye jatuh pingsan.
"Aku tahu kau tidak pernah ramah pada Shin Hye, tapi Shin Hye yang paling mengkhawatirkanmu saat mengetahui kecelakaan yang terjadi padamu dan dia belum diijinkan untuk melihatmu. Aku harap tadi kau tidak berkata yang melukai hatinya, Yong Hwa-ssi." ujar So Ra.
"Aku tidak tahu apakah melukai hatinya atau tidak? Aku hanya menyampaikan fakta padanya tadi." tepis Yong Hwa.
"Fakta mengenai apa?"
"Fakta mengenai dirinya yang tidak dia ketahui."
"Siapa memangnya dirimu mengetahui sesuatu yang Shin Hye tidak ketahui?" itu suara Ha Neul sama penasaran.
"Bukan siapa-siapa. Shin Hye pun tidak mengenaliku."
"Lalu kau mengenal dia sebelum ini?" susul Ha Neul.
"Tentu saja tidak. Aku baru mengenalnya saat pindah ke sini."
Tidak ada lagi yang bicara tentang itu. Tidak ada ujungnya. Mereka selanjutnya mengobrol biasa hingga Ha Neul dan So Ra pulang karena waktu kunjungan habis.
🐾

Sejak itu, setelah Shin Hye mengetahui siapa sebetulnya Jung Yong Hwa, ia berubah. Berubah dengan cukup drastis. Ia menjadi sangat diam dan bisu. Ia pun menjadi sangat mafhum dengan tatapan benci dan penuh amarah Yong Hwa terhadapnya. Yong Hwa tidak berlebihan membencinya, Yong Hwa juga bukan tanpa alasan selalu kesal padanya.

Yang ada sekarang ia merasa sangat bersalah karena kakaknya menjadi alasan penderitaan mereka berdua. Yong Hwa dan Il Woo.
Eun Hye bagi Il Woo pengkhianat dan bagi Yong Hwa membuat kebencian dan dendamnya kian mengkristal.

Ia bahkan sudah tidak bisa kongkow-kongkow dengan teman-temannya. Shin Hye hanya akan datang untuk belajar kemudian pulang setelah selesai.
Sementara hatinya semakin tidak bisa melepaskan Il Woo.
🐾

Pagi yang dingin, Yong Hwa masih harus menggendong lengan kirinya. Ia berjalan sendiri menuju kelas. Suasana kampus masih lengang. Beberapa bukunya yang ia dekap jatuh, ia akan menekuk lutut mengambilnya, namun seseorang segera mengambilkannya. Ia menatapnya. Park Shin Hye yang memunguti bukunya dari aspal itu.
"Gomowoyo!" ucapnya.
"Biar aku yang membawakannya sampai kelas."
"Nde, gomowo!"
Shin Hye kemudian berjalan di sampingnya, tidak mendahului, namun juga tidak berucap sepatah kata pun sepanjang dari pelataran parkir hingga kelas yang padahal cukup jauh.
Yong Hwa berkali-kali menolehnya, namun dia tetap berjalan tanpa suara.

Hingga tiba di dalam kelas, Shin Hye meletakan buku-buku itu di kursi Yong Hwa, lantas ia berlalu ke kursinya sendiri. Kelas masih relatif kosong. Baru 2 orang mahasiswa yang mengisinya selain mereka. Shin Hye kemudian membuka-buka bukunya. Serius membaca hingga satu persatu mahasiswa berdatangan. Dia tidak mengangkat wajahnya sedikit pun dari buku-bukunya tersebut. Shin Hye menjadi diam dan bisu sejak menengoknya. Rupanya perubahan sikapnya itu juga tidak membuat Yong Hwa lega. Kebisuannya itu justru semakin menunjukan jika Shin Hye semakin tidak bisa melupakan Il Woo. Shin Hye turut terluka setelah mendengar penderitaan Il Woo.

"Bisa kita bicara?" pinta Yong Hwa selesai jam terakhir siang itu.
Shin Hye yang tengah merapikan buku-bukunya ke dalam tas, mendongak.
"Sebentar saja." tambah Yong Hwa. Shin Hye mengangguk.
"Dimana kita bicara?" Shin Hye mulai melangkah.
"Di taman."
Keduanya menuju taman.
"Ingin bicara masalah apa?" Shin Hye lebih dulu duduk di bangku taman, bertanya to the point. Sikapnya kaku.
"Aku tidak paham dengan sikapmu belakangan ini. Jujur, aku sangat terganggu."
"Jangan merasa terganggu, abaikan saja. Seperti biasanya kau tidak suka acuhkan aku." tukas Shin Hye lugas seperti tadi.
"Aku tahu kau terluka, dan saat ini aku belum akan membuatmu hancur. Jadi kau tidak perlu bersikap berlebihan. Bersikaplah seperti biasa."
Shin Hye menoleh Yong Hwa lalu menatapnya lekat.
"Apa sebenarnya yang kau inginkan?" hardiknya tidak suka.
"Aku tidak suka melihat sikapmu yang seakan paling menderita atas kepergian Hyung."
"Aku menolak jika untuk membicarakan dia." Shin Hye sudah berdiri hendak pergi.
"Lupakan dia jika benar kau mencintainya!" seru Yong Hwa membuat Shin Hye yang siap melangkah, tertahan.
"Hyung tahu kau satu-satunya yang mencintai dia, tapi sekarang kita berada pada dimensi yang berbeda. Dan Hyung sudah tenang di alam sana. Jika kau masih berduka untuknya, Hyung akan turut menderita, Shin Hye-ya." papar Yong Hwa membuat Shin Hye terduduk lagi di kursi.
Tapi mulutnya tidak mampu bicara. Lidahnya kelu dan tenggorokannya seperti tercekik.
"Berhenti berduka untuknya, Park Shin Hye-ssi! Jangan kau usik ketenangannya dengan dukamu yang tak kunjung usai."
"Jangan suruh aku untuk berhenti berduka!" Shin Hye menepis dengan suara serak. "Sebab kau tidak pernah tahu seberapa terlukanya aku atas kepergiannya."
"Tidak akan sedalam luka yang dirasakan aku dan ayahku. Tapi kami mampu melupakannya, sebab kami sangat mencintainya."
"Aku pun sangat mencintainya..."
"Namun dia sudah pergi, jangan bersikap kau tidak rela dengan kepergiannya jika benar kau mencintainya. Tuhan lebih menyayanginya dari pada kau."
"Aku mencintainya, Yong Hwa-ssi! Tidak akan ada yang dapat menggantikannya di hatiku, sampai kapan pun!" pekik Shin Hye dengan air mata yang mulai menetes di pipinya.
Penderitaannya tampak nyata. Shin Hye mengatakan hal sebenarnya tentang yang dirasakannya. Yong Hwa akhirnya diam melihatnya menangis dengan teramat pilu.
"Harus bagaimana lagi aku sekarang, Yong Hwa-ssi? Apa kondisiku sekarang belum cukup hancur bagimu? Atau kau ingin melihatku mati baru kau merasa puas?" ucapnya lirih. Yong Hwa makin diam.

Shin Hye memang telah sangat lama memendam penderitaannya tersebut. Dan Yong Hwa telah membuat deritanya itu menjadi mengemuka. Apa yang ia lakukan tadi di bangku taman? Ingin melihat penderitaannya yang sudah sangat dalam? Mengapa ia sangat peduli jika mengaku membencinya? Selalu marah dan kesal terhadapnya.

Shin Hye akhirnya yang jadi bulan-bulanan kemarahannya, sebab ia tidak tahu harus melampiaskannya kepada siapa. Tapi lantas ia harus melihat kenyataan yang tak urung menyakitinya, sebab Shin Hye bukan Eun Hye atau ibunya. Shin Hye tidak mengkhianati kakaknya ataupun dirinya dan ayahnya. Shin Hye justru sangat terluka karena kepergian kakaknya. Sebab Shin Hye sangat mencintai Il Woo.

Jika semula ia kesal karena Shin Hye adik dari Yu Eun Hye, maka sekarang ia kesal karena Shin Hye yang tidak bisa melupakan kakaknya. Hingga Shin Hye semakin menderita setelah ia mengakui siapa dirinya dan apa yang terjadi dengan Il Woo.
Yong Hwa mengusap wajahnya. Ia paham sekarang mengapa Il Woo dulu sangat menyayangi gadis itu.

Flashback

Pukul 7 malam. Yong Hwa merengut duduk di meja makan. Ayah dan kakaknya baru tiba di rumah, mereka pulang bersama. Il Woo menjemput Appa di kantor dan membiarkannya bosan di rumah sendiri.
"Jangan merengut terus begitu, lulus SMA nanti baru kau pindah ke Korea." oceh Appa mengomentari raut wajahnya.

Saat itu dalam rangka libur sekolah Yong Hwa pulang ke Korea ke rumah ayahnya. Ia terpaksa sekolah di Tiongkok bersama bibinya yang tinggal di sana. Dan selama liburan itu ia lebih banyak berada di rumah sebab kakaknya malah sibuk sendiri.
"Besok kita jalan-jalan ya! Hyung harus menyelesaikan tugas kuliah." itu selalu alasannya.
Dan siang tadi ia janji pulang cepat, tapi katanya Appa menelepon menyuruhnya mampir ke kantor, dan baru tiba di rumah setelah langit gelap. Saatnya makan malam.

Selesai makan Yong Hwa menghampiri Il Woo di kamarnya.
"Bohwe, Hyung?" tanyanya.
"Yong Hwa-ya, masuk!"
"Siapa itu? Pacarmu, Hyung?"
Yong Hwa duduk di tepi tempat tidur kakaknya. Il Woo sedang memindahkan foto-foto cewek dari handphone ke laptop-nya.
"Lihatlah! Yang mana yang paling cantik menurutmu?" Il Woo menunjuk 2 foto cewek di laptopnya.

Bersambung....

When The Drizzly EndedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang