Bab 2

30 7 0
                                    

Tugas kuliah yang menggunung membuat zia harus mencari cari jawaban sampai dapat. Tiada buku pegangan apapun untuk tugasnya kali ini. Mau tidak mau keputusan terakhir adalah ketempat yang paling di sukainya, ke perpustakaan.
Deretan buku yang rapi tertata di rak sudah menantinya. Zia mencari empat buku yang harus ia cari. Tiga buku sudah dapat tinggal satu buku yang belum menemukannya. Beberapa saat kemudian ia menemukan buku yang ia cari tapi zia tidak bisa menggapainya, ia tidak terlalu tinggi untuk mengambil buku itu.
Ada seorang lelaki tiba tiba mengambilkan bukunnya. Zia membalikan badannya dengan spontan  secara tidak sengaja ia menatap manik mata pria itu. Tatapannya sangat lembut menujukkan dia orang yang ramah dan baik.
“kau?” tatapan zia dengan penuh rasa penasaran  “Sepertinya aku pernah melihatmu?” kata zia memulai pembicaraan yang masih berusaha mengingat siapa pria itu.
“hai..” sapa pria itu “ya kita pernah bertemu, aku yang memukulmu kemarin. Maafkan aku waktu itu”
“ oh ya aku ingat sekarang. Sampai berapa kali kau akan minta maaf padaku?” ia berhenti sejenak “aku sudah memaafkanmu”
Octa tersenyum mendengar perkataan zia tadi “eh, ini buku yang kamu carikan? Ini ” dengan senyuman yang manis ia menyodorkan buku yang ia ambilkan untuk zia.
“ oh thanks ” seketika ia ingat, dia belum bertanya siapa namanya “ siapa nama lo?”
“ panggil saja octa, kamu?” tanyanya balik
“zia. Namaku zia” ia berjabat tangan dengan memperlihatkan senyumannya yang manis.
“ namamu sangat indah, seperti orangnya” kata octa sembari melihat senyuman zia yang indah. Ia tidak bisa memalingkan tatapannya ke arah lain. Ia terpaku dengan senyuman zia. Senyumannya berbeda dengan orang lain, mempunyai aura yang indah.
“.....”zia tidak bisa berkata kata mendengar ucapan octa yang membuat wajahnya memerah. Hatinya berdetup dengan kencang. Tak terelakkan mata mereka saling menatap. Dunia seperti berhenti sejenak hanya untuk mereka berdua.
Tugas sudah terselesaikan. Waktu istirahat tiba. Tidak tau mengapa dan bagaimana zia tidak bisa memejamkan matanya walaupun hanya sekejap. Dia terus memikirkan pria yang tadi membantunya. Pikirannya menjadi kacau. Kata kata pria itu selalu terdengar di telinganya.
“ahh” keluhnya kesal. Bantal yang semula dia pakai dilempar begitu saja olehnya.
Buku diary dan bolpoin adalah salah satu teman setia yang dimilikinya sebelum ada azkiy. Keluhan, duka, dan senangnya  semua ia curahkan kedalam tulisan rapi di diarynya.
Dear diary
Rasa apa ini ?
Aku sangat kesal dengan rasa seperti ini. Ini baru permulaan mungkin bisa ku hapuskan, tapi bagimana jika rasa ini akan mucul lagi suatu saat nanti?.
Aku tau rasa ini seperti rasa cinta.
Apalah arti cinta?
Cinta hanya membuat orang menjadi bodoh.
Bagaimana caranya kita menjalani hubungan yang berdasarkan cinta jika kita tidak tau apa arti cinta sesungguhnya.
Tidak. Aku tidak tau apa arti cinta.
Mungkin saat kutemukan jawabannya nanti aku sudah menemukan cinta sejatiku.

Zia
*****
Pagi hari yang indah. Matahari memperlihatkan senyuman hangatnya. Burung burung berkicau dengan gembira.
Seperti biasa zia bangun lebih pagi dari pada azkiy. Dengan mata yang sedikit bengkak dia menatap kosong keluar jendela. Tidak seperti biasanya, azkiy bangun lebih pagi dan menjumpai zia yang sedang melamun di dekat jendela.
Azkiy hanya khawatir kepada zia kalau terjadi sesuatu dengannya. Biasanya dia selalu mengomel setiap pagi. Kenapa kali ini tidak?. Azkiy semakin takut ketika dia memanggil zia tapi tidak ada respon untuknya. Lalu ia menghampiri zia yang ada di dekat jendela dan menepuk pundak zia.
“ ada apa?”
Zia kaget dengan sentuhan azkiy yang tiba tiba datang. Dia langsung melihat azkiy yang ada di belakangnya “emm tidak” dia berhenti bicara dan memalingkan wajahnya kembali ke arah luar jendela. “aku hanya berfikir, apa yang akan terjadi dengan hari ini?”

Terjebak Dalam LabirinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang