Bab 5

13 5 0
                                    

"I knew I loved you then
But you'd never know
Cause I played it cool when I was scared of letting go
I knew I needed you
But I never showed
But I wanna stay with you
Until we're grey and old
Just say you won't let go
Just say you won't let go"
Hpnya berbunyi menghentikan langkah kaki zia.

" hallo? " tidak ada orang yang merespon di seberang sana. " hallo siapa? " ulang zia. Teleponnya ditutup begitu saja olehnya. Dia melanjutkan langkahnya lagi.

Tiba tiba mendadak tubuhnya terhuyung hampir saja jatuh. Ia tidak menyerah dan tetap melanjutkan langkah kakinya. Tapi kepalanya semakin lama semakin berat dan tidak bisa dihindarkan Zia jatuh pingsan di trotoar.

Seseorang melihatnya jatuh di trotoar dan menghentikan mobilnya. Dengan sigap dia membopong zia dan memasukkan kedalam mobilnya lalu membawanya ke rumah sakit terdekat.

Matanya mulai terbuka sedikit demi sedikit walaupun kepalanya masih terasa sakit. Ia melihat ada seseorang yang tidur di kursi tepi tempat tidur yang sedang digunakannya. mungkin seseorang yang telah membantunya tadi.

Orang itu mulai bangun dari tidurnya dan melihat zia yang sudah siuman. " oh lo udah siuman, gue kirain lo mati di jalan " ghifi terkekeh bermaksud mengejek zia." sekarang, emm lo punya hutang maaf dan terimakasih sama gue".

"apa?? Dasar orang ini!!! " geram zia dalam hati. Ia sangat kesal dengan ghifi. Dan tidak menanggapi perkataan ghifi karena kepalanya masih terasa sakit.

" Baiklah ayo kita pulang sekarang. Apa lo mau tidur disini? Terserah gue tinggal kalo lo masih mau tiduran di rumah sakit" kata ghifi dingin.

" lo pulang aja, gue pulang sendiri bisa kok" tolak zia dengan sopan dan berusaha ramah.

" apa?! Nggak lo harus ikut gue. Jam segini mana ada juga angkutan umum. Selagi gue baik hati hari ini" ia sedikit menyombongkan dirinya dengan membusungkan dadanya dan berkacak pinggang.

Zia hanya diam tidak menanggapi perkataannya. Ghifi mulai malas bercanda lagi dan langsung menarik tangan zia menuju ke mobilnya. Zia hanya menuruti dan mengikuti ghifi di belakangnya.

Tiada kata yang terlontar dari mereka untuk membuka percakapan. Sunyi yang dapat dirasakan di dalamnya. Ghifi menghentikan mobilnya di suatu tempat makan bergaya korea.
" kenapa kita kesini? Bukannya kita mau pulang?"

" gue nggak tau rumah lo, dan lo nggak ngasih tau dimana alamat rumah lo. Kita makan dulu aja gue nggak mau lo pingsan lagi. Orang orang bilang apa nanti? " kata ghifi sambil membuka pintu mobil dan bergegas masuk ke rumah makan.

Zia nyengir mendengar kata kata ghifi dia lupa dia belum memberikan alamat rumahnya. Mana mungkin ghifi bisa tau rumahnya jika tidak di beri tau, kenal aja belum. Mungkin zia kenal nama ghifi tapi ghifi belum tau nama zia.

Zia bergegas mengikuti ghifi masuk dan duduk di depannya.
" ini alamat gue" tukas zia dan menyodorkan secarik kertas bertuliskan alamat rumahnya. ghifi langsung mengambil kertas itu dan membacanya.

" nama lo zia? " ucap ghifi yang sedang memperhatikan sesuatu dipojok bawah kertas.

" kok lo tau? Gue kan belum kenalan sama lo "

" ya gue tau gue kan bisa meramal seseorang dan membaca pikiran orang dengan mudah" ghifi menahan tawanya yang hampir meluap " serius amat sih takut ? Gue bisa baca pikiran lo?" tawa ghifi menjadi jadi.

" ada nama lo disini " ghifi berusaha meredakan tawanya dan menunjukkan tulisan di pojok bawah kertas yang di berikan zia.

" gue minta id line lo " minta ghifi dengan tiba tiba yang membuat zia terkejut.

" ha? Buat apa? " mata zia membesar terbuka lebar menatap wajah ghifi yang tengah melahap makanannya.

" buat nerror lo, ngingetin lo buat minta maaf sama gue. Gue kan baik hati jadi lo gue ingetin buat bilang makasih sama maaf ke gue biar lo nggak ngerasa hutang budi sama gue " ucapnya santai.

" nggak " jawab zia singkat " gue nggak mau id gue kesebar ke orang orang yang nggak penting, id gue buat orang orang yang istimewa"

" liat aja gue bakalan dapetin id lo bagaimanapun caranya " ancam ghifi. Zia hanya menghiraukan ancaman ghifi seolah olah itu hanya perkataan biasa bukan ancaman.

Terjebak Dalam LabirinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang