tiga puluh delapan

6.5K 647 37
                                    

"hyung ayo lah, hanya untuk tiga puluh menit! aku mohon," aku menatap tae hyung dengan mata memohon. hyungku yang satu ini adalah satu-satunya yang tersisa di dorm. kami sedang liburan dan hyungku yang lain sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing sementara tae hyung masih duduk di depan televisi dengan mangkuk sereal di pahanya. "hyung, jeballlllll."

bukannya menjawab, tae hyung malah memukulku dengan sendok serealnya. "ah, hyung!"

"tidak mau. jika kau ingin mengajak lisa ke dorm, aku harus ada di sini." dia menatapku sinis, "siapa yang tahu apa yang akan kalian lakukan."

"hyung!" pekikku tak percaya. "wah, apa kau baru saja? ah, aku bahkan tak bisa berkomentar sekarang. baik lah, tapi masuk ke kamarmu ya? beri kami waktu selama setengah jam saja."

tawarku, berharap tae hyung akan setuju. ani, dia harus setuju karena jika tidak aku akan mengikanya dan menguncinya di kamar. tae hyung menatapku sekilas kemudian mengangguk, "arraso."

ding dong

aku langsung bangkit dari tempat dudukku. itu pasti lisa. "hyung, ingat perjanjian kita!"

dia hanya melirikku sebal kemudian masuk ke kamarnya. untung lah. aku segera membuka pintu, mendapati seorang gadis cantik yang tersenyum padaku. "hei," sapanya dengan senyum yang sama seperti pertama kali aku melihatnya.

aku menggeser tubuhku, mempersilakannya masuk. "masuk lah."

lisa masuk, untung saja sebelum para hyung pergi mereka sudah membereskan dorm. aku juga membantu kok, sungguh!

"kau mau minum?" tanyaku, dia mengangguk dan kami memilih duduk di pantri. "bagaimana jepang?"

senyumnya semakin lebar saat aku menyebut jepang. "bagus sekali! fans kami di sana sangat ramah dan aku merasa begitu dicintai."

aku tertawa mendengarnya, mendengar lisa berbicara selalu menyenangkan seperti ini. "apa kau bersenang-senang di sana?"

"ne! meski kami hanya mendapat beberapa hari dalam sebulan untuk berlibur tapi kami tak menyia-nyiakannya. bagaimana denganmu? kau baru kembali dari world tourmu juga bukan? apa di sana lebih indah dari korea? apa kalian sempat berjalan-jalan di inggris?"

aku menatap lisa tak percaya, kecepatan bicaranya semakin mengagumkan. "wow, nona bicara lah dengan perlahan. dan tanya satu-satu, kita masih memiliki banyak waktu."

wajahnya bersemu, membuatku ingin menciumnya. "aku tahu, aku hanya terlalu gembira. baik lah, apa kau baik?"

keningku berkerut, "tentu, melihatmu bahkan membuatku lebih baik lagi." aku menaruh segelas ice tea di hadapannya kemudian berjalan menuju sofa, aku menepuk tempat kosong di sampingku memberi tanda agar ia mengikuti. lisa berjalan sambil menyeruput ice teanya, benar-benar menggemaskan.

lisa menaruh gelas ice teanya di meja, kemudian duduk dengan menyilangkan kakinya menghadapku. "aku mendengar kau cidera, kau yakin tak apa?"

aku mengangguk, mencubit kedua pipinya gemas. "apa kau mengkhawatirkanku? oh, aku senang sekali."

lisa mencebikkan bibirnya, "apaan? itu hanya formalitas. sudah lah lupakan. ke mana para hyung?"

"mereka pergi."

"kenapa kau tak pergi?"

"karena kau di sini."

aku bisa melihat wajah lisa yang kembali bersemu. aku langsung menariknya ke dalam pelukanku, satu-satunya hal yang ingin kulakukan sejak pertama kali melihatnya. "aku merindukanmu. sangat-sangat merindukanmu."

dalam pelukanku, dapat kurasakan lisa mengangguk. "aku juga sangat-sangat merindukanmu. tapi-" dia mendorongku menjauh. "bukan kah kau berkencan dengan eunha?"

kedua mataku langsung terbuka sempurna. "mwo? kau dengar dari siapa?"

lisa menyilangkan kedua tangannya dengan wajah kesal. "kalian ke caffee bersama, aku melihatnya."

"memang," jawabku cepat namun langsung menambahkan. "tapi di sana ada anak-anak 97liners lainnya. bukan hanya kami."

"bagaimana dengan-" aku menghentikannya dengan kecupan singkat di bibir.

"ya!"

"lisa dengarkan aku, selama dua tahun ini hanya kau yang aku sukai. selama dua tahun ini hanya kau yang aku tunggu. jika aku menyukai eunha atau gadis lainnya aku tak akan mengundangmu. aku tak akan menunggumu," jelasku sambil menangkupkan wajahnya dengan kedua tanganku. "aku tidak pandai berbahasa inggris tapi, its only you from the start. jangan pikirkan hal lain, karena hanya kamu yang aku cintai sejak awal."

brak.

suara pintu yang terbuka sontak membuat kami menoleh, hanya untuk mendapati tae hyung yang tersenyum bodoh. "ya, hyung! kau sudah berjanji!"

"aku ingin ke toilet," tae hyung langsung berlari ke toilet.

"aku kira tak ada orang," lisa menatapku bertanya. "kau tak bilang ada tae oppa di sini! ya, itu memalukan!"

"apa kau baru memanggilnya oppa?"

"ne, wae?"

aku menghembuskan napas tak percaya. "kenapa oppa?"

"dia lebih tua dariku, idiot."

"lalu aku?"

"lebih muda dariku. nega noona-ya." di tersenyum penuh rasa bangga.

tae hyung kembali sambil memegang perutnya. "lisa sudah kukatakan untuk mendengar penjelasannya lebih dulu bukan?"

kulihat lisa terdiam saat melihat tae hyung tersenyum penuh arti. mwo? apa yang baru saja terjadi tadi? detik selanjutnya kulihat lisa berlari ke arah tae hyung dan memeluknya. aku hanya dapat menatap keduanya bingung sekaligus tak percaya.

"gomawo, oppa." lisa berujar. "25, gomawo."

tae hyung mengangguk, mengusap kepala lisa kemudian berkata, "kembali lah ke jungkook atau dia akan membunuhku sebentar lagi."

kulihat tae hyung masuk ke dalam kamarnya lagi sementara lisa tersenyum kemudian memelukku erat. "aku mencintaimu. sangat-sangat mencintaimu."

dan memangnya aku memiliki pilihan lain selain membalas pelukannya juga pernyataan cintanya? tidak bukan, karena aku merasakan hal yang sama.

"sekarang ceritakan, ada apa denganmu dan tae hyung?"

"ini cerita yang panjang." lisa mendongak, menatapku tak yakin.

"kita memiliki banyak waktu," aku menuntunnya duduk di sofa.

"dari mana aku memulainya?"

"bagaimana kalau dari membuat hubungan kita jelas? mau jadi kekasihku?"

"memangnya kau masih perlu bertanya?"

"hanya formalitas." aku mengulangi kata-katanya dan kami tertawa.

ini adalah hari yang indah dan kuharap selamanya biss seperti ini. dari semua hal yang paling membahagiakan adalah saat aku mengatakan aku mencintaimu dan dia membalas aku juga mencintaimu. lagi pula sejak awal memang hanya lisa.

"its you that i've been waiting for," aku berhenti sejenak sebelum melanjutkan. "and p.s it's only you from the start."

lisa tersenyum, menyantuh pipiku. "bahasa inggrismu membaik, siapa yang mengajarimu hingga sebaik ini?"

"tentu saja kau."

karena kau mengajari untuk menunggu dan mencintai juga. eh, sejak kapan aku jadi melankolis begini? aku rasa sejak lisa muncul. tapi aku rasa tak apa, lagi pula lisa menyukai aku apa adanya.

* F I N *

its you. [1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang