Pahitnya Laut

1.2K 13 3
                                    

Dia manis. Rambut lurusnya yang coklat kehitaman berterbangan terkena hembusan angin laut. Matanya terpejam menikmati semilir angin laut senja. Bagiku memandangnya yang seperti ini dihiasi senyuman dibibirnya tak kalah indah dari pemandangan laut senja. Aku terus mengamatinya dan ia merasa tak terganggu sama sekali. Lalu ada sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang. Dan itu pun tetap tak digubris olehnya, karena laut adalah kekasih pertama sekaligus yang paling ia cintai.

“Sudah sore, ayo kita kembali ke villa,” bisik laki-laki dibelakang gadis itu padanya.

Gadis itu hanya bergumam sambil menggelengkan kepalanya, “aku masih merindukannya, aku mohon,,,,” pinta gadis itu pada laki-laki dibelakangnya dengan menggenggam tangan laki-laki itu yang melingkar di perutnya tanpa membuka matanya.

Laki-laki itu menggenggam balik tangan gadis itu, “akan aku temani.”

Mata gadis itu terbuka perlahan seraya menghembuskan nafasnya pelan lalu berbalik memandang laki-laki dibelakangnya, “Risky, aku mohon,, untuk yang terakhir kalinya,,, biarkan aku sendiri,” ia terdiam sejenak, “aku tak mau dia pergi karena melihatku bersamamu.”

Gadis itu memandang laki-laki di depannya dengan pendangan yang membuat laki-laki manapun luluh. Risky pun menghembuskan nafasnya lalu memeluk sambil mengecup dahi gadis itu sepersekian detik lalu melepas pelukannya. “Aku akan membeli minum dulu kesana, dan saat aku kembali kita langsung pulang ke villa, bagaimana?” tanyanya.

Gadis itu tampak berpikir sebentar lalu mengangguk dan tersenyum, “oke! Aku setuju, aku tunggu ya.”

Lalu Risky pun berjalan mencari kios untuk membeli minum sedangkan gadis itu kembali memejamkan matanya. Aku tersentak saat setetes air mata mengalir di pipinya yang mulus dan ia mulai bicara pelan.

“Aku tau kamu ada disini, memandangku yang selalu berusaha tegar. Aku tau kamu ada, walau dunia kita telah berbeda. Andaikan aku diberikan satu permohonan, aku akan minta agar kamu selalu disisiku.”

“Aku telah mengabulkan permintaanmu untuk menerima Risky. Aku lakukan itu hanya karena aku berharap kamu muncul dan mengatakan bahwa kamu telah kembali, lalu kita bersama selamanya. Tapi..”

“Tapi.. itu sangat tidak mungkin. Tuhan lebih mencintaimu dibandingkan aku. Tuhan lebih membutuhkanmu dibanding aku. Dan aku hanya bisa mencoba mengikhlaskanmu dan belajar mencintai Risky.”

Tiba-tiba aku merasa mataku telah basah, air mata mengalir dengan derasnya dipipiku. Hatiku begitu perih mendengar ucapan dan kata-kata lirihnya seakan turut merasakan perih yang ia rasakan.

Matanya perlahan terbuka. Matanya yang indah telah merah dan basah oleh air mata. Lalu ia melepas liontin berinisial ‘D’ di lehernya. Ia menggenggam kalung itu disertai isak tangis yang tertahan. Gadis itu maju perlahan menuju bibir pantai dan saat tangannya mulai bergerak untuk membuang liontin dalam genggamannya tadi, sebuah tangan menahannya.

Risky, orang yang menahan tangan gadis itu membalikkan gadis itu lalu memeluknya erat dan berbisik, “jangan dibuang, aku tahu liontin itu sangat berharga bagimu. Hanya itu kenang-kenangan darinya untukmu. Sebaiknya kamu simpan dan cobalah untuk mencintaiku tanpa harus melupakannya.”

Lalu Risky melepas jaketnya dan menyampirkannya di bahu gadis itu, “angin laut malam ini tak baik untuk kesehatan, sebaiknya kita pulang. Aku akan mengajakmu kembali kesini lagi, aku janji.”

Gadis itu berusaha menormalkan hatinya, lalu tersenyum dan kembali menghadap laut, “aku telah mengikhlaskanmu, tunggu aku disana dan selamat tinggal, Demon.”

Mereka pun berjalan menjauh meninggalkan aku yang masih terbayang-bayang kejadian sore itu…

~

Cerita singkat langsung -end-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang