Diary (?)

1K 11 4
                                    

Diary? apa judul itu pantas? aku sebenarnya bingung mau kasih judul apa. Tapi karena ceritanya lebih terkesan curhat jadi aku kasih judul Diary (?).

Maaf atas cerita gajeku ini ya. Maklumlah aku ngetiknya saat moodku lagi bener-bener buruk sampai aku tak bisa tidur.

Ah sudahlah cuap-cuap pahit dariku. Yang udah baca aku cuma bisa bilang makasih dan yang nggak baca juga nggak apa-apa. Toh aku ngeshare cerita ini semata-mata untuk meluapkan segala perasaanku saat ini.

Happy reading ^^

Apa kayak gini rasanya jadi perempuan pemarah dalam suatu hubungan?

Sekarang banyak perempuan yang langsung marah pada laki-laki yang memiliki status dengannya hanya karena dicuekinlah, nggak ada dihubunginlah, bahkan sekedar ngomong sama perempuan lain saja bisa membuat mereka marah dan ujung-ujungnya... ngambek.

Tapi, hubungan aku sama dia bukanlah seperti mereka. Kami... entahlah. Aku pun bingung harus menjelaskan apa sebenernya hubungan kami.

Dibilang hanya temen? Mungkin.

Disebut TTM (teman tapi mesra)? Oh tentu saja bukan.

Dibilang pacar? Itu apalagi.

Atau sahabat? Ah. Bullshit kalo masih ada yang bilang sahabat diantara seorang perempuan dan laki-laki. Pasti salah satu dari mereka menyimpan perasaan.

Dan kami tak bisa disebut seperti itu.

Aku saja masih ragu dengan perasaanku ke dia.

Apalagi perasaan dia. Mana kutahu. Aku kan tak memiliki indera keenam atau kemampuan lainnya yang istimewa.

Aku hanya manusia biasa.

Tapi sikap dia ke aku tuh seumpama bunglon.

Hari ini kami dekat layaknya kekasih.

Esoknya kami saling diam seakan tak kenal sama sekali.

Lusanya kami akan saling berusaha agar tak bertemu pandang.

Seminggu kemudian dia akan menghampiriku lalu mengajak bicara.

Itu pun hanya sebentar dan lebih banyak dia yang bertanya dan tentunya aku menjawab.

Aku seperti diwawancarai.

Hal yang ia tanyakan tak jauh-jauh mengenai diriku.

Mulai dari basa basi dulu.

Lagi apa?

Dengerin musik apa?

Kamu sukanya lagu apa?

Makanan kesukaanmu apa?

Dan bla bla bla.

Lalu setelahnya hening.

Dan keesokkan harinya, dia tak muncul dihadapanku.

Besoknya lagi. Dia muncul tapi hanya menoleh dan bertemu pandang lalu kembali sibuk sendiri.

Begitulah seterusnya.

Jika kamu jadi aku, frustasi tidak?

Tapi sepertinya aku tau kenapa dia seperti itu padaku.

Saat itu kami sedang berhubungan lewat sms. Aku yang hanya memiliki ponsel biasa tentu saja tak mempunyai bbm-lah, wa-lah, atau line. Bagiku itu tak penting.

Tapi tentu saja dia beda. Dia punya yang kusebutkan tadi. Dan diam-diam aku tau kalau dia sering chatting dengan adik kelas. Sering malah. Bagaimana aku tau? Tentu saja rahasia.

Cerita singkat langsung -end-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang