PENDAKIAN [Tak Kunjung Sadar]

82 13 1
                                    

Malam itu menjadi malam yang hangat dan penuh romantisme, atau bahkan menjadi malam yang sulit untuk dilupakan. Dion membawakan sepiring nasi goreng untuk Rafa, perlakuan yang sangat membuat Rafa senang pun Dion tunjukkan malam itu. Alam terbuka dan bintang-bintanglah yang menjadi saksi bisu dari kasih sayang Dion kepada Rafa.

Di sisi lain, Roy tersenyum memandang kedekatan Dion dengan Rafa. Walau sedikit berat, namun Roy berusaha mengikhlaskannya demi kebaikan Rafa.

Galih, Randy, dan Bayu tak mau kalah dengan Dion. Mereka juga menunjukkan tingkah-tingkah yang menandakan keseriusan mereka kepada Dea, Sasha, dan Bela.

Keceriaan mereka di malam itu seketika padam saat mendapati Roy jatuh pingsan. Randy dan Dion segara menggotong Roy ke dalam tenda, kemudian Galih memberikan Roy oksigen sambil menepuk-nepuk pipinya. Namun nyatanya Roy tak kunjung sadar. Mereka khawatir jika Roy terkena hipotermia yang kompleks, segera dibalutkan baju-baju hangat pada tubuh Roy.

Dua puluh menit kemudian, Roy membuka mata.
"Shaa.. Tolong ambilin teh anget kesini dong," ujar Randy.
Sasha pun segera membawa tehnya ke tenda untuk diminumkan kepada Roy sedikit demi sedikit.

Masih duduk di depan api unggun, Rafa terdiam. Sejujurnya ia sedang mengkhawatirkan Roy, namun ia tetap enggan menengoknya. Usai menangani Roy, Dion kembali menghampiri Rafa.

"Eh Bang Roy kenapa? Gimana kondisinya?" Basa-basi Rafa yang sebenarnya ia sangat ingin tahu.

"Kayaknya dia kena hipotermia, tapi udah sempet sadar kok. Kenapa emangnya?" Lanjut Dion.

"Gak papa, syukur deh kalau gitu." Ujar Rafa.

Dion hanya menghembuskan nafas dengan keras. Sebenarnya Dion tahu jika Rafa sangat peduli dengan Roy. Namun ia tak mau memojokkan Rafa yang justru nantinya akan membuat Rafa semakin gengsi dan enggan mempedulikan Roy.

"Udah sekarang kamu tidur yah, udara makin dingin. Nanti kamu sakit lagi." Ujar Dion seraya mengelus-elus rambut Rafa.

Setelah Rafa masuk ke dalam tenda, Dion mulai merenungkan sesuatu. Di hadapan merahnya api malam itu, Dion menunjukkan raut resahnya. Entah sampai kapan rahasia ini harus ia sembunyikan dari Rafa. Rahasia ini telah memperburuk semua keadaan. Ingin sekali Dion menceritakan yang sesungguhnya. Apa daya, ia tak mau ingkar dengan Roy.

---

Malam dingin telah terlewati, matahari telah terbit. Sudah merupakan kebiasaan, mereka bangun dan mulai mencari-cari makanan untuk menenangkan cacing-cacing perut yang rewel. Diantara mereka yang bersantai pagi di depan tenda, hanya Roy yang tidak terlihat batang hidungnya. Serontak mereka sadar bahwa Roy belum juga terbangun dari pingsannya.

Randy kembali ke tenda untuk mengecek kondisi Roy. Saat memegang tangan Roy, dalam hati Randy berkata:

"Aneh, sepertinya Roy bukan terkena hipotermia. Tubuhnya tidak dingin seperti saat Rafa terserang hipotermia."

"Gimana Bang Roy?" Ujar Dion yang tiba-tiba menghampiri.
"Kayaknya kita harus cepet bawa dia ke rumah sakit, gue yakin dia pingsan bukan karena hipotermia."
"Oke, kalau gitu gue suruh anak-anak buat packing."
Randy menganggukkan kepala.

Mendapat pemberitahuan dari Dion, kini Rafa enggan lagi gengsi untuk peduli terhadap kondisi Roy. Semua pun segera bersiap-siap merapihkan tenda dan barang bawaan, tidak ada lagi kata 'sarapan' dalam pikiran mereka.

Roy digendong Randy untuk turun ke bawah, sedangkan tas carriernya dibawakan oleh Dion. Perjalanan menuju ke bawah ini sangat melelahkan bagi mereka, perut yang kosong membuat energi mereka sangat sedikit. Sering kali mereka menghentikan perjalanan sekedar untuk beristirahat dan meneguk sedikit air. Pikiran mereka pun terbelah menjadi dua lantaran mereka ingin sekali beristirahat sebentar untuk mengisi perut yang kosong, namun di lain sisi, mereka sangat khawatir dengan kondisi Roy. Ingin sekali mereka cepat sampai di bawah.

Setelah berjam-jam menempuh perjalanan, akhirnya tiba juga mereka di pintu keluar Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. Mereka langsung meminta bantuan kepada Tim Rescue di pos TNGGP untuk segera merujuk Roy ke rumah sakit.

My Real Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang