DINGIN MEMBUAT CINTA

33 2 0
                                    

Suasana sangat hening dan dingin, baju Rafa dan Dion pun dalam kondisi kotor dan setengah kering. Dion hanya diam memandangi rumput basah tanpa sepatah kata, hingga membuat Rafa sangat canggung dan merasa kurang nyaman dengan situasi seperti ini. Akhirnya Rafa memberanikan diri memancing Dion untuk berbicara.

"Uhukk..Uhuk.."

Dion menoleh ke arah Rafa,

"Eh kenapa?" Ujar Dion yang langsung menatap tajam mata Rafa.

Mata Rafa seketika membulat, sepertinya tadi dia telah melakukan sebuah cara yang salah.

"Gak papa Tor hehe, cuma sedikit kedinginan," jawab Rafa yang sedang mengepal kedua tangannya itu.

Tiba-tiba,

"Sini tangan lo."

Dion langsung merebut kedua tangan Rafa, lalu menggosok kedua telapak tangan Rafa agar tetap hangat.

Suasana pun menjadi kembali hening, tak ada pembicaraan apapun setelahnya.

Rafa pun terdiam menatap wajah Dion, ia tak menyangka bahwa dibalik sosok Dion yang dingin bagai es, ternyata perhatiannya bisa juga dilelehkan kepada wanita. Dinginnya udara saat itu membuat suasana hati Rafa terhanyut pada  bentuk perhatian Dion yang tetap dingin. Sepertinya Rafa mulai terjerumus pada istilah baper.

---

Malam telah tiba, semua pun berkumpul di depan tenda dan melingkari sumber kehangatan api unggun. Diam-diam Rafa sedang menanti Dion, sama seperti Dea. Namun anehnya, di malam itu Dion tak kunjung keluar dari tendanya. Rafa dan Dea menunggu Dion hingga larut, tetap saja batang hidungnya tak kunjung tampak. Lama menunggu, Dea memutuskan masuk ke tenda dan meninggalkan Rafa.

Tak lama kemudian, Roy menghampiri Rafa yang sedang melamun sendirian.

"Hoy jangan ngelamun sendirian. Kesambet mbah pinus tau rasa loh." Ujar Roy mengagetkan Rafa.

"Ihh apaansih Mentor, ngagetin aja! Apaan kali mbah pinus. Disamperin beneran tau rasa loh." Ujar Rafa.

"Kok belum tidur? Udah malem loh, besok pagi kita kan harus packing dan pulang." Ujar Roy.

"Belum ngantuk nih Tor hehe," Jawab Rafa sambil tersenyum.

"Belum ngantuk apa lagi nungguin orang yang di dalam tenda kuning?" Ejek Roy.

"Apasih Mentor.. Orang aku lagi jaga api nih biar dapet duit."

"Babi ngepet kali ah jaga api." Ujar Roy sambil tertawa.

"Hmm.. Aku penasaran deh, kok dia dari tadi gak keluar tenda ya Tor?"

"Mungkin lagi capek, jadi ketiduran gak bangun-bangun. Dion itu kebo banget kalau tidur."

"Ahh pasti ini gara-gara aku deh, jadi merasa gak enak."

"Santuy aja, itu udah tanggung jawab senior Raf. Eh tunggu sini ya, saya bikin susu dulu," ujar Roy.

Rafa kembali melamun sembari menunggu Roy yang sibuk membuat susu hangat.

"Nih minum, biar gak dingin." Lanjut Roy sambil menyuguhkan segelas susu.

"Eh makasih loh, jadi ngerepotin hehe," ujar Rafa.

Perbincangan mereka terus berlanjut diiringi musik yang diputar oleh Roy. Mereka sangat menikmati malam yang bertiup angin dingin itu. Sebenarnya Roy sedang berusaha mencuri perhatian Rafa malam itu. Telah lama pusat perhatian Roy tertuju pada tingkah Rafa yang kekanak-kanakan apa adanya. Setiap berdekatan dengan Rafa, Roy selalu merasa nyaman.

"Huh makin dingin ya, errgghh" ujar Rafa sambil menggosok kedua telapak tangannya.

Roy pun langsung melepas jaketnya dan menyematkannya di tubuh Rafa.

"Nih pakai jaketnya biar gak dingin. Kan tadi udah dibilang, ini udah malem. Kamu harusnya udah tidur anak keciil," ujar Roy sembari mengacak-ngacak rambut Rafa yang lembut.

"Iya.. iya, kalau gitu aku duluan tidur ya. Jangan kangen Tor! Wlee.." Ledek Rafa.

---

Pagi telah tiba, Roy buru-buru menghampiri tenda Rafa untuk membawakan secangkir teh. Namun bentuk perjuangan Roy itu tidak bisa mengalihkan pusat perhatian Rafa kepada Dion. Rafa tetap fokus memandang raut wajah Dion yang kala itu sedang melihat kedekatan Sasha dengan Randy.

"Heloo, disini ada orang kali bukan angin atau arwah mbah pinus." Celetuk Roy.

"Eeh iya Mentor maaf-maaf," saut Rafa.

"Ngeteh dulu nih mumpung anget," ujar Roy

"Makasih loh, dari semalem repot-repot gini." Ujar Rafa.

"Hmm kalau suka sih nyatain aja, mumpung masih kosong tuh. Nanti keburu diambil orang," sindir Roy sambil menyenggol pundak Rafa.

"Gimana mau deketin, dia aja cuek banget sama perempuan," ujar Rafa sambil tetap memandang Dion.

"Emansipasi wanita keleus, gak perlu gengsi lagi buat ngajak ngobrol duluan. Yang penting usaha." Ledek Roy.

"Ihh mana berani, yaudahlah yaa.. Cukup mengagumi aja." Ujar Rafa.

"Dari pada nunggu yang di sana, mending sama yang nungguin kamu di depan mata aja ni," ujar Roy dengan jutek.

"Hah, kenapa Tor?" ujar Rafa sambil menoleh ke Roy.       

"Eh bukan apa-apa, untung gak denger." Lanjut Roy dengan gugup.

"Ihhh serius apaan?"

"Enggaak itu tuh tadi mbah pinus lewat sambil nungganin monyet." Jawab Roy mengalihkan pembicaraan.

My Real Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang