PROLOG

1.9K 184 65
                                    

"Senja, kamu dimana?!"

Langit terus berlari sampai-sampai ia lupa, bahwa sekarang telapak kakinya sudah penuh dengan darah. Hujan terus turun dengan deras. Petir pun menggelegar. Semesta seolah menghukum Langit karena kesalahan-kesalahannya selama ini.

Sudah seminggu Langit mencari keberadaan Senja. Gadis itu menghilang begitu saja. Tanpa pamit ataupun berkata sepatah katapun. Menghilang begitu saja, seolah tenggelam ditelan bumi.

Langit jadi ingat kata-kata terakhir Senja sejak ia bertemu minggu lalu. Katanya, "Semesta itu baik. Dia mempertemukan kita. Kamu menjadi tempatku bersinar, aku menjadi penghangat birumu. Langit butuh Senja, Senja juga butuh Langit. Kalau suatu hari hujan datang dan senja tidak hadir, ingatlah. Besok, kalau nggak hujan, Senja ada lagi kok!"

Awalnya Langit tidak mengerti kalimat yang diucapkan Senja kala itu. Namun, sekarang ia menduga, bahwa itu adalah kalimat selamat tinggal dari Senja. Tapi, bukan begini kan caranya? Masih banyak cara untuk pamit dengan Langit. Misalnya memberi tahu teman-teman terdekat atau siapapun yang menurutnya terpercaya. Tapi bahkan, teman-teman termasuk gurunya saja tidak tahu Senja kemana.

Langit mengacak rambutnya gusar. Kemana Senja meninggalkannya? Apa salahnya sehingga Senja pergi tanpa pamitan seperti ini?

Petir kembali menggelegar. Membuat Langit terbangun dari lamunan masa lalunya. Langit menghentikan langkahnya. Ia lelah. Kemudian memilih duduk di bawah pohon besar itu. Ini belum sore, senja belum menyapa. Kalau Langit menunggu nanti sore, akankah Senja datang?

ΔΔΔ

don't forget to vomment, gaes💕

January 31, 2k17

Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang