BAGIAN 4

859 57 26
                                    

4. Lusa

Hari ini beserta empat hari kedepan adalah hari libur untuk kelas 10 dan 11 dikarenakan kelas 12 sedang melaksanakan Ujian Nasional. Untuk pelajar biasa, hari ini dan seterusnya adalah hari libur. Untuk pelajar yang rajin, hari ini dan seterusnya adalah hari untuk belajar dirumah. Tapi menurut Langit—tipe pelajar malas—hari ini dan seterusnya adalah hari bermalas-malasan ria. Cowok itu masih berada di alam mimpinya, padahal matahari sudah menyapa bumi sejak tiga jam yang lalu.

Sesekali ia menggeliat, ingin bangun, tapi medan magnet yang ada dikasur menariknya semakin kuat. Pengin minta dipeluk terus.

Namun, getaran ponselnya sukses membuat Langit merelakan pelukan hangat dari kasur. Tidak biasanya, tanpa ada keluhan, Langit menyalakan ponselnya.

Ada 10 panggilan tidak terjawab, dan 999+ notifikasi dari aplikasi LINE.

Kayaknya tadi malam banyak banget yang endorse gue, sampai 999+ begini, batin Langit sembari membuka LINE. Padahal, Langit tau, notifikasi itu berasal dari chat grup kelasnya. Yang setelah dibuka isinya cuma bahasan ngalor ngidul ala anak SMA.

"Langit, ada Okuta nih!" teriakan dari seseorang yang familiar terdengar ditelinganya. Itu suara Mamanya.

Langit duduk ditepi kasurnya, menggeliat sebentar, kemudian berjalan keluar kamar. Ia menemukan sosok Okuta sedang makan nasi goreng dimeja makan, sembari memainkan ponselnya tanpa menghiraukan kedatangan Langit.

"Ngapain lo kutil firaun kesini?"

Okuta menoleh, "Yee badak jawa udah bangun. Selamat pagi."

Langit menyambar handuknya, kemudian pergi ke kamar mandi. Sepuluh menit kemudian ia sudah harum dengan pakaian rumah yang membuat kadar tampannya semakin bertambah.

Ia mengambil tempat duduk disamping Okuta, "Ta, minta nasi gorengnya dong."

Dengan cengegesan, Okuta menjawab, "Udah habis, Lang. Maaf ya gue kebablasan. Habisnya enak banget sih."

Langit berdiri dari tempat duduknya, "Mama kok ngasih nasi goreng kesukaan aku ke dugong dari segitiga bermuda ini sih?!!!" ia berteriak kencang.

Langit yang ngambek pun pergi meninggalkan Okuta dimeja makan. Ia berjalan menuju ruang keluarga, kemudian memilih untuk bermain video game. Catat, tanpa mengajak Okuta.

"Lang, multiplayer dong."

Langit memutar bola matanya, ngikut mulu nih gembok warnet.

Langit berpura-pura tidak mendengar. Ia malah asyik dengan permainannya.

"Iya deh maaf. Sebagai permintaan maaf, gue traktir lo burger deh nih. Tapi, kit—"

"Permintaan maaf diterima. Sip, pakai mobil lo." Langit mematikan playstation nya, kemudian berjalan menuju teras rumah.

Okuta mendengus kesal, "Giliran ditraktir aja, cepet daripada angin."

***

"Senja, baju kamu kebalik tuh!"

Langkah Senja terhenti, ia memeriksa badannya. Ah, memang benar kata Ayahnya, bajunya terbalik. Ia mendengus kesal, malas ingin kembali ke kamar karena dia sudah benar-benar terlambat untuk datang ke restoran. Tapi, ia akan benar-benar malu kalau datang dengan keadaan baju terbalik.

Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang