BAGIAN 1

2K 161 118
                                    

1. Kehidupan Langit

Suara petikan gitar mengalun merdu ditengah sejuknya malam. Diiringi dengan lirik-lirik indah, sang pemain gitar bernyanyi pelan. Tubuhnya bersandar pada dinding beton yang dingin. Sesekali matanya terpejam, menghayati lagu yang ia nyanyikan.

Jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi, tapi cowok itu masih betah duduk disana, sembari memainkan gitarnya. Walaupun matanya sudah memerah, dan raganya telah lelah.

"If you knew how lonely my life has been
And how long I've been so alone
And if you knew how I wanted someone to come along
And change my life the way you've done."

Langit Atmanegara, cowok yang belum tidur dan lebih memilih memainkan gitarnya pada dini hari itu, bukan cowok yang suka bermelankolis ria seperti ini. Lagu dengan nada mellow ini sengaja ia nyanyikan untuk pengantar tidur.

Dulunya, lagu ini memang lagu pengantar tidur untuk seseorang yang ia cintai. Sebelum tidur, orang itu memintanya untuk menyanyikan lagu ini. Tapi sekarang tidak lagi. Langit hanya menyanyikannya kalau ia yang tidak bisa tidur.

Langit menghentikan aktivitasnya, kemudian memilih berbaring sambil memainkan ponselnya.

"Jodoh gue lagi ngapain ya? Chattingan sama pacarnya? Atau lagi tidur trus mimpiin gue? Atau lagi asik baca novel?" Langit terus men-scroll timeline sosial media satu-satunya yang ia miliki.

Banyak foto-foto cewek cantik yang tampil di layar ponselnya, tapi tidak ada satupun yang dapat membuat Langit tertarik. Langit bukan penyuka sesama, tentu saja bukan.

Tiba-tiba sebuah pesan masuk tampil di ponselnya.

Okuta Mesum: Bray belom tidur?

Okuta Mesum: jgn tanya tau darimana, pemberitahuan lo ngelikes meme ada di pemberitahuan followers gue

Okuta Mesum: jgn balas 'lo ngestalk y'

Okuta Mesum: dih read doang

Langit tertawa kecil.

Langit Atma: apaan sih, ta, ganggu tidur ae. ketahuan deh jonesnya. smsin cowo malam2 begini.
Read

"Wah si anjir nge-read doang, emang gue koran apa."

Langit melempar ponselnya, kemudian lebih memilih untuk tidur.

•••

"Gak bosan terlambat terus, Lang?"

Langit menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sudah sepuluh menit ia habiskan untuk mendengarkan ceramah Bu Stella. Ia benar-benar menyesal karena memilih Rencana B buatan Okuta.

"Gak bosan, hah? Saya nanya. Harusnya kamu jawab!"

Langit menarik napas, "Nggak, Bu."

Bu Stella terbelalak, "Berani sekali kamu jawab saya! Kamu pikir kamu itu siapa?!"

Langit memutar bola matanya, mau apa sih. Tadi katanya kalau nanya, gue harus jawab. Lah giliran gue jawab, dimarahin. Emang deh, cewek selalu benarrr.

Langit melirik cowok berambut dengan tatanan poni yang sedang tertawa terbahak di lantai dua sana. Di depan kelasnya, dengan beberapa temannya yang lain. Ikut menertawakan Langit.

Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang