"Mark?"
Yeri menegang lalu berbisik dengan suara lirih, iris matanya bertubrukan dengan iris mata milik Mark yang menatapnya tajam.
"Yeri,"
Dengan perlahan, Mark yang tadinya berdiri di depan pintu rumah Yeri berjalan ke arah Yeri yang masih mematung di depan gerbang pekarangan rumahnya. Yeri menahan nafasnya saat menyadari bahwa jaraknya dan Mark hanya terpaut 10cm saja.
"Lo...ngapain kesini?"
Yeri berbisik dengan suara lirih sekaligus kaget. Sementara Mark hanya terus menatap Yeri dengan tatapan tajamnya dan dengan sekali hentakkan ia memeluk Yeri dengan erat.
"Yer..sekali ini aja, ya?"
Suara bisikan Mark mengalun indah di telinga Yeri, suaranya yang serak dan terdengar rapuh itu entah kenapa menyayat hati Yeri-membuat air matanya mengalir begitu saja.
Dengan perlahan, Yeri mengalungkan tangan kecilnya di pinggang Mark, mendekap erat lelaki itu seakan ia akan pergi untuk selama lamanya.
Setelah beberapa menit berpelukan dengan keheningan menyelimuti mereka, Mark akhirnya melepaskan pelukan mereka dan menatap Yeri dengan senyuman tipis diwajahnya.
"Kenapa lo pergi, Yer?"
Yeri melebarkan matanya lalu menundukkan kepalanya, menghindari tatapan lembut Mark yang membuat kupu kupu di perutnya berterbangan.
"Lo..tau darimana?"
Mark menghela nafasnya berat lalu memegang kedua bahu Yeri.
"Liat gue Yer."
Yeri mengangkat kepalanya perlahan, iris matanya bertubrukan dengan iris mata lembut tetapi menyiratkan kekecewaan mendalam milik Mark. Yeri menahan nafasnya lalu mengalihkan pandangannya.
"Yer, gue kesini cuma mau ngasih tau—"
"—kalo gue gak jadi balik ke Canada."
Yeri refleks menolehkan kepalanya dan menatap Mark dengan tatapan kaget.
"M-maksud lo?"
Mark menggigit bibir bawahnya lalu mengangguk pelan.
"After a long long days thinking, i choose to stay here. With you, Kim Yerim. And now, would you stay here, with me..too?"
Yeri menatap Mark dengan tatapan yang sulit dibaca lalu ia menggeleng pelan.
"I'm sorry, Mark. But i can't. It's too painful to be in here any longer. The more i stay here, the more i get hurt. Disini, tempat dimana semua luka luka dan kenangan pahit gue tinggal. Gue rasa gue gak akan bisa nahan lebih lama lagi dengan bayang bayang kematian mama dan juga rumah ini—"
"—rumah yang menyimpan banyak luka dan kenangan pahit. Gue mau ninggalin semuanya, Mark. And i hope you can understand that."
Yeri menundukkan kepalanya dalam, merasa bersalah karena dirinya yang sebentar lagi akan pergi meninggalkan Mark-sahabat sehidup sematinya, dan juga cinta pertamanya.
"Yeri.."
Yeri mendongakkan kepalanya saat mendengar bisikan suara Mark yang terdengar rapuh-gadis itu melebarkan matanya saat bibirnya merasakan benda hangat dan kenyal menyapu bibir ranumnya.
Mark kissed Yeri.
Ciuman Mark terasa ringan-tidak terkesan terburu buru dan penuh nafsu. Ciuman yang membuat Yeri entah kenapa terbuai begitu saja. Tetapi Yeri mengernyitkan dahinya saat pipinya merasakan tetes tetes air yang turun.
Bukan. Bukan Yeri yang nangis, tapi Mark.
Yeri berusaha melepaskan pagutan mereka—namun kepalanya ditahan oleh tangan Mark yang mendorong tengkuknya untuk memperdalam pagutan mereka.
Dan entah mengapa, air mata Yeri ikut turun.
Ini mungkin ciuman terakhir mereka—mungkin mereka harus menunggu lima tahun lagi untuk dapat merasakan euforia seperti ini lagi.
Setelah dua menit, Mark melepaskan pagutan mereka dengan perlahan, jidatnya menempel di jidat Yeri dan manik matanya menatap Yeri dalam.
"Yeri..aku sayang sama kamu."
Yeri melebarkan matanya lalu mendorong dada Mark pelan-menyisakan jarak diantara mereka.
Tiba tiba suara klakson mobil terdengar di belakang mereka. Yeri membalikkan badannya dan melihat wajah Om Baekhyun dari kursi pengemudi dan Tante Taeyeon yang duduk di sampingnya sedang melambaikan tangan kearahnya.
"Mark, aku harus pergi."
Yeri mundur perlahan lalu menghela nafasnya berat. Gadis itu mengangkat tangan kanannya melambaikannya ke arah Mark.
"See you soon, Lee Minhyung."
Lalu Yeri berbalik pergi. Mark memandang punggung Yeri yang dengan perlahan meninggalkan pekarangan.
Namun, tiba tiba Yeri berbalik dan berlari memeluk Mark. Mark yang kaget pun hampir saja terjatuh tetapi ia buru buru menyeimbangkan badannya.
"I love you too, Minhyung-ah. Wait for me to come home, okay?"
Lalu Yeri melepaskan pelukan mereka dan mencium bibir Mark kilat. Dan berbalik ke arah gerbang untuk memasuki mobil.
Mark melihat Yeri yang melambaikan tangannya dari dalam mobil, dan mobil itu berlalu meninggalkan Mark yang masih terbengong bengong.
"See you soon, Kim Yerim."
—end—
****
finallyyy udah selesai wkwkwkwk!! maaf ya kalo endingnya gak sesuai ekspetasi kalian:( makasihh jugaa yang udah mau bacaa huhuhu ily guys sm ♡♡
btww buku ini jgn diremove dulu yaaa dari library kalian hehehe karena bisa aja suatu hari nanti aku bikin bonchap atau sequel maybe hehe
sincerely,
jeon jungkook wifeu
KAMU SEDANG MEMBACA
11:11 | mark, yeri✔
Fanfictionin which, mark and yeri always made promises at 11:11. #121 in shortstory [020417] ©staerving, 2016.