01

247 29 9
                                    

Hari ini waktu menunjukan pukul 6:30 Dimana setengah jam lagi sudah masuk sekolah tapi Shalsa masih berada di pekarangan rumahnya.

Shalsa tidur terlalu larut malam sehingga dia bangun lebih siang. Dalam hati ia merutuki dirinya sendiri sebab kejadian semalam yang mengharuskan Shalsa bergadang menyaksikan drama kesukaannya. Dia sekarang sedang berdiri di halte bis sembari menunggu angkutan umum.

Shalsa berdecak kesal "Ck, udah jam segini tapi angkot masih aja belum lewat juga" lirih Shalsa, yang tengah melirik kanan kiri jalanan yang terasa sangat sepi.

"Aduh ini gimana?" Shalsa sekarang panik karna sudah sepuluh menit Shalsa menunggu angkot yang tak kunjung datang.

Dari arah sebelah kiri Shalsa-  terdengar suara motor, kemungkinan motor itu akan melintas dihadapannya. Yang ada dipikiran Shalsa sekarang adalah memberhentikan motor itu juga dan menumpang pada dia. Entah dimana akal sehat Shalsa.

Tapi tunggu ada yang ganjal dari pakaian yang di kenakan orang itu. Oh iya Shalsa baru sadar kalo pakaian yang di kenakan orang itu adalah seragam yang sama yang saat ini ia kenakan.

Berarti dia satu sekolahan dong sama aku, batin Shalsa.

Saat seorang pemuda yang mengendarai motor itu akan melintas di hadapan Shalsa- Shalsa dengan cepat berdiri di tengah jalan sembari merentangkan tangannya untuk menjegat orang itu. Kini ia melakukan aksi konyol.

"Stoppp!!"

Teriak Shalsa yang berhasil memberhentikan kendaraan itu tepat di hadapannya.

Shalsa mencoba memberanikan diri untuk mendekati si pemuda itu dan memohon bantuannya.

"Eh gue boleh minta tolong ngga?" Pinta Shalsa kepada si pengendara motor itu seraya memelas.

Si pemuda dengan cepat mematikan mesin kendaraan tersebut, kemudian membuka helm yang di kenakannya sekarang.

"Lo udah gila yah?" Tindas si pemuda itu kepada Shalsa sembari melotot.

"Engga kok gue cuma mau minta nebeng bareng lo, boleh ngga?" Jawab Shalsa enteng.

"Gue bilang engga ya engga, udah sono jauh jauh dari gue!" usir pemuda itu kepada Shalsa agar menjauh darinya.

Shalsa masih bersi keras terus menekan si pemuda itu "Tapi apa salahnya sih nebeng numpang duduk di motor lo doang?, Kita kan satu sekolah, iya kan?" Jelas Shalsa sambil menunjuk nunjuk seragam yang di kenakannya sekarang.

Pemuda itu saat ini sedang terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu atau yang lebih tepat nya lagi memikirkan apa yang di ucapkan Shalsa itu ada benarnya juga.

"Gimana? Berubah pikiran?" Tanya Shalsa sembari memajukan wajahnya itu beberapa senti lebih dekat dengan wajah si pemuda itu.

"Yah ngga pa-pa sih lo mau turunin gue di depan gerbang sekolah juga ngga pa-pa ko"

"Engga, engga, pokoknya gue ngga mau, titik!" Elak si pemuda itu kepada Shalsa.

Kini Shalsa mencoba merayu kembali "Ayo lah sekali aja, kapan lagi lo bonceng cewe cantik" goda Shalsa sambil menaik turunkan alisnya itu.

Kalimat yang baru saja keluar dari mulut Shalsa membuat si pemuda shock.

"Apa! Cantik! Mimpi! Intinya gue ngga bakal tergoda sama omongan lo itu dan ngga bakal ngizinin lo buat numpang di motor gue ini!" Dengan cepat si pemuda menyalakan mesin motor lalu memakai kembali helm.

"Ah lo mah pelit. Ya udah deh" ringis Shalsa sembari memegang ranselnya sekaligus memberi jalan untuk si pria tersebut lewat.

"Sorry ganggu" cicit shalsa.

ShalsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang