Malam harinya setelah usai makam malam bersama Rafael, Shalsa berencana membuka celengan miliknya sendiri.
Saat ini ia tengah terduduk di lantai sembari memunguti uang nya yang berceceran.
"Enam puluh.. enam puluh lim-" tiba tiba saja Shalsa terkesiap melihat pintu kamarnya terbuka dengan sendirinya. Shalsa menduga itu mama nya. Memastikan Shalsa pulang tidak larut malam.
Sebuah kepala muncul di balik pintu, menampakan Rio adik Shalsa tengah menyengir.
"Astaga, gue pikir siapa" ujar Shalsa sembari mengusap dada.
"Hehehe.. " ternyata itu Rio, dan kini ia sedang berdiri didepan pintu sembari cengengesan.
"Rio! Tutup pintunya!" ujar Shalsa greget.
"Oh iya." Sahut Rio polos. Rio sedikit berjinjit saat ingin menutup pintunya kembali.
Rio kini tengah menatap kakaknya yang sedang memungut uang di lantai. Karena penasaran-- Rio menghampiri Shalsa yang tengah menghitung sejumlah uang.
"Kak Caca lagi ngapain?" Tanya Rio yang kini tengah berjongkok dihadapan Shalsa. Rio sering memanggil Shalsa dengan sebutan Caca.
"Kakak lagi ngumpulin uang buat beli kado Mamah." Jawab Shalsa pelan tapi pandangannya masih terfokus sama uang.
"Mama ulang tahun!" Rio melotot saat mendengar ucapan Shalsa.
"Shhhttt! Jangan kenceng kenceng." Pekik Shalsa. Kini Rio sadar tengah di omelin oleh kakanya. Cepat-cepat ia menutup mulut dengan tangan kanan. Tidak sadar bahwa dia sudah lama berjongkok di hadapan Shalsa. Kini Rio memilih duduk ditempat yang sedang ia diami.
"Eh Rio, Rio jangan duduk di situ, dingin. Sini samping kakak." Perintah Shalsa sembari menepuk tempat yang ia sediakan untuk Rio. Rio pun patuh menuruti perintah Shalsa duduk di karpet bersama.
"Kamu ngapain ke kamar kakak?" Tanya Shalsa sembari merapihkan kepingan celengan yang terbuat dari tanah liat itu.
"Tadi Lio liat kakak ngendap ngendap kaya maling pas Lio lagi di dapul ngambil pelmen." Ujar anak kecil berusia tiga tahun yang kini tepat di sebelah Shalsa.
"Ini-" Ujar Rio menggantung yang mengharuskan Shalsa menoleh. "Lio mau ngasih pelmen." Sembari mengulurkan dua bungkus permen.
"Eng.. ngga usah, buat Rio aja." Jawab Shalsa getir. Siapa yang tak terkejut, bahwa adiknya mempergoki dia tadi sepulang dari Cafe.
"Benelan nih?" Tanya Rio memastikan Shalsa. Shalsa pun menyahuti dengan mengangguk sembari mengusap kepala Rio.
Merasa semuanya telah bersih dan rapih kini Shalsa sepenuhnya akan terpusat pada adiknya dan tak akan kepikiran apapun. "Rio kok belom bobo?" Rio menjawabnya dengan geleng geleng kepala.
"Mau kakak anterin ke kamar?" Shalsa kuatir Rio akan di carikan mama. Sebelum berbicara Rio terlebih dahulu melepaskan permen yang sekarang berada di mulutnya "Ntar aja Lio masih pengen di sini, adem." Sembari menggidik bahu yang menandakan suhu di ruangan Shalsa memang dingin. Wajar saja sih, toh pake Ac.
Shalsa mengajak Rio naik ke kasur, karena udara semakin lama semakin dingin membuat Shalsa kuatir takut adik kesayangannya itu kedinginan.
"Mama ulang tahunnya dilayain yah kak? Kaya ulang tahun Falen kemalen." Namanya juga anak kecil, mereka suka penasaran dan menceritakan apa yang mereka tahu.
"Berarti temen temen Lio bakal dateng bawa kado buat Mama, ya kak?" Shalsa bingung harus menjelaskan bagaimana dan dari mana, sebab Shalsa takut adiknya malah berfikir yang aneh-aneh yang membuat Shalsa kebingungan.
"Ehm.. Rio. Mama kan udah tua jadi ngga akan dirayain, cuma ada syukuran kecil kecilan doang. Mungkin." Ujar Shalsa tak yakin.
Rio mengemut permen nya sesekali sebelum kembali berbicara. "Tapi kenapa ngga dilayain aja kak? Kan selu tau kaya ulang tahun Falen kemalen." Dengan cadel ia menjawab semua lontaran yang Shalsa beri. Valen adalah tetangga Shalsa di sebelah rumah sekaligus temen main Rio dirumah, dan baru kemaren Valen berulang tahun.
"Udah intinya besok kamu jangan kasih tau mama ya? Kita bikin kejutan bareng pas pulang papa kerja. Oke?" Jari jempol dan jari telunjuk saling bertautan mengisyaratkan akan baik baik saja.
"Oke!" Sahut Rio tak kalah senang. Tidak lupa tos ala kemenangan.
"Telus besok kan mama ulang tahun, belati ada kue ulang tahun dong?" Jawab Rio bersemangat. Shalsa manggut sembari tersenyum.
Tok tok tok.
Suara ketukan pintu terdengar. Membuat Shalsa dan Rio menatap ke arah pintu secara bersamaan.
Mama Rita memasuki kamar Shalsa. Susana hening saat Mama Rita menghampiri mereka.
"Kamu udah pulang Shal?" Tanya Mama.
"Udah mah." Jawab Shalsa singkat.
"Trus, kok Rio bisa di kamar kamu?" Ujar Rita.
Yang di sebut namanya pun menyahut. "Tadi lio mau ngasih pelmen ke kaka Caca." Jawab Rio polos membuat Shalsa lega sebab Shalsa pikir Rio akan mengatakan hari ulangtahun Mamanya.
Merasa yakin dengan jawaban yang di beri Rio terhadapnya-- Rita manggut-manggut.
"Ya udah, kamu tidur Shal. Besok sekolah kan?"
"Iya mah." Jawab Shalsa ragu.
"Rio. Ayuk keluar. Kak Caca mau tidur, besok sekolah. Rio juga harus sekolah kan?" Tanya Rita kepada Rio.
"Iya mah." Sahut Rio antusias sembari mendekat ke Rita.
---------------------------------------------
Mianhae🙇
Aku terlambat update, biasalah seorang pelajar yang tak luput akan tugas sekolah yang menumpuk.Sekali lagi makasih udah setia nunggu cerita ini update.
Happy New Year!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Shalsa
Teen Fiction"Jadi ceritanya kaya gitu Shal?" Tanya Mila. "Terus tadi juga gue jatuh kesandung sama tali sepatu gue sendiri, nah abis itu, tadi juga dia mau nganterin gue pulang." cerita Shalsa tergopoh-pogoh. "Terus terus dia nganterin lo pulang ngga?" Tanya Mi...