05

56 17 0
                                    

Saat ini Shalsa tengah berjalan di tepi trotoar sembari mendengarkan lagu melalui headshet. Kebiasaan Shalsa di waktu luang untuk mendengarkan alunan musik. Lagu yang ia dengar saat ini adalah Scars to your beautiful.

Langkah Shalsa mulai dipercepat sebab dari sudut mata Shalsa ada seseorang yang tengah mengikutinya dengan motor. Merasa jengah dengan situasi ini, akhirnya Shalsa memutuskan untuk menoleh.

Rafael

Dia adalah orang dari tadi mengikuti Shalsa. Shalsa pikir pencopet atau penculik. Bikin Shalsa panik aja.

Shalsa melepaskan headshet lalu fokus dengan apa yang dilakukan Rafael saat ini. Mengapa ia mengikuti Shalsa.

"Ada apa Raf?"

"Lo gue panggilin dari tadi bukannya nyaut"

"Gue pake headshet. Emangnya ada apa?"

"Gue kan kemaren udah bilang ada yang pingin gue omongin dan kenapa lo ngilang?" Tanya Rafael kesal.

"Oh soal itu" jawab Shalsa ragu.

"Gue buru-buru kemaren" seraya menyengir menunjukan beberapa deretan gigi putih.

"Gue mau minta maaf"

MAAF untuk apa seorang Rafael meminta maaf kepada Shalsa. Mencoba mengingat apa yang telah Rafael perbuat kepadanya.

"Soal apa?"

"Tika"

Sekarang Shalsa tau maksud Rafael. "Tapi kan lo ngga salah"

"Tapi gue ngerasa bersalah"

"Udah biarin lagi pula gue juga ngga terlalu mikirin"

"Gara gara tika kemaren, maksud gue atas perbuatan Tika kemaren yang udah nampar lo"

Bagaimana Rafael tau?

Otak Shalsa terus berputar mencari jawaban dari ucapan Rafael barusan.

"Oy!! Ngelamun aja?" Rafael yang merasa di acuh kan kini berseru menyadarkan Shalsa dari lamunan nya.

"Jadi lo mau kan maafin gue?"

"Bukannya gue ngga mau maafin lo. Tapi kan lo ngga salah jadi buat apa lo minta maaf"

"Oke, kalo emang gue ngga salah, sebagai gantinya lo temenin gue makan malam " senyum terukir di wajah Rafael.

"Makan malam?" Shalsa mengulang lagi ucapan Rafael agar meyakin kan bahwa ia tidak salah bicara.

"Iya"

Terselib rasa ragu di benak Shalsa. Ia tak yakin dengan pilihan yang akan dia berikan kepada Rafael.

"Jangan bilang lo ngga pernah di ajak diner sama cowo" tembak Rafael.

Kampret tau aja-_-

Shalsa menunduk menutupi rasa malu itu. Rafael pun tak enak hati melihat Shalsa yang dari tadi hanya menunduk karena ucapan Rafael.

"Eh sorry Shal gue ngga bermaksud- " ujar Rafael menggantung.

Shalsa menghembuskan napas dengan berat sebelum berujar.

"Iya ggp, gue ngerti kok" lirih Shalsa.

"Eng.. kalo begitu lo gue anterin pulang sekarang, biar gue tau rumah lo." seraya menggaruk tengkuk leher yang tak terasa gatal.

"Engga perlu. Lo tinggal kasih tau aja mau ketemuan dimana sama jam berapa" jawab Shalsa ketus.

"Oke. Di.. Cafe domino, jam 8. Lo tau kan?" Shalsa mengaguk.

"Kalau begitu gue cabut"

Mood Shalsa bener bener hancur gara gara ucapan Rafael barusan. Sebenarnya bukan gara gara Rafael sepenuhnya sih tapi ngga tau kenapa, gue tiba tiba jadi cuek. Apa gara gara omongan Kayla tadi. Ah sudah lah.

"Hm.. Hati hati Shal! Sampe nanti!" Seru Rafael saat di sela kepergian Shalsa.

Kok gue ngerasa seneng.. banget kalo deket dia.

Seraya menatap Shalsa yang makin lama kian menjauh.

"Astaga,, tadi gue mikir apaan" sembari menepuk jidatnya sendiri.

Diam diam Shalsa sedikit melirik Rafael yang tengah menepuk jidatnya sendiri.

Dasar aneh, batin Shalsa.

----------------------------------------------

See you next time..

Jangan lupa tinggalin jejak ya😆, biar aku semangat ngerjainnya.

Sampe ketemu di cafe Domino🎲

ShalsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang