2. Kiss?

387 54 2
                                    



Nadine tengah mengawasi pegawai di Lestorant miliknya. Di umurnya yang ke 20 ini ia memang sudah berhasil membangun sebuah Lestorant kecil yang modalnya di bantu papanya. Akhir-akhir ini pulang kuliah biasanya nadine akan langsung menggunjungi Lestorant miliknya karena memang rumah dan Lestorant miliknya lumayan dekat, lagi pula di rumahnya sedang tidak ada orang, sudah seminggu ini mamanya menemani sang papa untuk urusan bisnis di Bali, sedangkan kakaknya Dimas tengah berada di kalimantan untuk menggantikan papanya melihat perusahaan cabang, yang baru didirikan 1 tahun.
Selain itu Nadine juga sedang menghindari Rei, sudah 3 hari ini Nadine berhasil mengelabuhi cowok itu setelah seminggu ia selalu di paksa menemani manggunglah, wawancaralah, dan lain sebagainya dan semua itu dilakukan nadine dengan setengah hati,  hanya dua jenis yang sering nadine lakukan tersenyum dan menjawab pertanyaan wartawan yang memang pertanyaanya telah diperkirakaan sebelum wawancara, jadi semua telah disetting sedemikian rupa. Memang dari membantu Rei itu nadine mendapatkan uang yang tidak sedikit, tapi mengingat ini hanya kebohongan membuat nadine merasa ini tidaklah benar.

"Mbak nadine, ada yang minta ketemu mba sebagai pemilik cafe ini" ucap salah satu Pegawai lestorant
"Iya, dimana orangnya?"
"Ada di meja no 3 mbak" saat nadine menoleh ke meja no 3 terlihat seorang pria tengah serius melihat-lihat tatanan lestoran miliknya.
"Bilang saja saya lagi gak ada di tepat ok?"
"Tapi mbak?"
"Udah sana, kalau orang itu masih ada di sini dia bisa mengambil keuntungan dari cafe kita"
"Keuntungan? Kita kan tidak punya AC wifi juga tidak ada" jawab pegawai yang bernama iris itu.
"Udah bilang aja seperti yang saya bilang"
"Baik mbak" mendengar perintah final bossnya iris langsung menghampiri pria itu dan berbicara sesuai yang nadine katakan. Dari tempat nadine berdiri nadine bisa melihat cowok itu Rei seperti biasa, dengan topi hitamnya sedang mengambil ponselnya di saku. Tiba-tiba ponselnya berdering dan tertera nomor tak di kenal. Padahal baru beberapa hari yang lalu ia beli ponsel dan sim card nya juga baru, dan yang paling penting nadine belum memberi tahu nomor barunya kepada siapapun kecuali keluarganya. Dengan ragu nadine menggeser tombol hijau
"Hallo..."
"Lo yang kesini atau gue yang kesana dan gue bakal lakuin hal yang gak akan pernah lo duga!" Ancam Rei
"Hallo? Hallo ga kedengeran nih hallo.., ga ada sinyal, hallo..." Dan terdengar bunyi Tut yang bertanda bahwa Nadine memutuskan sambungannya sepihak. Nadine menghela nafas lega hingga ponselnya kembali berdering.
"Baju putih dan celana jeans" ucap Rei saat nadine mengangkat panggilannya sambil memandang Nadine dari tempatnya duduk. Nadine berbalik dan dilihatnya Rei melambaikan tangan kearahnya sembari tersenyum mengejek, dilihatnya pakaian yang ia kenakan benar memang ia tengah memakai baju berwarna putih dan celana jeans.
"Mati gue!" Ucapnya saat melihat Rei  berdiri dan berjalan kearahnya. Jantungnya seakan mau keluar dari tempatnya saat Rei sampai didepannya
"Tadi gue udah peringetin sama lo kan? Dan lo gak mengindahkan peringatan gue.." Rei semakin maju dan Nadine dengan takut takut berjalan mundur hingga punggunya membentur tembok.   Rei tersenyum penuh arti saat melihat ekspresi nadine yang memang menurutnya lucu, Nadine menggigit bibir bawahnya pasalnya jarak wajah mereka sekarang begitu dekat dan parahnya mereka jadi tontonan gratis disini.
Nadine menutup bibirnya dengan kedua tangannya saat bibir rei hampir menyentuh bibirnya, Rei yang mendapat respon penolakan dari nadine hanya tertawa kecil dan sedikit menjauh dari nadine, Nadine otomatis berhenti menutupi bibirnya itu, dan saat itulah Rei beraksi, Rei memanfaatkan kelengahan mangsanya. Nadine melotot saat sesuatu menempel di bibirnya, matanya bertemu mata milik Rei, Rei benar-benar menciumnya dan tepat di bibir, kejadian itu tak luput dari sorakan pengunjung restoran miliknya.
Bibir mereka hanya menempel dan sama sekali tidak ada yang bergerak, hingga rei melepaskan ciuman itu dan menarik nadine menuju mobilnya.

***
"Lo bawa gue kemana?" Protes nadine saat Rei membawanya kesebuah rumah besar, yang hampir mirip istana.
"Diem atau lo emang lagi ngekode minta gue cium lagi?" Repleks nadine menggeleng dan dengan pasrah mengikuti kemanapun Rei membawanya.
"Lo tunggu disini, gue mau mandi dulu" ucap Rei saat sampai di kamar miliknya.
"What?" pekik nadine dengan mata yang mau keluar
"Oh lo mau ikut mandi bareng gue?"
"Ckck Rei, gue pengen pulang!"
"Nanti gue anter" ucap Rei berlalu dan masuk kedalam kamar mandi.
"Dasar cowok aneh egois mesum!!!!" Teriak nadine keras dan menghempaskan tubuhnya di ranjang milik Rei.
Tiba-tiba ponsel Rei yang di taruh di atas meja dekat ranjang berdering. Dan di sinilah sifat jail nadine muncul, di gesernya tombol hijau "hallo... siapa ya?"
"Lo yang siapa? Ngapain lo yang pegang ponsel Rei, Rei dimana? Kasih ke Rei ponselnya sekarang!!!"
"Ya wajar lah saya yang pegang ponsel calon suami saya, dan anda siapa ya? Ada perlu apa dengan calon suami saya?" Nadine menahan tawanya
" calon suami? Gak, gak mungkin, gue gak percaya!"
"Terserah anda mau percaya atau tidak, perlu anda tau ya, saya sama Rei sebentar lagi married dan saya sedang mengandung anaknya Rei! Jadi jangan ganggu  calon suami saya!" Ucap nadine mencoba meyakinkan, kalau ia seorang pengarang mungkin bukunya laku keras pikir nadine sambil menahan tawa, sungguh dia ingin tertawa kencang saat ini, ini merupakan pembalasan dendam untuk Rei karna sudah mempermalukannya di depan umum tadi.
"Tapi Rei bilang---"
Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan buru-buru nadine mematikan sambungan telpon dan menaruhnya kembali ke tempatnya.
"Kenapa?" Tanya Rei saat nadine menatapnya  dari atas sampai bawah dan langsung menutup matanya dengan tangan, ya memang kebiasaan Rei selesai mandi ia hanya mengenakan handuk di pinggangnya
"Pakai baju lo gih!" Pekik nadine saat Rei mendekatinya.
"Pakai baju maksud lo itu kebalikannya kan?" Tanya Rei memggoda sambil maju selangkah demi selangkah hingga nadine terjatuh di tempat tidur.
"Stop! Stop berhenti disitu! Lo mau apa hah!" Nadine yang terperangkap mencoba mendorong dada bidang Rei dengan kedua telunjuknya saat Rei semakin mendekat.
"Emang apa yang bakal di lakuin cewek sama cowok di dalam kamar yang sepi dan cuma berdua?"
"Ck lepasin gue Rei!"
"Atau lo pengen kita ulang adegang di restoran tadi saat bibir lo---"
"Mamaaaaaaa!!!!!!! Kak Rei maaaaa!!!!!" Mendengar terikan itu sontak Nadine dan Rei menoleh ke asal suara dan dilihatnya seorang gadis yang mirip Rei berdiri di dekat pintu dan tak berselang lama seorang wanita paruh baya datang dan menatap keduanya tak percaya.

***
"Sejak kapan kamu berani bawa anak perempuan kerumah Rei?"
"Ma ini gak kaya yang mama pikirin, tadi itu--"
"Tadi itu apa hah? Ini gak bisa mama tolerir kalau papa sampai tahu, mama gak tau apa yang bakal papa lakuin"
"Tante... ini ga--" nadine coba menjelaskan tapi mama rei tak memberikannya kesempatan
"Mama.. panggil saya mama, siapa nama kamu?"
"Nadine Dirgantara tan.. eh mama"
"Dirgantara? Dirgantara pemilik Dirgantara corp yang bergerak dibidang Advertising itu?" Nadine memangguk dan selanjutnya mama rei langsung memeluk Nadine
"Ya tuhan... Nana"

Tbc

Vote jangan lupa guys...
Makasih yang udah mau luangin waktu buat baca..

UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang