Bagian 1

113 5 0
                                    

Wanita itu berjalan di tengah hiruk piruk keramaian waktu malam yang hampir mendekati pagi. Tepatnya di Jakarta. berjalan dengan keadaan yang sungguh sudah tak seperti wanita yang tak pantas untuk dihargai apalagi dihormati. Dengan pakaian yang hampir telanjang,dengan hanya menggunakan celana pendek jeans yang panjangnya hanya mencapai 4-8 cm dari atas pinggangnya. Baju tanpa lengan dan ketat serta tembus pandang.

Waktu bahkan sudah menunjukkan jam dua pagi,tapi wanita yang berusia 19 tahun itu masih saja seperti manusia yang tak punya arah dan tujuan hidup,semua orang bukannya merasa simpatik melihatnya tapi justru menjauhinya dengan kejijian mereka. Tapi gadis itu berusaha tidak perduli dan terus berjalan.

BRUKKKKKKK

Gadis berusia 19 tahun itu sudah sampai di tempat kostnya. Ia melepas penat dan menghilangkan bau Alkohol ditubuhnya dengan berendam di air hangat. Ia bernama Laura Marsalia Artadinata. Laura sudah tak perduli dengan apa kata orang-orang disekitarnya,yang penting ia bahagia dengan hidupnya yang sekarang. Hidup pada dunia malam,bergantung nasib pada malam ke pagi hari dan semua pekerjaan ia laksanakan untuk memenuhi kebutuhan dirinya,dan membayar uang kuliah. Mandiri bukan? bahkan sangat mandiri. Gadis itu menertawai dirinya sendiri,karena betapa bodohnya ia sudah masuk pada dunia yang seperti ini. Tapi semua ini adalah pilihan hidupnya. Kalau tidak seperti ini,pada siapa lagi ia bergantung?

Laura gadis yang sangat cantik,tubuhnya yang tidak gemuk dan juga tidak kurus,postur tubuhnya yang mampu membuat pria manapun takluk padanya. Kulitnya yang putih dan bersih,hanya saja ia bukan wanita cantik yang pantas untuk dipertahankan. Mungkin,bisa dibilang seperti itu.  Laura adalah gadis yang tak tahu dimana keberadaan ayah dan ibunya,ia tidak tahu siapa nama asli dirinya,dia benar-benar tak tahu keluarga kandungnya dimana. Laura dibesarkan di Panti Asuhan "HARAPAN KASIH". Laura bukanlah manusia yang tidak tahu diri. Ia memutuskan untuk pergi dari panti asuhan itu,karena ia merasa sudah banyak merepotkan Bu Iriana,pengasuh di Panti itu. Tapi,sesekali juga ia berkunjung kesana,untuk memberikan secercah hasil jerih payahnya. Laura sudah tak memikirkan lagi,siapa orangtua kandungnya,dimana mereka berada,dan apakah mereka masih hidup atau tidak. Laura sudah benar-benar tak perduli. Yang terpenting sekarang,ia hidup dan bernafas,dan apa yang ia lakukan tidak merugikan orang lain. Mungkin ini sudah takdir dan jalan hidupnya,dia tak pernah mengeluh dan menyesal atas apa yang ia jalani dan rasakan saat ini.

****

Pagi mendatang,sang surya sudah menampakkan kehadirannya di ufuk timur sana. Dan rupanya,gadis itu sudah bersiap untuk berangkat ke kampusnya,dengan pakaiannya seadanya.  Dan tetap,jika ke kampus ia masih tau etika dan norma kesopanan. Dan sadar,ia sedang dalam lingkungan yang bagiamana.

Sampai di kampus,seperti biasa semua pandangan pria dan wanita memandangnya bukan dengan pandangan memuja,melainkan dengan pandangan yang menghina dan menjatuhkan. Tapi Laura mencoba biasa dan tetap berjalan menuju ruang kelasnya.

"Weh Ara,lo ngampus?" tanya teman Laura yang bernama Siska. Jangan heran,mengapa siska memanggil Laura dengan sebutan Ara,karena jika dipanggil Laura itu terlalu panjang,menurutnya.

"Iya." kata Laura singkat.

"Ra,lo gausah kerja di tempat gitu-gitu lagi ya. Mending lo kerja di tempat om gue aja,di restoran. Seterah lo deh,mau dibidang apa." Aneh. Baru kali ini,Laura mendengar ada yang menawarkan pekerjaan,dan yang mau berkerja boleh memilih posisi apa yang ia inginkan. Tapi sayang,Laura bukan wanita yang mudah untuk dibujuk.

"Engga,makasih. Gue udah nyaman sama kerjaan gue yang gini."

"Tapi Ra,lo itu masih muda. Sayang kalo waktu muda lo,lo abisin waktu yang gapenting gitu."

"Apa lo bilang?gapenting?lo gangerti. Lo itu enak,semua yang lo mau ada. sedangkan gue?"

"Ra,maksud gue ga git....." belum selesai Siska melanjutkan kata-katanya,Laura sudah pergi meninggalkannya sendiri di ruang kelas. Sungguh,Siska tidak bermaksud menyinggung perasaan Laura,hanya saja Siska tidak ingin sahabatnya itu terlalu jauh masuk ke dalam dunia yang kelam.

Sekeping CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang