"Ih gamau-gamau,cepetan sana ambil hape gue dulu!" Kata Laura kesal. Padahal,lihatlah. Betapa wajah Laura begitu pucat. Namun,ia masih saja bersikap ketus dan keras kepala.
"katanya kamu mau buru-buru ke kampus?udah ayo." Arvin menarik tangan Laura dan menjauh dari kamar Apartemennya.
"Yaudah gausah tarik-tarik gini." Laura berusaha melepaskan tangan Arvin dari tangannya. Tapi,Arvin hanya acuh tak perduli.
Sampai di depan pintu mobil,Arvin membukakan pintu untuk Laura,dan menyuruhnya masuk. Di dalam mobil,hanya ada keheningan. Mungkin,Laura sudah kembali ke sifat aslinya lagi,datar.
"Kamu kenapa suka banget diam si?"
Tak ada jawaban.
"Ra?kamu kenapa diam?"
Kembali tak ada jawaban. Dan ketika Arvin kembali menoleh ke arah Laura,Arvin menggelengkan kepalanya. Sedari tadi,Laura ternyata tertidur. Mengapa wanita di sampingnya ini,begitu mudah tertidur?atau mungkin,itu effect dari sakitnya?sudahlah,Arvin kembali memfokuskan pandangannya ke arah jalanan.
***
Sebenarnya,Arvin tak tega,jika harus membangunkan Laura. Namun,mau bagaimana lagi?kini mereka sudah sampai di kampus Laura. Lihatlah,betambah sangat pucat wajahnya sekarang."Ra,bangun ya. Udah sampai nih." Arvin menepuk pipi Laura pelan. Sepertinya,tidak sulit untuk membangunkan gadis yang bernama Laura ini. Perlahan,ia mengerjapkan matanya. Dengan posisi yang sangat dekat seperti ini,Arvin bisa menatap jelas betapa indahnya mata wanita dihadapannya ini.
"Ishh lo ngapain si. Awas awas." Laura mendorong dengan keras dada bidang Arvin,sampai kepalanya terbentur pintu kemudinya.
"Duhhhh" Ringis Arvin.
"eh eh maaf. Sakit ya. Duhh,gue gatau. maaf" Lihatlah,rupanya Laura begitu mempunyai hati yang lembut. Hanya saja,sepertinya Laura belum mau menunjukkan itu pada orang di sekelilingnya. Arvin,akan bermain sedikit di sini.
"Iyanih. Aduh,sakit."
"Serius?yang mana yang sakit?" Laura memegang lengan Arvin lembut.
Tak sadar,bibir Arvin tersnyum dengan sendirinya melihat Laura yang seperti ini. Mungkinkah sifat Laura yang sebenar-benarnya adalah yang seperti ini?berarti,jika selama ini Laura bersikap seperti acuh,dan seolah tak perduli,itu hanya topengnya saja?Arvin,benar-benar ingin tahu?siapa Laura yang sebenarnya.
"Aku gapapa Ra. Sekarang kita keluar ya,kamu kan katanya mau ketemu dosen?" Arvin mengalihkan pembicaraan
"Bener nih?lo gapapa?yaudah,yuk." Membuka pintu mobil,Laurapun keluar dan berjalan meninggalkan Arvin yang diam sambil tersenyum menatapnya.
***
"ARAAAAAAAAAA"
"eh,Siska"
"Lo darimana aja Ra?gua bener-bener minta maaf ya,soal kemarin" Kata Siska tak berani menatap Laura.
"Siska,gue gapapa kok. Gue tau,maksud lo itu bukan mau nyinggung perasaan gue. Iyakan?"
"Iyaaaa Ra sumpah. Gue gada maksud buat nyinggung perasaan lo,serius deh." Kata Siska sambil mengkat kedua jarinya membentuk peace membuat Laura tertawa kecil.
"Iyaiya Siska"
"Beneran Ra?makasih yaaaaaaaaa" Siska memeluk Laura erat. Untung,suasana kampus tidak terlalu ramai orang. Kalau ia,Laura merasa malu,beperlelukam di depan umum seperti ini,walaupun hanya dengan Siska.
"Oh iya,hari ini kok lo ngampus?bukannya kita lagi gada kelas Ra?" Siska melepas pelukannya.
"Lo lupa,gue kan masih utang hafalan sama Dosen Fina."
![](https://img.wattpad.com/cover/98354794-288-k83729.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekeping Cinta
RomanceSeharusnya cinta belajar dari kesederhanaan sekeping hembusan angin. Menerpa tapi tetap menyejukkan. TIDAK MENYEDIAKAN SINOPSIS YANG TERAMAT PANJANG. KALAU MAU TAHU,BACA AJA YA❤