Bagian 2

63 6 0
                                    

"Kamu itu harusnya ga seperti itu. Kamu tau kan,pekerjaan kamu memang untuk disentuh." Bentak Tante Fiona.

"Tapi saya sudah menemani bapak tua itu hampir 3 jam. Lalu apalagi?"

"kenapa kamu menghindari Om Ridwan?dia itu sudah membayar kamu mahal."

"Tan,saya bekerja disini hanya untuk menemani,bukan untuk disentuh."

"Kalau kamu sudah masuk kesini,itu artinya kamu sudah menyerahkan tubuh kamu untuk saya. Dan untuk apanya nanti tubuh kamu,itu sudah menjadi hak saya,karena kamu sudah terikat kontrak."

"Saya tidak serendah itu. Saya masih punya harga diri. dengan begini saja,pandangan orang lain terhadap saya sudah menjatuhkan,apalagi kalau saya sudah disentuh dan sampai ditiduri?saya tidak mau seperti itu. Saya masih ingin mengejar cita-cita saya. Dan saya tetap ingin dihargai orang lain.",Kata Laura yang sama sekali tidak mengeluarkan airmata. Ia tidak ingin menjadi wanita lemah dan cengeng. Sudah cukup,ia direndahkan karena pekerjaannya,dan Laura tidak ingin direndahkan karena ia mudah menangis dan lemah perasaannya.

"Baik. Kalau seperti itu mau kamu,mulai malam ini kontrak kamu saya putus,dan mulai malam ini juga,kamu tidak perlu datang kemari."

"SA YA TE RI MA." Tegas Laura. Ia tidak perduli dengan pekerjaannya yang ini,lagipula apakah pelacur dapat disebut sebagai pekerjaan,Laura rasa tidak.

"Terimakasih tante. Saya permisi."

****

Jam sudah menunjukkan pukul setengah 7 malam. Daripada Laura harus terus-menerus memikirkan hal-hal yang tidak penting,lebih baik ia kembali ke toko roti. Setidaknya itu pekerjaan yang halal. Mulai sekarang di detik ini,Laura akan belajar menjadi manusia yang baik dan harus selalu lebih baik.

Hujan tiba-tiba datang dan mengguyur kota Jakarta. Laura yang masih dalam perjalanan menuju Toko roti itu,memutuskan untuk berhenti sebentar di depan mall besar. Untung saja,ia belum memesan aplikasi grabbike itu,kalau sudah bisa-bisa ia akan kuyub dan basah di jalan karena hujan yang sangat deras.

Saat sedang meneduh,mata Laura tak sengaja melihat ke arah sebelah kanan. Yang dimana,ada dua orang wanita paruhbaya yang sedang kesulitan karena ingin menyebrang dan semua barangnya jatuh di tengah jalan. Tanpa pikir panjang,Laura berlari ke arah dua ibu itu,dan segera membantunya.

"ibu ke pinggir aja dulu,nanti ibu sakit. biar saya yang ambil barang belanjaannya.",Kata Laura sedikit berteriak,karena ia berada di bawah guyuran yang tengah terjadi hujan deras.

Dua wanita itu menepi ke pinggir jalan,sementara Laura berusaha mengambil barang-barang itu yang berserakan di jalan.

"Nih bu,bajunya sama barangnya. Saya permisi.",Baru saja Laura ingin membalikkan tubuhnya dan ingin segera berlalu. Tapi,tiba-tiba saja pergelangan tangannya di tahan oleh seseorang.

"Nak,terimakasih. Bisa kita bicara sebentar."

"Maaf buk,saya harus bekerja. Saya buru-buru."

"Sebentar saja,saya mohon.",Pinta salah satu dari kedua ibu itu dengan tatapan memohonnya.

"Baik."

"Kita ke dalam dulu. Ganti baju kamu,pasti dingin kan?"

"Mba,aku pamit pulang saja bagaimana?suamiku sudah sampai rumah soalnya.",sela salah satu ibu itu,yang tak Laura tau namanya.

"Oh iya,hati-hati ya."

"Iya mbak. Dek,terimakasih"

"Iya,sama-sama." Kata Laura tersenyum. Jangan heran,Laura memang seperti itu. Menampakkan senyumnya hanya pada orang-orang tertentu saja.

Sekeping CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang