Bagian 3

51 3 0
                                    

Seorang pria terlihat kesulitan untuk membuka pintu apartemennya. Ia kesulitan karena tengah menggendong gadis yang baru saja ia tolong beberapa saat lalu. Laura. Ia sama sekali tak mengenal pria dihadapannya ini,apa Mereka pernah bertemu sebelumnya?

Setelah berhasil membuka pintu apartemen,Arvin kemudian masuk ke dalam kamarnya dan meletakan dengan hati-hati tubuh Laura di atas ranjangnya. Di liriknya ponselnya yang terus berdering sedari tadi,membuat Arvin mengalihkan pandangannya dari Laura.

Hallo tan,ada apa?

kamu kenapa ga ikut kesini sama bunda kamu?,tante kangen banget.

Aku besok deh tan main ke rumah tante,tante sehat-sehat ya.

kamu janji?

iya tanya,Arvin janji.

yasudah tante tutup,Assalamualaikum.

Walaikummussallam

Click. Sambungan itupun terputus.

Arvin kembali menolehkan kepalanya dan melihat gadis yang tengah memijat bagian mata kakinya. Mungkin,kakinya benar terkilir. Arvin mendekat,dan duduk di samping Laura,membuat Laura sedikit menjauh.

"Awww" pekik gadis itu kembali merasakan nyeri yang luar biasa dibagian pergelangan kakinya.

"kaki kamu sakit banget ya?" ucap Arvin khawatir.

Gadis itu justru mendongakkan kepalanya menatap Arvin tak suka.

"Gausah sok perduli gitu,gue gapapa. Makasih tadi udah mau nolong.",ujar Laura ketus pada Arvin.

Pria itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal,Mengapa gadis ini malah bersikap ketus padanya?apakah ia ada salah disini?

"Kakinya aku obatin ya,bengkak gitu. Takutnya nanti malah tambah parah." kata Arvin selembut mungkin.

"Udahlah. Gue mau pula....Aw" jerit Laura kembali saat ia ingin berusaha bangun dari ranjang.

"Kamu hati-hati dong. Sakit ya?"

"iyalah sakit,masih ditanya lagi."

Lagi-lagi Arvin harus bersabar mengahadapi gadis dihadapannya ini. Entah mengapa,ia merasa punya kewajiban untuk tanggung jawab pada gadis ini. Padahal,Arvin bukan siapa-siapanya. Dan bahkan,ia baru mengenalnya beberapa saat tadi. Bahkan tidak mengenal,tau namanya saja tidak.

"gue mau pulang."

"Tapi ka......"

"Gue mau pulang. Lo ngerti ga sih." Tekan Laura memotong ucapan Arvin cepat.

"oke aku anter."

"Gausah,makasih.",kemudian Laura keluar dari apartemen Arvin dengan jalannya yang tertatih. Membuat Arvin geleng-geleng kepala. Baru kali ini ia temui wanita seperti itu. Dan tunggu,Arvin belum mengetahui namanya juga.

Tidak tinggal diam,Arvin berjalan mengikuti Laura. Tapi tetap menjaga jarak karena jangan sampai terlihat oleh gadis keras kepala itu,ya mungkin 'keras kepala' itu sebutan yang cocok untuknya,pikir Arvin.

Sampai di Lantai dasar Arvin menolehkan kepalanya ke arah loby. Gadis itu rupanya tengah berteduh dibawah guyuran hujan deras. Arvipun tak menyangka bahwa hujan akan turun deras seperti itu. Ia kemudian kembali ke dalam apartemen dan kemudian berjalan menuju gadis itu sambil membawa payung.

"Kamu gausah keras kepala." kata-kata itu sontak saja membuat Laura terkejut bukan main,melihat kehadiran Arvin yang tiba-tiba dibelakangnya. Tapi,sesaat kemudian Laura kembali biasa saja.

Sekeping CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang