Bagian 5

35 3 0
                                    

Membuka mata,ia melihat disekelilingnya ruangan yang bernuansa putih. Samar-Samar,diujung dekat pintu ia mendengar dua orang yang tengah membicarakan sesuatu. Tapi,gadis itu memilih untuk berusaha membuka matanya dan berharap,apa yang terjadi pada dirinya saat ini hanyalah mimpi. Mengapa lagi-lagi,ia harus berada di tempat ini?

Laura. Ya,gadis yang baru saja mengalami insiden pencurian. Syukurlah,hanya tasnya saya yang diambil,tidak yang lain. Saat tadi ia pingsan,ia tak ya siapa yang menolongnya w membawanya ke rumah sakit ini.

"Oh,yampun. Kamu sudah bangun ?",Sapaan lembut itu mau tak mau membuat Laura menyipitkan matanya,karena bayangannya masih sedikit mengabur.

"Kamu tidak apa-apakan?",Tunggu. Laura seperti tidak asing dengan wanita paruhbaya dihadapannya ini. Sepertinya,mereka pernah bertemu sebelumnya.

Astaga,Ibu Renanda. Ya,Laura mengingatnya. Laura,berusaha bangun dari tidurnya. Dan Renandapun membantunya dengan perlahan.

"Minum dulu ya sayang."

Setelah Renanda memberi Laura minum,kini Laura sudah benar-benar duduk dengan tegap tapi sambil bersandar di kepala ranjang. Ia tersenyum sesaat ketika Renanda memberikan senyuman kehangatannya.

"Bagaimana?sudah lebih baikkah?",tanya Renanda dengan lembutnya.

Menarik nafas panjang,lalu membuangnya secara perlahan. Laura,menjawabnya dengan anggukan sambil menunjukkan senyum manisnya.

"Kamu mau makan nak?",Tawar Renanda pada Laura.

Begini,tadi setelah Renanda memutuskan untuk mengecek salah satu cabang restaurantnya di Jakarta,tak sengaja ia melihat banyak warga yang berkumpul,entah melakukan apa. Awalnya,Renandapun mau berlalu begitu saja,namun melihat kerumunan warga tak bubar juga,akhirnya Renanda memutuskan untuk melihatnya. Dan betapa terkejutnya ia,melihat Laura sudah terkapar dengan keningnya yang berdarah. Tanpa berpikir panjang,Renanda memerintahkan supirnya untuk membawa Laura dan pergi ke rumah sakit.

"Makasih ya bu. Udah,repot-repot bawa saya kesini."

"Sama-sama sayang. Memangnya,kalau ibu boleh tau,tadi tujuan kamu mau kemana?"

"emm,saya lagi jalan-jalan bentar aja bu."

Ditengah-tengah obrolan kecil itu,ponsel Renanda berdering,membuat Renanda agak sedikit menjauh dari Laura untuk mengangkat panggilan itu.

Ada apa Dav?

Saya minta maaf bu. Saya tidak jadi ke rumah ibu. Orang yang ingin saya bawa,ternyata tidak ada di rumah.

Tidak apa nak David. sayapun,sedang tak ada di rumah.

Baiklah bu,makasih. Maaf mengganggu.

iya,tak apa.

Sambungan terputus. Renanda kembali menolehkan kepalanya ke arah Laura yang tengah berbaring kembali di ranjangnya. Kemudian,Renanda kembali mendekat ke arah Laura.

"Sayang,kalau ibu boleh tau,kamu mau kemana tadi?"

"Saya mau cari kerja bu."

"Cari kerja?"

"Iya bu."

Renanda sepertinya tau,apa yang harus ia lakukan.

"Ibu akan tanya dokter,apakah kamu sudah boleh pulang atau belum. Tunggu sebentar yah.",Laura hanya mengangguk sambil tersenyum.

***
Arvin kini berada di perusahannya. Sedari tadi,pikirannya selalu saja tertuju pada gadis itu. Belum lagi,saat tadi malam Arvin pulang ke Apartemennya,Ia melihat ponsel milik gadis yang beberapa hari lalu ia tolong,Laura.

Sekeping CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang