4 - Manja

23K 1K 55
                                    

Kerutan di dahi lelaki dengan paras sempurna itu semakin dalam. Dahinya mengernyit setiap ia melirik ponselnya yang sampai sekarang belum berdering sejak ia berada di kursi kebanggaannya. Kembali menghela napas dan kemudian membuangnya kasar. Rey menggeram dan sontak membuat karyawannya langsung berjingkat terkejut. Beberapa karyawan yang duduk disana menatap rekan kerja mereka masing-masing dengan gelengan pelan binggung. Melihat betapa pemimpin mereka terlihat tidak fokus sejak meeting di mulai di detik pertama.

"Pak Rey." Panggilan dari sekretaris pribadinya tak membuat Rey mengalihkan pandangannya.

"Pak, bagaimana dengan ide yang Bu. Mirna katakan." Dan sekali lagi Rey tak menjawab pertanyaan tersebut.

"Pak." Hingga tepukan pelan di bahu sebelah kirinya membuat Rey menolehkan kepalanya dan menaikkan sebelah alisnya.

"Kenapa?" gumamnya. Yang langsung mendapat senyum tipis dari sekretarisnya memaklumi.

Hari ini benar-benar hari yang menguras Emosi. Rey selalu menggerutu dan membentak setiap kali para karyawannya melakukan kesalahan sekecil biji matahari. Masalah yang sebenarnya tak seharusnya ada.

Hampir semua karyawan di Atmadja Corp mulai tegang dan merasa enggan untuk bertatap muka dengan Rey. Mewanti-wanti agar mereka tak mendapat bentakan super pedas yang Rey lakukan. Atau kalau perlu mereka berharap tak ada panggilan untuk masuk keruangan bos-nya itu.

Hampir jam istirahat dan lelaki tampan itu belum juga bisa menghubungi kekasihnya. Matanya seperti tak lepas memandangi ponselnya yang sejak tadi ia letakkan di depannya. Mengabaikan beberapa laporan yang harus ia tanda tangani seperti semestinya.

"Hahhh..." Rey mendesah. Kemudian melonggarkan dasinya untuk menghirup oksigen sebanyak mungkin agar emosinya menurun.
.
.
.
Arata sudah siap dengan segala macam pertanyaan yang akan Rey keluarkan untuknya. Perempuan itu sudah menarik napas dalam dan mengeluarkannya dengan pelan.

Apa yang akan Arata lakukan jika sudah bertatap muka dengan Rey?

Apa yang akan perempuan itu perbuat jika Rey sudah menatapnya seperti belatih tajam?

Ahhh... kenapa pula ia harus kehabisan baterai? Dan apa gunanya powerbank jika tidak di gunakannya. Hingga membuat seorang Rey harus menyuruh salah satu pewagainya untuk menemuinya secara langsung.

Arata kembali menarik napas dan kemudian melangkahkan kaki jenjangnya untuk menemui seorang Reynaldy.

"Astaga mbak Arata. Untung kau datang." salah satu karyawan yang sudah berada di dalam satu lift dengannya langsung berjingkrak senang. Ketika melihat malaikat penyelamat untuk semua devisi.

Arata tak mengerti kenapa perempuan yang tak di kenal namanya itu terlihat begitu bahagia saat melihatnya. Perempuan itu mengernyit kemudian bertanya, "ada apa?"

Perempuan bersurai sebahu itu tersenyum, "senang melihat mbk Arata berada disini." katanya.

Arata semakin di buat kebingungan. Kemudian ia hanya tersenyum tipis lalu mengangguk singkat dan berlalu pergi.

Berdiri mematung di sebuah ruangan yang di dalamnya terdapat kekasih hati adalah hal yang sangat membuat hampir seluruh perempuan di dunia merasa bangga. Namun jika pertemuan itu di dapat karena sebuah kesalahan, maka entah bagaimana mengatakan keadaan jantungmu sekarang. Di tambah bahwa lelaki yang menjadi kekasihmu tipekal yang sulit sekali di ajak kompromi.

Arata menarik napas dalam berulang-ulang kali. Perempuan itu seperti enggan masuk ke dalam ruangan yang di dalamnya sudah ada yang menunggunya.

Suata krietan dari balik pintu itu tak membuat seorang Reynaldi menolehkan pandangannya sedikitpun dari kertas-kertas menyebalkan di hadapannya. Lelaki itu memfokuskan dirinya meski pikirannya bercabang entah kemana.

Mine Alone Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang