22 - Bad mood

6.1K 619 66
                                    

Menjadi kesenangan tersendiri bagi Rey ketika ia melihat cincin yang melingkar di jari manisnya. Sebuah cincin yang beberapa minggu yang lalu di sematkan Arata untuk dirinya.

Lelaki dengan kadar ketampanan bak pahatan dewa Yunani tersebut menyambut paginya lebih fresh dari pagi-pagi sebelumnya. Menimbulkan beberapa pasang mata yang melihatnya pun ikut andil bahagia karenanya.

Rey menjelma menjadi lelaki yang lebih manusiawi jika berada di kantor. Menjadi sosok boss yang lebih bisa mentolerir setiap kecacatan yang dilakukan oleh sebagian pegawainya. Karena hampir seluruh karyawan di disini mengetahui bahwa Rey terkenal dengan kesempurnaan dalam menjalankan pekerjaan.

Beruntung sekali Rey bisa memiliki Arata dalam kesehariannya. Yang akan selalu memantau setiap detail kegiatan Rey sepanjang hari. Semua harus Arata yang mengkoordinasinya.

Bahagia, itulah yang Rey rasakan.

Rey tidak pernah sekalipun membayangkan akan memiliki perempuan yang sanggup melawan sifat semena mena yang ia miliki. Ia bahkan tidak pernah menduga jika perempuan seperti Arata akan menjadi candu dalam setiap hembusan napasnya.

Cinta, Rey bahkan tidak pernah sekalipun memikirkan jika ia akan melabuhkan seluruh hati dan pikirannya hanya untuk Arata. Tidak pernah dalam bayangannya, ia akan sebegitu tertariknya pada sosok perempuan yang sangat luar biasa keras kepala seperti dirinya.

Ia tidak suka berbagi, tentu saja. Rey sudah berulang kali memperjelas kedudukan Arata jika perempuan itu hanya boleh untuk dirinya. Hanya boleh ia konsumsi untuk dirinya sendiri.

Rey menarik ke dua tangannya keatas. Merileksasikan seluruh otot-ototnya yang mulai menegang karena beberapa laporan yang menumpuk rapi diatas meja kerjanya.

Dan ketika ia melihat jam berapa sekarang, kening Rey langsung terlipat. Karena tidak biasanya Arata melewatkan seharipun untuk mengajaknya makan siang bersama seperti biasanya.

Rey segera mengambil ponselnya dan segera menghubungi Arata. Menanyakan keadaan tunangannya yang sampai di jam ini tidak memberinya kabar sama sekali.

"Sayang," suara Rey menggema ketika panggilannya terjawab. Namun alisnya langsung bertaut saat ia mendengar suara anak kecil, "suara siapa itu?"

"Mommy, aku ingin makan." Dan sebelum Arata menjawab pertanyaannya, telinga lelaki itu mendengar dengan jelas sebutan apa yang anak kecil itu sematkan untuk calon istrinya tersebut.

"Dimana kau sekarang!!"

.
.
×××《《《《》》》》×××
.
.

Bukan hal yang mudah sejujurnya bagi Arata untuk tetap berada di ruang rawat inap ini. Karena sejujurnya ia agak merasa canggung dengan beberapa pasang mata yang mulai menatapnya dengan pandangan iri. Sudah berulang kali Arata mencoba mencuhkannya dan mengabaikan semua pandangan yang sengaja tertuju padanya, namun tetap saja, rasa canggung itu masih hinggap di hatinya.

Ditambah bahwa Alfris yang entah pergi kemana dan karena urusan apa. Lelaki itu langsung lenyap begitu mendapat telepone dari sekertarisnya.

"Haaahhhh," Arata menghela napas panjang dan duduk di samping Sean dengan tablet di pangkuannya. Anak lelaki itu seperti sedang memainkan games yang sanggup membuatnya betah berlama-lama duduk. Membuat Arata menggelengkan kepalanya pelan.

"Apa kau tidak lelah?" tanya Arata. Begitu ia melihat sudah lebih satu jam Sean berkutat dengan tabletnya.

Sean menggeleng pelan dan menggumam sebagai jawaban atas pertanyaan yang Arata ajukan padanya.

Mine Alone Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang