14 - Promise

13.5K 859 107
                                    

Nihhhh... aku Up sekarang.
Kurang baik apa coba aku ini pada kalian 😖😖
Vote dan Komentarnya ya jangan lupa 😊😊
Happy Reading!!
0[>_<]0

×××》》》》~《《《《×××

Bisa dikatakan jika ini memang bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Akibat dari perkataan yang Alfris ucapkan waktu itu, mengakibatkan Rey terus di rundung dengan spekulasi yang belum tentu berakibat fatal. Apa yang bisa lelaki itu lakukan jika Arata masih berada dalam pelukannya. Masih setia menemani waktunya meski hanya sekedar makan siang bersama. Dan yang akan selalu menjadi warna dalam kehidupannya.

Rey bukan tipekal lelaki yang suka merenungi semua kalimat yang pernah ia dengar sebelumnya. Lelaki itu selalu bisa membalikkan posisi menjadi dia yang lebih mendominasi. Dalam segala hal, tentu saja. Termasuk bagaimana ia masih memprioritaskan Arata dan menjadikan dirinya yang paling bisa di andalkan oleh perempuan mungil tersebut.

Marah bukan lagi perasaan yang ia miliki saat ini. Rey sungguh sangat ingin menghajar lelaki itu dengan tangannya sendiri. Kalau perlu membuat hidup lelaki itu menderita sampai ia merangkak memohon ampun di bawah kakinya. Berani sekali lelaki sialan itu menyentuh Arata tanpa seijin darinya.

Berani jamin, bahwa untuk pertama dalam hidupnya, Rey ingin menghabisi nyawa manusia saat itu juga.

Perempuan dengan postur tubunh mungil itu adalah miliknya. Tidak ada dan tidak boleh ada seorang lelaki manapun yang bisa mengambil Arata dari sisinya. Arata sudah menjadi separuh hidupnya dan akan selalu menjadi seperti itu.

Rey mengubur seluruh wajahnya di perpotongan leher Arata dan memeluk tubuh itu dalam rangkulannya. Mengecup leher jengjang Arata hingga membuat perempuannya terpekik saking terkejutnya. Dan rangkulan yang luar biasa erat itulah yang menahan Arata untuk tidak beranjak seincipun dari jangkauan tangannya. Rey sama sekali tidak mengijinkan Arata untuk sekedar mengganti pakaian meski waktu sudah lama berlalu semakin pekat.

Ketika Rey membawa Arata ke rumahnya, seluruh penghuni keluarga Atmadja langsung menatap sepasang kekasih tersebut dengan heran. Ketika melihat wajah Rey yang merah padam menahan kesal, pun dengan Arata yang mencoba untuk menenangkan emosi kekasihnya dengan beberapa rayuan yang sanggup membuat kepala keluarga Atmadja menggelengkan kepalanya binggung.

"Rey," Arata terus memanggil nama Rey, mengondisikan agar lelaki yang sejak tadi memeluknya itu sedikit merespon ucapnnya.

Setelah mereka pergi dari tempat terkutuk tersebut, dan meninggal semua orang dengan segudang pertanyaan yang tertera di otak mereka masing-masing, Rey langsung menyambar pergelangan tangan Arata. Dan membawa kekasihnya pergi dengan decakan yang lolos dari bibir Arata.

Dan ketika mereka sudah sampai di kamar, Rey tidak mengijinkan siapapun untuk menganggu apa yang sedang ia perbuat. Membiarkan kekasihnya tetap dalam pelukannya dengan napas memburu karena emosinya.

Arata membelai surai hitam rambut Rey dengan lembut sebelum melontarkan kalimatnya lagi, "apa yang kau pikirkan?"

Rey tak menyahut juga tidak mencoba untuk menjawab pertanyaan yang Arata berikan padanya. Rey lebih menikmati usapan yang kekasihnya berikan di lengannya. Membuat gestur tubuhnya lebih rileks dari terakhir kali tubuh kekarnya itu menegang karena emosinya yang sempat memuncak tanpa bisa ia cegah.

"Tidur dengan memelukmu seperti ini jauh lebih nyaman." gumam Rey. Yang kemudian mendapat satu pukulan kecil di bahu kirinya. Membuat Arata harus mendengus kasar saat kalimat itulah yang lolos dari bibir kekasihnya.

"Aku tidak tau jika kalimat Alfris bisa membuatmu jadi seperti ini," kata Arata. Masih dengan memposisikan dirinya di dada Rey. Mengendus harum tubuh kekasihnya dengan sebelah tangannya menyentuh rahang kokoh Rey.

Mine Alone Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang