15 - Astaga!!!

10.6K 723 82
                                    

Kalimat terakhir yang Rey lontarkan kemarin lusa adalah hal yang paling mencengangkan yang pernah Arata dengar. Ia tidak pernah menyangka jika Rey akan mengatakan kalimat itu di saat mereka baru saja selesai berbaikan. Tapi bukan berarti Arata tidak pernah sekalipun mengharapkan Rey akan mengatakannya. Hanya saja ucapan kekasihnya itu menimbulkan dampak yang luar biasa baginya.

Meski Rey bukan tipekal lelaki yang akan selalu memaksa kehendak yang ia mau jika berhadapan dengannya, namun entah kenapa saat kekasihnya itu mengatakan bahwa dia ingin mengikatnya adalah peristiwa yang paling mengejutkan.

Bukan karena ia ragu dengan kalimat yang Rey lontarkan, Arata hanya merasa jika situasinyalah yang belum memungkinkan.

Andai bila perempuan lain yang berada diposisi Arata, ia berani jamin jika tidak akan butuh waktu lama untuk menyanggupi keinginan seorang Reynaldi. Dan tidak akan ada satu perempuan pun yang akan berpikir ulang terlebih dulu seperti dirinya.

Karena bagaimanapun seorang perempuan, komitmen yang sudah di tawarkan oleh seorang lelaki seperti Rey adalah bentuk keseriusan yang tidak bisa dianggap remeh begitu saja.

Dengan gelisa Arata membolak balik posisi tidurnya demi mengenyahkan sedikit saja kalimat yang sanggup membuat kelopak matanya tak bisa terpejam. Kalimat yang Rey ucapkan sungguh membuat gemuru hatinya kian menggila. Arata senang dan juga, ragu?

Entah kenapa perasaan ragu langsung hinggap memenuhi hampir seluruh organ tubuhnya.

Dia mencintai Rey? Ya, tentu saja Arata sangat mencintai lelaki yang meski kadar emosionalnya bisa sangat luar biasa mengerikan. Arata juga sadar jika dirinya sudah sangat bergantung terlalu dalam pada diri lelaki berparas tampan tersebut.

Namun nyatanya, perasaan ragu itulah yang mengakibatkan kegelisahan hingga membuat kelopak matanya enggan terpejam meski hari telah larut malam seperti ini.

"Hahhhh..."

Arata menghela napas panjang sebelum melirik jam weker berbentuk sapi di atas meja nakas yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

Satu kalimat yang sanggup membuat Arata pusing setengah mati. Dan berbanding terbalik dengan sikap Rey yang terlalu biasa saja tanpa menuntut jawaban dari darinya.

Arata sungguh-sungguh di rundung kegelisahan. Perempuan itu tidak bisa untuk mengabaikan fakta jika secara tidak langsung Rey ingin membuat hubungan mereka lebih dari sepasang kekasih.

Tapi masalahnya adalah...

"Tidak!!"

Arata langsung menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Menampik semua pemikiran konyol yang entah kenapa memburu dalam otaknya.

Rey sudah pasti sangat mencintainya. Terbukti dengan segala keposesifan yang lelaki itu tunjukkan dengan terang-terangan pada setiap lelaki manapun yang mencoba mendekatinya. Jadi, seharusnya Arata harus dengan penuh kebahagiaan menerima Rey dengan sekali anggukan saat itu juga. Namun sialnya, Arata melakukan keterbalikan akan tindakannya tersebut.

Dan ketika waktu sudah berlalu dengan sinar matahari yang sudah bersinar, Arata akhirnya memulai aktifitasnya seperti biasa. Sedikit mempersibuk keadaan dengan mengerjakan pekerjaan yang membordir tenaganya lebih lama dari biasanya.

"Apa sudah selesai?" tanya Arata. Setelah ia menutup buku laporannya, kemudian menatap wanita yang berdiri tegak di hadapannya.

"Sudah Dok,"

Arata menghela napas panjang sebelum menyuruh bawahannya untuk segera pergi dan beristirahat. Waktu sudah menunjukkan jika hari sudah beranjak siang, yang tentunya Arata harus segera mengisi energinya sebelum kembali bergelut dengan pasien-pasiennya setelah ini.

Mine Alone Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang