9 - Pertemuan!!

16.9K 864 37
                                    

Apa yang bisa di harapkan oleh lelaki dingin, irit bicara apalagi minim ekspresi seperti Reynaldi Atmadja??

Tersenyum dan kembali menyapa karyawannya seperti mantan CEO sebelum dirinya??

Mustahil!!

Karena lelaki sejenis Rey itu hanya akan tersenyum jika ada kekasihnya, Arata. Akan bersikap hangat dan penuh perhatian jika ada Arata di dekatnya.

Dan ketika memasuki ruang meeting dengan punggung tegap dan penuh wibawa, Rey menatap semua anggota yang ikut serta dalam meeting kali ini dengan wajah bijaksana dan mengangguk sekilas. Tidak memperdulikan semua pasang mata yang menatapnya dengan pandangan enggan dan segan. Takut jika apa yang akan mereka katakan dan terangkan membuat lelaki di depan mereka menunjukkan taring dan tanduk berkilaunya.

Semua tau bagaimana cara seorang Reynaldi memimpin rapat Meeting dengan pembahasan proyek dengan kadar hasil luar biasa pencapaiannya. Dan jika Rey sudah menyela setiap kalimat yang mereka lontarkan, maka terkutuklah kalimat-kalimat yang sengaja mereka susun demi membuat atasannya duduk diam tanpa berkomentar sedikitpun.

Rey menyimak dengan seksama bagaimana seorang lelaki berpawakan gempal, yang sedang berdiri disana melakukan presentasi. Menopang dagu dan sesekali mengernyitkan keningnya ketika kalimat lelaki yang sekitar berusia empat puluh lima tahun tersebut menjabarkan semua presentasinya.

Sudah lebih dari satu jam yang lalu gagasan dan ide yang mereka lontarkan. Membuat Rey harus menghela napas panjang. Mengharapkan agar meeting ini segera di selesaikan.

Hingga tiga puluh menit berselang, meeting pun terselesaikan dengan pendapat bersama. Menyisahkan beberapa anggota ikut tersenyum puas dengan gagasan yang mereka dengar dan peroleh.

Rey berdiri dan menatap semua devisi yang ikut serta di dalamnya, memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku celananya sebelum kalimat dingin dan tegas itu keluar dari mulutnya. "Laksanakan proyek ini dengan benar. Jangan sampai ada kesalahan fatal yang membuat perusahaan merugi besar."

Satu kalimat panjang itu mendapat anggukan dari seluruh kepala yang masih duduk disana. Menatap atasannya dengar kadar mengerikan yang selalu Rey perlihatkan.

"Meeting selesai."

Kemudian Rey pergi. Meninggalkan seluruh karyawannya dengan helaan napas panjang sekaligus.
.
.
.
Arata menatap pergelangan tangan kanannya demi melihat jam berapa sekarang. Perempuan berpostur mungil dengan tubuh semampai kesayangan Rey itu sudah duduk nyaman di sofa ruang kerja kekasihnya beberapa menit yang lalu.

Menerima undangan secara tak langsung dari Rey yang menyuruhnya untuk mampir ke perusahaan. Mengenyampingkan kegondokan hatinya karena waktu tidurnya terkikis karena ulah kekasihnya sendiri.

Dan ketika kakinya menampakan diri di bangunan menjulang tinggi tersebut, beberapa karyawan yang mengenalnya langsung tersenyum sumringah. Dan Arata tau kenapa penyebabnya. Melihat itu kadang membuat Arata tersenyum sendiri. Geli membayangkan semua pegawai dari kekasihnya selalu tertekan jika berhadapan langsung dengan Rey.

Apakah seburuk itu. Pikirnya

Sambil menunggu selesainya meeting yang sekarang Rey lakukan, Arata dengan senang hati mengobrak-abrik semua benda yang ada dalam pandangan matanya. Di mulai dari meja kerja kekasihnya yang menampakkan beberaa file dan kertas-kertas yang tak terlalu ia mengerti.

Senyum Arata kembali mengembang ketika iris matanya manangkap sebuah figora kecil foto disana.

Arata mengambilnya dan menatap foto itu dengan gelengan kepala pelan tak percaya. Disana ada potret dirinya dengan Rey saat mereka pergi bersama ke Negara matahari terbit. Sebuah lengan kokoh nampak memeluk pinggangnya erat dan meski tidak menarik ke dua sudut bibirnya, ekspresi Rey sudah menunjukkan jika lelaki itu lebih dari cukup memancarkan perasaan bahagia melalui kornea matanya.

Mine Alone Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang