21 - Pertunangan

10.1K 723 61
                                    

Cuma mau bilang, makasih buat kalian semua yang sudah membaca cerita ini dan memberi semangat buatku 😙😘😚.

.
.
.
Hal yang paling membahagiakan bagi seorang Rey adalah hari dimana ia bisa memiliki Arata untuk dirinya sendiri.

Berbagai macam cara dan tindakan sudah ia lakukan untuk membuat Arata tetap berada disisinya.

Rey memiliki berbagai macam perasaan saat bersama Arata. Memiliki beragam ekspresi jika dirinya berdekatan dengan kekasih mungilnya itu.

Semua terasa sangat sempurna jika Arata berada dalam jangka padangannya. Akan menjadi lelaki yang paling bahagia saat sebentar lagi langkahnya untuk mendapatkan Arata sudah terpampang secara nyata di depan mata hitamnya.

Jika mengingat kembali bagaimana dulu ia begitu tidak menyukai Arata dan menolak perasaan yang entah kapan mulai merambat ke hatinya, Rey pasti akan tersenyum simpul dan kembali menggeleng gelengkan kepalanya.

Menjalin hubungan dengan Arata bukan hal yang mudah. Awal mereka bertemu pun bukan dalam situasi yang menyenangkan. Mengingat profesi Arata yang membuat Rey mendengus dan sedikit meremehkannya. Yang kemudian membuat Arata meradang dan mengeluarkan berbagai umpatan untuk dirinya.

Rey kembali memandang album foto Arata yang tersenyum lebar di meja kerjanya. Penampakan yang sanggup membuat hatinya menghangat meski pekerjaannya sudah menumpuk di atas meja menantinya.

Dan menunggu adalah hal yang sangat membuat Rey harus menggerutu kesal. Tidak sabar untuk menunggu datangnya waktu jam delapan malam nanti. Dimana dirinya bisa menyematkan cincin pertunangan di jari manis Arata.

Hingga deringan ponsel miliknya sanggup membuat ke dua sudut bibirnya tertarik dan menimbulkan seulas senyum diwajahnya begitu mengetahui siapa yang telah menghubunginya.

"Ya, Sayang."

"Sepertinya baju yang kemarin kita pesan sudah tidak bisa di pakai," ujar Arata langsung ke topik utama.

Rey mengernyit, "Apa yang terjadi?" tanyanya.

.
.
×××《《《《》》》》×××
.
.

Rey pulang dengan langkah tergesa-gesa. Setelah mendapat telepone dari Arata, Rey langsung menyambar kunci mobilnya dan mengendarainya secepat yang ia bisa.

Dengan napas sedikit terengah, Rey menjelajahi selutuh ruangan rumahnya dengan penuh selidik. Sebelum telinganya mendengar beberapa kalimat ajakan dan kalimat protes yang ia dengar sendiri dari kekasihnya Arata.

"Ada apa ini," Rey menatap ketiga wanita di depannya dengan tangan bersidekap. Menyelidik satu persatu para wanita yang juga menatapnya dengan kekehen kecil.

Arata menghampiri Rey dengan satu helaan napas panjang. Yang kemudian membuat kening Rey terlipat melihat kekasihnya yang saat ini sudah mengampit lengannya erat.

"Gaun yang kemarin kita pilih di buang Mama." adu Arata. Sambil menggelengkan kepalanya tak percaya.

"Di buang?" Arata mengangguk singkat sebagai jawaban.

Mata hitam Rey langsung menatap Ibunya dengan pandangan tak percaya. Kata membuang yang Arata lontarkan sedikit membuatnya tak habis pikir dengan pola pikir Ibunya yang terkadang sulit di terka. Seperti saat ini misalnya.

Ketika acara pertunangan mereka hanya membutuhkan beberapa jam untuk di laksanakan, ibunya telah menyabotase gaun yang seharusnya Arata kenakan malam ini.

"Lalu?"

"Mama sudah mendapat gaun yang lebih cocok untuk Arata," ucapnya antusias

Alis Rey terangkat. Menatap Ibunya dan berganti menatap wajah kakak iparnya yang ikut tersenyum dan mengangguk setuju.

Mine Alone Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang