2. Rebutan Taksi

58K 5.7K 111
                                    

Versi lengkap 1 buku bisa kalian baca di Karyakarsa atau google playbook ya❤️

Setiap hari dia selalu muncul. Entah itu sebuah kebetulan Tuhan atau memang disengaja. 

**

Lala mengacak-acak rambutnya kesal, seharian ini banyak keluhan dari nasabah. Kerjaan ketar-ketir di mana-mana, moodnya-pun sedang tidak bersahabat. 

"Duh, Gusti, kapan atuh ini kerjaan kelar?" keluh Lala. Memandang jam dinding yang terus berputar mengikuti arah jarum jam. "Udah jam delapan malem lagi," rengeknya. 

Lala membuang napasnya kasar, berpikir sebentar ke arah layar komputer, sebelum akhirnya mematikan dan langsung mengambil tas selempangnya di atas meja kerja.  

"Bodolah, besok aja diberesinnya. Mood lagi nggak bersahabat banget, dipaksain yang ada gue molor di sini," ucap, membereskan beberapa berkas yang masih berserakan di atas meja. 

Lala beranjak dari duduknya, bergegas keluar dari ruangan yang kini sudah terlihat sepi. Lala mendengus, sudah menjadi santapannya melihat ruangan kantor yang terlihat seram ketika malam hari tiba. 

"Lembur, Neng?" sapa Pak Udin, security yang sedang berjaga. 

"Iya, Pak. Saya duluan ya." 

Pak Udin mengangguk. "Mangga, Neng, hati-hati." 

Lala tersenyum kecil, melangkahkan kaki keluar dari kantor. Tidak butuh waktu lama untuk sampai ke jalan besar, karena letak kantornya cukup strategis dekat dengan jalan raya. 

Sepanjang jalan, tidak ada satu-pun taksi yang berhenti untuk menawarinya naik. Hanya ada beberapa taksi yang lewat dengan membawa penumpang. Lala menggerutu, dengan cepat mengambil ponsel di dalam tasnya. Menekan nama seseorang di sana, lalu menempelkan ponsel itu di telinga kirinya. 

Maaf, pulsa kamu tidak mencukupi untuk—

Tut! 

"Argh! Gue lupa ngisi pulsa," Lala menggeram kesal. Dia baru ingat jika seharian ini tidak keluar dari ruangannya. Saking sibuknya, dia sendiri lupa jika perutnya sama sekali belum di isi apapun selain segelas kopi yang dia pesan siang tadi. 

"Duh, mana konternya jauh lagi, perut keroncongan. Masa iya jalan? Nyiksa banget," Lala bermonolog pada dirinya sendiri. 

Lala mendesah, tiba-tiba senyumnya mengembang melihat sebuah taksi yang berhenti di ujung jalan tanpa diisi penumpang. terlihat dari kaca jendelanya yang transparan. 

"Taksi!" Lala berteriak, melambai-lambaikan tangan ke arah mobil berwana biru, berharap sang sopir melihatnya. Dengan cepat Lala berlari mengejar taksi yang tengah menepi. 

Bruk

"Aduh!" Lala meringis, dengan kesal dia mendongak ke arah orang yang sudah menabraknya. "Lo," tunjuk Lala, cukup terkejut melihat siapa yang baru saja bertabrakan dengannya. 

Orang yang ditunjuk Lala tidak kalah kagetnya "Lo lagi! Mau ngapain lo?" tanya Galang yang hendak masuk ke dalam taksi yang sudah dibuka. 

"Lo yang mau ngapain. Ini taksi gue, sana keluar lo!" usir Lala. 

"Enak aja, gue duluan yang dapet!" seru Galang tidak terima. 

Jodoh? (Hiu&Buaya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang