3. Air dan Api

49.9K 4.7K 111
                                    

Seperti air dan api, mereka tidak bisa saling berdampingan.

**

Suasana di satu meja yang berisi empat orang, dua wanita dan dua pria. Lala yang awalnya antusias akan rendang kesayangannya kini diam tak berminat. Jangankan untuk memakan, menatapnya saja sudah enggan. Alasannya karena Galang, pria bajingan yang kini tengah duduk di hadapannya membuat mood Lala mendadak buruk. 

Tidak jauh berbeda dengan Galang, kencannya bersama Nadin kali ini benar-benar menyebalkan. Apa lagi saat melihat Lala yang sekarang menatapnya penuh benci, melemparkan tatapan ketidaksukaan yang begitu kentara. 

"Kenapa nggak dimakan? Bukannya tadi laper?" tanya Reza, membuyarkan lamunan Lala. 

Lala mendengus. "Awalnya, tapi nafsu makan gue udah hilang sekarang," balas Lala, matanya lurus menatap Galang benci.

"Loh, kok nggak nafsu? Tadi bukannya lo seneng banget makan ke sini, kenapa sekarang jadi ngomong nggak nafsu? Tumben," Reza terus saja bertanya, membuat Lala semakin jengkel.

Lala berdecak. "Gak usah banyak tanya. Udah cepet lo makan, gue mau balik." 

Reza hanya membuang napasnya pasrah. dia tidak mengerti dengan perubahan sikap Lala yang begitu cepat. 

"Kasar banget jadi cewek," sindir Nadin, tidak suka dengan sikap Lala. 

Lala menatap Nadin tidak suka. Dia tahu wanita itu sedang menyindirnya.

"Kamu nggak makan, Yang?" tanya Nadin kepada Galang. 

Galang tidak memesan makanan, hanya secangkir kopi saja. "Enggak. Aku udah kenyang," jawab Galang lembut. 

Lala melongo mendengar nada bicara Galang yang lembut seperti itu, rasanya mual. 

Menjijikkan! Mau saja wanita itu ditipu oleh pria buaya seperti Galang. Lala mendengus, memandang Galang dengan sinis. Galang sendiri tidak mau kalah, mata tajamnya membalas memandangi Lala seperti ingin membunuh. 

Lala tidak terima dengan tatapan Galang yang menyebalkan itu. Lala menendang kaki Galang di bawah meja dengan cepat. 

"Adaw," pekik Galang, pria itu meringis. Membungkuk, mengusap sebelah kakinya yang berdenyut nyeri. 

"Eh Yang, kamu nggak apa-apa?" tanya Nadin, terkejut mendengar teriakan Galang. 

"Kenapa, Lang?" Reza ikut bertanya dengan wajah bingung. 

"Lo nggak apa-apa, Lang?" kali ini Lala yang bertanya dengan nada sinis. 

Galang menggertakkan giginya, mendelik tajam ke arah Lala. Sementara wanita yang diberi tatapan itu tersenyum tanpa dosa. 

"Gue nggak apa-apa." Galang tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan rasa sakitnya. 

"Ada-ada aja kamu." Nadin menggeleng. 

Galang mendesah kesal. menatap marah Lala yang seakan tidak merasa bersalah. "Lo mau aja pacaran sama cewek galak begini, Za," sindir Galang, ketika rasa sakit di tulang keringnya mulai mereda. 

Dahi Lala mengerut. Galak?

"Galak?" ulang Reza. 

Jodoh? (Hiu&Buaya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang