10. Pilihan

33.9K 3.2K 98
                                    

Ketika sebuah pilihan terjadi, untuk memilih dia atau mereka.

--

SUASANA di dalam ruangan hening, pengakuan mengejutkan yang keluar dari mulut Nadin berhasil membuat kebisuan di ruang keluarga. Tepat saat pengakuan itu Nadia langsung mengusir Nadin yang berani berteriak tidak sopan dan hampir membuat Oma serangan jantung.

Lala dan Galang hanya bisa menundukkan kepala mereka. Dua pasang mata wanita paruh baya kini memandangi mereka bergantian. Menyelidik tanpa henti, sesekali Nadia membuang napas beratnya.

"Apa yang sudah kamu lakukan Galang? Bagaimana bisa wanita seperti itu adalah kekasihmu?" Nadia membuka suara dengan napas lelah.

Galang tidak menjawab, ia seolah acuh mendengar pertanyaan Nadia. Sungguh, Galang sedang tidak ingin berdebat. Tujan Galang membawa Nadin ke rumahnya untuk meyakinkan orang tuanya terlebih Omanya agar pernikahannya dengan Lala dibatalkan. Hanya itu saja, bukan mengenalkan Nadin untuk menjadi calon istrinya. Jujur Galang sendiri masih ragu untuk meneruskan hubungannya ke jenjang lebih serius bersama Nadin.

Tapi apa yang terjadi sekarang? Wanita yang memberikan ide initidak bisa menjaga emosinya dan berbicara dengan nada kasar juga berteriak di hadapan Nadia, hampir membuat Omanya serangan jantung. Detik itu juga Galang panik dan mengusir Nadin.

"Galang! Mami tanya sekali lagi, apa wanita itu pacar kamu?" ulang Nadia dengan nada tinggi, Lala meringis mendengarnya. Lala tidak menyangka jika Nadia bisa mengerikan jika sedang marah.

Galang menghela napas beratnya "Iya."

"Bukankah Mami sudah bilang buat jauhin wanita itu?" tanya Nadia mengingatkan, namun Galang hanya membuang napas tidak peduli.

Nadia memijat pelipisnya yang mulai berdenyut melihat kelakuan anak bungsunya, ada rasa kecewa di sepasang matanya.

"Apa kamu mencintainya?" tanyanya lagi.

Galang diam sebentar "Entahlah."

Dahi Nadia berkerut "Entahlah? Kalo dia pacar kamu, bukankah jelas kamu mencintai dia? Kamu pikir menjalin hubungan itu tanpa cinta?" cecar Nadia.

Galang tidak menjawab sama sekali. Bukan tidak ingin, jujur ia sendiri masih bingung. Galang memang berpacaran dengan Nadia, tapi tidak ada cinta yang mengebu di dalamnya. Yah, Galang masih belum menemukan seseorang yang membuat hatinya berdebar.

"Galang! Kamu denger Mami bicara?" ulang Nadia sedikit membentak.

"Udah Mi." Lala mencoba menengahi.

Galang lelah, benar-benar lelah. Apa tadi? Cinta? Presetan dengan cinta. Galang sudah mulai kesal mendengar ucapan Nadia. Terlebih dengan sikap Lala di samping Nadia yang sok mencari perhatian di hadapan Nadia.

"Udahlah Mi, Galang capek! Sekarang Galang jujur, Galang bawa Nadin ke rumah cuma buat yakinin Mami sama Oma buat batalin pernikahan ini. Cinta? Kenapa Mami harus ungkit cinta Galang sama Nadin? Bukannya di pernikahan ini juga Galang gak ada cinta sama sekali? Begitupun dengan dia Mi." seru Galang menunjuk ke arah Lala.

"Kamu...,"

"Maaf Mi, maaf banget karena sikap Galang gak sopan sama Mami. Maaf kalo Galang gak bisa dengerin apa yang Mami mau. Tapi, Galang punya keinginan sendiri Mi, Galang masih pengen sendiri." lanjut Galang memotong ucapan Nadia.

"Tapi sampai kapan?" tanya Nadia, lelah.

"Galang! Kenapa kamu bersikap seperti itu kepada Mami mu nak?" Oma yang sedari tadi diam akhirnya membuka suara. Ia merasa jengah mendengar pertengkaran ibu dan anak itu.

Jodoh? (Hiu&Buaya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang