4. Dunia itu sempit

42.7K 4.2K 100
                                    

Apa dunia memang sesempit ini?
Atau ini memang sudah garis takdir?

-----

RUMAH Lala sedang sibuk hari ini, Anisa sibuk membuat hidangan untuk jamuan tamunya nanti sore. Lala yang melihat kesibukan itu hanya memutarkan bola matanya malas, sebenarnya ia sendiri merasa gugup. Karena hari ini tamu dari keluarga pria yang akan di jodohkan dengannya akan datang untuk melamar dan melangsungkan pertunangan, hari ini juga.

Anisa membujuk Lala mati-matian agar putri semata wayangnya mau menuruti keinginan Ibu dan Ayahnya. Mereka membujuk dan memohon hingga membuat hati Lala luluh begitu saja, siapa yang akan tega melihat orang tua sendiri memasang wajah memelas.

Lala tidak tega jika melihat sang ibu harus memohon seperti itu, Lala anak yang berbakti dan sangat sayang Ibu dan Ayahnya. Juga, adik laki-lakinya yang menyebalkan, Dimas. Lagi pula, Ibu bilang anak dari sahabat ayahnya itu tampan. Tapi bukan itu alasan Lala menerimanya, Lala hanya ingin kedua orang tuanya bahagia, itu saja.

Sementara di kediaman keluarga Galang, mereka sama sibuknya. Galang sampai pusing di buatnya, terlebih melihat Mami yang mondar mandir menyiapkan ini itu. Begitu juga dengan Sinta, kakak iparnya sama sibuknya karena harus mengurusi keponakannya yang sedari tadi berlarian kesana kemari. Galang hanya duduk manis, jemarinya sibuk di layar ponsel, memainkan sebuah game.

Galang menguap lalu mendengus, tiba-tiba fokusnya pecah. Semalam Galang menelpon Nadin, untuk meminta putus. Tapi wanita itu menangis tidak terima.

Mau bagaimana lagi, Galang sudah di jodohkan. Dan hari ini akan langsung lamaran dan pertunangan. Galang sudah berjanji kepada Mami untuk tidak akan membuat Maminya kecewa lagi.

Meskipun seharian kemarin Galang merengek minta di beri waktu lagi, tapi usahanya nihil. Maminya tidak mau dan tidak peduli sama sekali, apalagi ketika nama Omanya ikut terbawa.

"Galang, cepet beres-beres!!" teriak Nadia.

"Iya," jawab Galang malas, masih sibuk dengan ponselnya.

"Galang." panggil Nadia lagi, Galang mendesah panjang.

Galang beranjak, melangkah masuk ke dalam kamar. Memakai baju yang sudah di siapkan Nadia. Galang berdecak, dia benar-benar malas.

Meski Maminya sudah merayu Galang jika wanita yang akan di jodohkan dengannya cantik. Galang tidak peduli, baginya wanita cantik itu hanya sebuah topeng. Galang sudah bosan dengan wanita cantik yang selalu mengejarnya dengan tujuan lain.

Galang bisa mendapatkannya dalam waktu 5 menit. Galang masih ingin bebas, menekuni hobinya, bermain dan lain-lain. Baginya, menikah itu sebuah kekangan tersendiri, dan Galang harus terikat di sana. Galang sangat benci, apalagi jika nanti calon istrinya memiliki sifat yang posessiv! Galang tidak bisa membayangkannya.

"Galang udah siap belum?" tanya Nadia mengetuk pintu kamar.

"Iya." jawab Galang membereskan baju batiknya, Galang terlihat rapi dan sangat tampan.

Ceklek !

Galang membuka pintu kamar dengan malas, mendapati wajah Nadia yang sedang berbinar memandang ketampanan anaknya.

"Duh, anak Mami ganteng banget," Nadia mengusap pipi Galang sayang.

Galang merengut tidak suka, wajahnya terus ia tekuk. Nadia hanya tersenyum, mencoba mengerti kekesalan anaknya.

"Jangan cemberut terus, senyum! Malu nanti kalo pasang muka kaya gitu, gantengnya gak kelihatan." rayu Nadia.

Galang hanya mendengus tidak peduli. Nadia terkekeh, menggandeng lengan anak bungsunya keluar dari kamar.

Jodoh? (Hiu&Buaya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang