Waktu seakan berjalan begitu cepat. Rasanya baru kemarin kami menjadi siswa baru, tapi sekarang kami akan menjalani Ujian Nasional. Aku ingin lebih lama lagi disini. Dan ingin lebih lama merasakan masa remajaku bersama Revan. Entah kenapa, yang ada dipikiranku hanya dia.
Selama sebulan ini belajar benar benar menguras otak. Beginilah nasib orang bodoh, belajar mati matian ketika akan menghadapi Ujian.
Dan disinilah aku sekarang. Didalam ruangan yang sunyi. Bertatapan dengan komputer yang dihiasi soal soal membingungkan. Yup, kami sedang melakukan Ujian Nasional. Benar benar menegangkan.
Terkadang aku tersenyum ketika mendapat soal yang gampang, namun terkadang raut mukaku menjadi berkerut ketika menemukan soal yang membuatku bingung.. Bismillah aja lah. Semoga lulus ya Allah..Kami angkatan 2016 menjadi kelinci percobaan dari pemerintah untuk melakukan UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer).. keren bukan?? Iya Keren, tapi hampir membuat siswa mati ketakutan.
***
"Yeeyy.. akhirnya selesai juga.. minggu ini benar benar membuat otakku gila" teriakku girang setelah keluar dari ruang ujian bersama teman sekelasku.
Tiba tiba aku teringat janji anak itu.. "Revan dimana yah??" Gumamku sambil celingukan mencarinya..
Sudah tiga hari ini aku tak melihatnya, karena kami berbeda ruangan. Dia di ruang 1 sedangkan aku di ruang 2. Aku masih berlari dan mataku terus mencari sosok itu..
Tibalah aku di taman belakang sekolah. Dapat kulihat disana Revan tengah duduk di kursi, dia sedang memainkan ponsel dengan earphone yang terpasang ditelinganya..
Kakiku melangkah mendekatinya, masih dapat kulihat ketampanannya walaupun dari belakang.
"Revan".. panggilku padanya, dia tak bergeming
"Revaaaann" teriakku ditelinganya sambil melepaskan earphone yang terpasang tadi.
"Apa apaan sih Zah! Lo kira gue budek apa??" Tegasnya dengan raut muka kesal.
"Lo sih nggak denger gue panggil panggil" jawabku tak kalah kesalnya sambil duduk disamping Revan dengan memasang muka cemberut.Aku hanya diam sambil berbincang dengan pikiranku.
Revan benar benar membuatku bad mood."Ngpain lo kesini?? Kangen sama gue??" Tiba tiba dia angkat bicara, tapi masih terkesan dingin.
"Siapa juga yang kangen sama lo" ketusku. Aku masih kesal dengan perlakuan dinginnya. Tapi kalau boleh kuakui, aku memang merindukannya.
Tiba tiba dia menghadap kearahku. Alis sebelah kanannya terangkat. Duuh, Revan makin ganteng aja sih. Segera ku alihkan pandanganku darinya.
"Trus kalo nggak kangen, lo ngapain kesini?" Dia benar benar membuatku bungkam.
"Gue mau mastiin aja, lo masih idup apa udah mati" celetosku asal.
Ujung bibir kanannya terangkat, seolah menahan tawa.
"Lo marah sama gue"
"Nggak tau" jawabku ketus
"Ck. Ternyata si curut bisa marah juga. Coba gue liat mukanya" dia memiringkan kepalanya melihat mukaku.
"Idih.. jelek banget"
Aku semakin menekuk mukaku
"Tapi lo imut kalo lagi marah" dia tersenyum kecil.."Iih.. apaan sih??" Segera ku dorong mukanya didepanku..
Dasar anak kecil, dia mengacak acak rambutku sambil tersenyum. Aku masih memasang tampang cemberutku..
"Udah.. jangan marah lagi. ayo pulang" katanya lembut..
"Karena aku tak bisa berekspresi. Yang bisa kulakukan hanyalah membuat diriku menyebalkan. Tapi ketahuilah.. itu adalah caraku mengungkapkan rasa sayang"
To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Lelah Mencintaimu
Teen FictionKamu adalah salah satu alasanku untuk membenci akan Cinta