Revan POV
Jujur dia begitu cantik malam ini. Tidak hanya malam ini saja, dia selalu cantik setiap hari. Jantungku selalu berdebar ketika melihat senyum manisnya.Dan..
Apakah ini mimpi??
Suasana romantis di dalam gondola dan diatas ketinggian ini dia menyatakan perasaannya?? Yang selama ini belum kuyakini dia punya rasa padaku tak ku sangka ia juga punya rasa yang sama.Ya Allah..
Aku tak ingin menyakitinya
Tapi aku ingat janjiku dengan kak Arhan
Sesulit inikah jatuh cinta??Normal POV
"Zah. Lo adalah sahabat gue, dan akan selalu jadi sahabat gue selamanya. Maaf, gue nggak punya rasa khusus selain rasa sayang sebagai sahabat"
Tutur Revan panjang lebar dengan lembutnya..Kenapa rasa sakit ini tiba tiba menggores hatiku. Ya Allah, kenapa rasanya sakit banget sih? Aku menggigit ujung bibir kananku. Bibirku bergetar ingin menjawab ucapan Revan.
Tapi kenapa suaraku tiba tiba berhenti ditenggorokan??"Hei. Biasa aja keles, walaupun bertepuk sebelah tangan, setidaknya lo masih jadi sahabat gue. Lagian, cowok bukan lo aja" ucapku dengan bibir bergetar sambil mencoba tersenyum. "Mana ada cewek yang sekuat itu Revan, gue suka sama lo udah lama, nggak mungkin langsung lupain lo gitu aja" tuturku dalam hati.
"Udah ah, nggak usah dipikirin. Anggep aja pernyataan gue tadi sebagai angin lewat" ucapku sambil tersenyum manis.
" hn. Tapi kayaknya nggak ada deh cowok yang suka sama curut kayak lo" cibirnya dengan sikap tenangnya
"Iih Revan" aku memasang wajah cemberutku.
Dan tangan Revan langsung mengacak acak rambutku
"Dasar curut"***
Kami turun dari gondola itu, pikiranku masih berkecamuk tak nentu. Rasa malu, sakit, semuanya jadi satu. Arrgh.."Zah, gue ke sana bentar yah. Lo duduk dulu aja disini" ucap Revan kemudian melenggang pergi dengan wajah datarnya.
"Arrgh. Memalukan. Ini mulut susah banget sih di ajak kompromi" teriakku sambil menampar bibirku. Tiba tiba raut wajahku berubah sendu
"Jadi... perlakuan manisnya selama ini hanya sebatas sahabat, aargh.. aku terlalu percaya diri" ucapku tertunduk menahan air mata."Ini buat lo" Tiba tiba revan menyodorkan boneka panda besar yang sangat imut.
"Waah.. lucunya" mataku langaung berbinar dan langsung memeluk boneka yang besarnya hampir sama denganku."Ini beneran buat gue?" tanyaku meyakinkan
"Kalo nggak mau gue buang aja"dia mencoba mengambil boneka yang ada dalam dekapanku
"Ih.. jangan. Makasih yah" ucapku gembira.
"Iya. Pandanya lucu kayak lo"
Blush..
Kok mukaku jadi panas sih, pasti merah, segera kualihkan pandanganku darinya***
Aku dan Revanpun telah sampai didepan rumahku. Jam telah menunjukkan pukul 10.19.Aku dan Revan turun dari motornya
"Mau mampir dulu nggak Van??" Tawarku pada Revan"Nggak usah, udah malem. Masuk sana" perintah Revan dingin
"Hm. Ya udah. Aku masuk yah" aku melangkah menuju pintu rumahku. Tapi entah kenapa rasanya kelu
Akupun berbalik dan menghampiri Revan "Sebelumnya.. maaf buat pernyataan gue tadi. Dan.. terima kasih buat bonekanya" ucapku sendu
Dia tersenyum kecil kemudian menghampiriku.
Dug.
Dia memelukku..
"Gue yang nggak tau diri, lo nggak salah. Maaf.." lirih Revan pelan.To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Lelah Mencintaimu
Teen FictionKamu adalah salah satu alasanku untuk membenci akan Cinta