1.2K 223 13
                                    

Mereka bertiga tengah duduk di sofa ruang tamu sana. Jaehyun duduk di kursi tunggal, sedangkan Taeil dan Shofia duduk berdampingan di sofa panjang. Shofia yang memang dasarnya tidak mau dekat-dekat dengan orang asing terus menempel kepada Taeil. Membuat Taeil agak risih dan juga panas-dingin.

"Lalu, apa hubungan kalian?" tanya Jaehyun meminta penjelasan.

Taeil menghela nafasnya. "Apa kamu akan percaya jika aku mengatakan hal yang sebenarnya?" Ucap lelaki itu sambil menimang-nimang jawabannya.

Sungguh, ini diluar akal sehat jika di pikirkan oleh orang awam semacam Jaehyun.

Jaehyun mengangguk pasti karena rasa penasarannya itu sudah sampai di puncak. Setidak logis apapun jawabannya, ia akan mencoba percaya.

"Aku akan ceritakan kronologisnya secara rinci," tutur Taeil. "Kau tahu 'kan kalau aku suka seseorang? Sudah beberapa bulan ini aku mencoba mendekatinya, ya, kami berhasil dekat tapi sekedar dekat saja, tidak sampai sangat dekat." Taeil menghentikan ucapannya

Jaehyun yang merasa digantung itu mengangkat sebelah alisnya. "Lalu?"

"Lalu aku mencari cara agar mudah dekat dengannya. Aku ingat kalau ada makhluk dalam mitologi Yunani yang sangat tahu tentang percintaan. Jadi, aku iseng mencari buku-buku soal itu, dan guess what? Aku mendapatkannya. Aku mencoba mencari-cari ritual untuk memanggil makhluk itu... danㅡ"

"Dan kau menemukannya? Kau langsung mempraktekkannya? Dan makhluk itu muncul, begitu? What theㅡ?" Jaehyun melengos tak percaya. "Then, who is this girl?"

"Terserahlah. Mau percaya atau tidak, itu kenyataannya," Ucap Taeil pasrah. "Dia, Shofia, Sang Nymph laut! Makhluk yang berhasil aku panggil."

"Nymph laut ... A- APA?! DIA? SEORANG NYMPH?!" tanya Jaehyun dengan memekik, jadi refleks menunjuk Shofia yang sudah bersembunyi dipunggung Taeil.

"Jangan berteriak bodoh!" Taeil memukul kepala lelaki itu dengan gulungan majalah agar berhenti berteriak.

Mulut Jaehyun terkatup begitu saja setelah mendapat pukulan dari Taeil. Lelaki itu lalu memanyunkan bibirnya sebal.

"Pantas saja dia cantik." Puji Jaehyun kepada gadis itu dan sesekali mencuri-curi pandang ke Shofia.

"Sudah? Percaya? Oke," balas Taeil. "Shofia, dia Jaehyun, temanku. Kalian bisa berteman..."

Taeil melirik Jaehyun tajam. "Jangan bocorkan asal-usul Shofia ke siapapun! Kalau ada yang bertanya, bilang saja ia saudara jauhku."

"Taeil! Aku lapar!" rengek Shofia pada Taeil dengan menarik-narik ujung bajunya.

Taeil menghela nafas berat dan menatap gadis itu. "Kamu makan makanan manusia 'kan?" tanyanya ragu.

Shofia menggelengkan kepalanya. "Aku makan ... Bunga,"

Taeil dan Jaehyun saling menatap. Bunga? Bunga apa?

"Bunga?"

"Ya. Bunga. Bunga Baby's Breath."

Ingin rasanya Taeil mengulang kembali waktu, tidak melakukan hal-hal aneh seperti melakukan ritual pemanggil roh alam hanya untuk mendapatkan satu gadis.

"Oh uangku..." lirih Taeil dan menatap Jaehyun dengan ekspresi memelas. Kode untuk Jaehyun agar ia rela meminjaminya sedikit uang.

"Sekali ini saja, hyung." Ujar Jaehyun yang membuat Taeil kembali sumringah.

Lelaki itu sontak memeluk Jaehyun- bukan memeluk, tapi memiting lehernya dan mengacaki mahkota hitamnya itu. "Terimakasih, Jaehyun! Kamu memang yang terbaik!"

Taeil dan Shofia sekarang berada di sebuah taman yang cukup sepi. Gadis itu menyemili bunga Baby's Breath yang di beli Taeil untuknya, selayaknya makan popcorn.

"Kau ini memang suka memakai dress begitu, ya?" tanya Taeil kepadanya.

Gadis itu mengangguk-anggukkan kepalanya. "Aku lebih nyaman seperti ini."

"Sepertinya uang simpananku untuk dua bulan kedepan akan habis karena adanya makhluk ini.." lirih Taeil sangat-sangat pelan, berharap gadis itu tidak mendengarnya.

"Tidak usah repot-repot. Kau hanya perlu memberiku bunga saja," jawab gadis itu membuat Taeil tersentak, ia masih dapat mendengarnya.

Lelaki itu terdiam. Ia kehilangan kata dan topik untuk dibicarakan.. ah! Bukan kehilangan, hanya saja ia terlalu banyak memiliki pertanyaan yang ada di benaknya. Seperti, bagaimana cara agar dia dapat menarik perhatian gadis yang ia sukai?, apakah lelaki tadi benar kekasihnya?, apa gadis itu tertarik juga terhadapnya?, sampai bagaimana rasa dari bunga itu? Apakah enak?

Taeil menggelengkan kepalanya, menyadarkan dirinya. Ia kembali melihat gadis itu, beberapa kalipun ia melihat sosok Shofia, tetap saja ia adalah sosok yang sempurna. Seperti manequinn, tapi lebih realistis. Moon Taeil, kenapa jadi memikirkan Shofia?

"Hm? Sedang memikirkan apa?" Shofia yang sedari tadi merasa tidak nyaman dipandang oleh Taeil akhirnya membuka suara.

Lelaki itu menggeleng cepat dan segera menanyakan suatu hal. "Shofia, apakah cowok tadi punya suatu hubungan khusus dengan gadis tadi?"

"Dari apa yang aku lihat, sepertinya tidak. Ketertarikan gadis itu tadi hanya tiga-puluh tujuh persen. Sedangkan di banding dirimu ...." Shofia memandang wajah Taeil dengan seksama, "Ketertarikan gadis itu terhadapmu tiga-puluh sembilan persen. Jadi, kau unggul dua persen."

Walaupun presentasi yang Shofia berikan tak terlalu bagus untuk Taeil, tetapi lelaki itu sudah cukup senang.

"L-lalu, bagaimana caranya aku dapat mendekatinya?!" tanya Taeil sedikit antusias.

"Mm..." Shofia kembali mengemil bunganya sambil berfikir. "Usaha sendiri." Ucap gadis itu sambil tersenyum.

Sabar Taeil, sabar. Jaga emosimu di hadapannya atau kau bisa terkena sihir olehnya.

"Beri aku sedikit contoh, Shofia." Taeil memohon.

"No, no. Do it yourself. Usahamu itu tidak akan membohongimu. Trust me," kali ini Shofia meyakinkannya.

Taeil mengacak rambutnya frustasi kali ini. Usaha katanya? Bahkan berbicara langsung tanpa adanya rencana saja Taeil masih gugup. Mendekati seorang gadis itu sulit baginya. Lebih sulit daripada memasukkan benang ke dalam jarum.

Lelaki itu kembali menatap Shofia yang masih saja menyemil bunga itu. "Kapan selesai?" tanya Taeil karena sudah bosan menungguinya.

"Eung? Sebentar lagi," Shofia mempercepat makannya, membuat mulut kecilnya bergerak terus menerus dengan tempo lebih cepat dari sebelumnya.

Taeil yang melihat itu tergelitik geli. Ekspresi lucu yang gadis itu buat membuatnya ingin tertawa keras. "Sudah, sudah. Santai saja makannya," pinta Taeil sambil tersenyum menampakkan deretan giginya. "Habis makan kita pulang."

Shofia hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dan tersenyum, membuat mata lebarnya sedikit menyipit. Ia kembali memakan bunga miliknya sampai habis tak tertinggal satu bunga pun.

Nymph ● Moon Taeil ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang