Episode 4

2.2K 60 0
                                    

Sebuah laporan diberitahu pada Dam Ryung bahwa tadi malam penduduk desa di pantai barat mengatakan ada kejadian yang aneh, pakaian mereka yang digantung di halaman belakang dan sepatu menghilang tapi pelakunya meninggalkan mutiara langka. Namun berita tersebut juga sampai ke telinga Tuan Yang dan dia menjadi tertarik dengan mutiaranya.

Gundik yang menemani Tuan Yang pun terkejut mendengarnya, dan berandai-andai seandainya si maling itu memutuskan berhenti di tempatnya. Tuan Yang pun menegurnya karna tak puas dengan sebagian dari pakaiannya terbuat dari mutiara dan benda-benda berharga dari emas dan perak, dan kemudian berjanji bahwa dia akan memenuhi pakaiannnya yang lain dengan mutiara.

Tuan Yang berkata apabila dia menangkap putri duyung itu, dia akan memukulnya dan memeras air matanya lagi dan lagi.

Seorang pria tua mengkonfirmasi bahwa pelakunya adalah putri duyung yang memberikan mutiara sebagai bayaran karna telah telah mengambil pakaian atau memakan makanan, dan menambahkan bahwa Putri duyung yang telah jatuh cinta pada manusia tidak akan kembali, dan itu telah menjadi sifatnya yang telah melekat.

Dan kita melihat Se Wa berjalan mengenakan pakaian wanita di tengah kota dengan kedua kakinya, dan melihat sekelompok anak kecil mengambil buah kesemek di sebuah pohon. Dia memungut buah kesemek yang jatuh di tanah, yang mengingatkannya saat masih remaja dulu ketika Dam Ryung memberinya buah yang sama.

Pria tua itu kembali memberitahu Tuan Yang bahwa bagi putri duyung yang hanya bisa mencintai sekali dalam hidupnya, dia akan mempertaruhkan hidupnya untuk cinta satu-satunya itu. Tuan Yang melihat bahwa bagi putri duyung satu-satunya cinta sejatinya telah muncul dan sebuah kesempatan telah muncul di depannya.

Tuan Yang memerintahkan pria tua itu untuk mengumpulkan sejumlah orang untuk menangkap Se Wa sebelum Dam Ryung menemukannya. Dia juga memerintahkan gundiknya untuk menyebarkan sebuah rumor bahwa sebuah ombak besar menyebabkan kapal nelayan menghilang, semua karna pertanda buruk itu, seekor putri duyung dan bahwa putri duyung itu dengan niat jahatnya menyembunyikan dirinya dengan menyamar sebagai penduduk desa dan jika mereka tidak bisa menangkapnya maka sebuah malapetaka besar yang tak bisa dihindarkan dan banyak orang akan terluka dan mati.

Si gundik itu pun berkomentar bahwa dalam hari kelima adalah waktu yang tepat, karna penduduk desa akan sangat khawatir dengan angin dan ombak; dan Dam Ryung tidak akan bisa berbuat apa-apa selain setuju kepada penduduk desa bodoh yang ketakutan.

Gundiknya pun berpikir jika mereka beruntung, mereka juga bisa memaksa Dam Ryung ke dalam situasi yang berbahaya bersama dengan putri duyung itu. Tuan Yang berkata, "Cinta yang naif memberiku kebahagiaan besar."

Segera para penduduk desa mulai mempergunjingkan bahwa badai yang terjadi karna putri duyung yang pernah tertangkap itu. Mereka khwatir jika suami mereka akan menjadi hantu laut apabila pergi berlayar karna ada angin yang kencang, sehingga sepakat mereka seharusnya menangkap dan membunuh putri duyung itu.

Para warga desa pun yang ketakutan karna rumor itu memutuskan datang ke kantor Kepala Desa dan menyampaikan kekhawatiran mereka .

Dam Ryung mengabaikan rumor yang meresahkan para warga, dan memberitahu asistennya bahwa dia akan pergi menemui Se Hwa sesuai janji yang telah mereka sepakati untuk bertemu di hari ke-20 pembelahan matahari (yang jatuh dihari pertama musim dingin dan salju besar, sekitar tanggal 22 November), sehingga ia bisa melihat salju pertama dengannya.

Asistennya tak percaya jika hari ini akan turun salju, namun beberapa detik kemudian salju benar-benar turun di desa itu. Dam Ryung menglurkan tangannya untuk merasakan salju itu, dan hal yang sama dilakukan oleh Se Hwa yang sedang berada di tempat lain.

Dam Ryung segera menaiki kudanya untuk secepatnya menemui Se Hwa karna khawatir nyawanya sedang terancam, mengabaikan asistennya yang melarangnya pergi.

The Legend of The Blue SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang