PROLOG

130K 6K 319
                                    

"Ya ampun, ini angkot dari tadi kenapa gak ada yang lewat sih?".

Gerutu seorang gadis yang masih mengenakan seragam yang menunjukkan identitas sekolahnya. Gadis itu celingukan mencari kendaraan umum untuk ia naiki menuju tempat tinggalnya yang terletak cukup jauh dari sekolahnya berada. Ia harus segera pulang karena hari sudah beranjak sore. Ia akan dapat masalah jika tidak pulang pada waktunya.

Namun dalam keadaan gelisah mecari kendaraan umum yang lewat, tiba-tiba segerombolan anak berseragam salah satu SMA swasta yang terkenal berhenti di depan gadis beriris mata coklat itu. Mereka menaiki berbagai macam jenis motor dan mobil sport yang Maura taksir harganya tak murah. Terlihat dari kendaraan yang mereka bawa, membuktikan bahwa orang-orang itu merupakan anak dari keluarga golongan menengah keatas.

Dari salah satu mobil sport mewah berwarna putih, keluarlah seorang lelaki dengan kacamata hitam yang bertengger pada hidung mancungnya. Maura menyipitkan matanya. Otaknya benar, ia tak mengenal lelaki itu sama sekali. Termasuk semua lelaki yang ada di depan matanya. Ia bingung, mengapa mereka berhenti di depan Maura, si gadis miskin yang tak punya keluarga?

Lelaki yang keluar dari mobil warna putih itu berjalan mendekat kearah Maura. Kacamatanya sudah terlepas dari wajahnya. Hal itu membuat Maura dapat melihat wajah lelaki tersebut.

Rambut yang dipotong undercut. Alis tebal. Mata tajam. Hidung mancung. Bibir datar. Kumis tipis. Serta rahang yang dipahat dengan kokoh berhasil membuat Maura terpana. Nikmat mana yang kau dustakan Maura?

Lelaki itu tersenyum kearah Maura. "Sayang"

What?

"Maaf mas salah orang". Ujar Maura dengan nada serendah mungkin. Perasaannya menjadi tak enak, ia pun memutuskan berniat untuk berjalan meninggalkan gerombolan itu.

"Tunggu". Cegah lelaki itu sambil menahan tangan Maura. "Mau kemana sayang?"

Dahi Maura berkerut. "Maaf". Ia melepas cekalan tangan lelaki itu dari tangannya. Kakinya hendak melanjutkan jalannya, namun ucapan lelaki itu berhasil membuat Maura diam di tempat.

"Kamu pacar aku mulai sekarang!"

Nada suara lelaki itu terdengar seperti nada perintah. Singkat, jelas, padat, dengan nada dingin.

Maura memutar badannya untuk menatap lelaki itu. "Maksutnya?".

"Apa masih kurang jelas pernyataan tadi? Kamu pacar aku mulai sekarang". Ulang lelaki itu.

Dahi Maura mengernyit bingung. Jari telunjuknya mengarah pada dirinya sendiri. "Gue?"

"Ubah kosa kata kamu. Jangan pernah ngomong sama aku pakai lo-gue. Biasain pakai aku-kamu mulai sekarang"

Dahi Maura semakin bergelombang.

"Aku kurang jelas ya ngomongnya? Kamu belum paham?"

"Maaf mas, anda salah orang"

Lelaki itu memegang kedua bahu Maura. "Aku sayang kamu dan mulai sekarang kamu itu pacar aku!"

Gue kemarin kayaknya gak jedotin kepala deh. Gue enggak amnesia. Ya kali, tiba-tiba ada yang ngaku-ngaku jadi pacar gue. Terlepas dari wajahnya yang kayak atap rumah - ge(a)nteng -.

"Apaan sih, gak jelas banget. Gue teriak ya kalau lo macem-macem". Ancam Maura.

"Teriak aja, coba"

"TOLONG!!"

Krik.

Krik.

"TOLONG!! TOLONGIN SAYA, ADA YANG MAU MACEM-MACEM SAMA SAYA! TOLONG PAK, BU!!"

RA(MA)URA [ Possesive Boyfriend ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang