MAURA - 16

48.7K 2.7K 141
                                    

"Ini gakpapa ngerjain tugasnya di kamar kamu, Ram?". Tanya Maura setelah dirinya dan sang kekasih memasuki sebuah ruangan besar bernuansa abu-abu dan beraroma khas seorang lelaki.

Rama mengangguk mantap. "Iya, gakpapa. Gak akan ada yang berani ngelarang juga". Jawabnya dengan enteng.

"Yaudah".

Maura duduk di salah satu sofa di kamar Rama dan merilekskan punggungnya di sandaran sofa. Rama lalu berjalan melawatinya.

"Eh kenapa jendelanya ditutup?". Protes Maura.

Rama lalu menoleh. "Aku nutup gorden sayang. Nih jendelanya masih aku buka"

"Iya sama aja. Kenapa ditutup?"

"Silau, yang. Sakit nanti mata kamu kalau langsung kena sinar matahari"

Rama lalu berjalan melewati Maura kembali.

"Yaudah, tapi gak usah ditutup pintunya". Pinta Maura setelah dirinya merebahkan diri di sofa. Ditutupnya matanya untuk merasakan kenyamanan atas tempat yang ia tiduri saat ini.

"Gak kok"

Hening beberapa saat hingga terdengar suara decitan pintu.

Maura lalu mendongakkan kepalanya untuk melihat ke arah pintu.
"Eh itu kenapa pintunya ditutup? Kan aku udah bilang jangan ditutup, Rama". Tanya Maura kembali.

Maura mulai panik karena pintu kamar Rama yang mulai ditutup oleh pemilik kamar.

Rama menoleh ke arah Maura. "Gak aku tutup, sayang. Masih aku buka ini. Masih ada jarak juga, nih lihat"

"Sama aja,Ram. Udah ih buka aja kenapa sih"

"Nanti ac-nya gak kerasa, yang. Percuma dong kita hidupin ac kalau pintunya tetep dibuka. Listrik sekarang mahal loh yang, udah naik. Jadi gak boleh menghambur-hamburkan listrik. Di pelosok sana aja masih banyak yang belum dapet listrik. Masa disini, kita malah buang-buang listrik"

"Iya tau. Tapi jangan ditutup. Kita lagi diruangan gini cuma berdua. Nanti kalau dikira lagi ngapa-ngapain gimana?"

Sudut bibir Rama langsung terangkat sebelah. Smirk andalannya, langsung ia keluarkan. "Emang ada yang mau ngapa-ngapain?"

"Ya--em--enggak". Sahut Maura dengan sedikit kegugupan.

Dengan perlahan namun pasti, Rama berjalan mendekat ke arah Maura. "Aku bakal tunjukin apa itu ngapa-ngapain yang sebenarnya"

Bola mata Maura membesar. "Ram, menjauh ih. Aku takut kalau kamu natap aku kayak gitu. Ish, minggir"

Rama terkekeh melihat kelakuan sang kekasihnya itu.

"Siap?". Tanya Rama dengan ambigu dan berhasil membuat Maura semakin melebarkan matanya.

---RA(MA)URA---

"Aw"

"Ram, sakiit"

"Perih Ram"

"Iya. Kamu jambak aku aja kalau masih ngerasa kesakitan. Ini tanggung sayang"

"Perih banget, Ram. Pelan-pelan"

"Iya ini udah pelan-pelan. Sabar, bentar lagi selesai. Kamu tahan sebentar ya?"

Maura mengangguk. Ia kembali menggigit bibir bawahnya untuk meredam suara yang akan keluar dari bibirnya.

"Nah, selesai"

"Akhirnya! Ih jangan dielus-elus terus Ram. Masih perih tau"

Rama mendongak menatap Maura. "Iya maaf ya. Gara-gara aku, kaki kamu jadi luka gini". Perjelas Rama.

RA(MA)URA [ Possesive Boyfriend ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang